Hilangnya budaya malu siswa kita

Hampir setiap harinya, harian pemberitaan selalu dihiasi oleh aneka berita seputar dunia pendidikan sekolah, sayangnya bukan prestasi yang terpampang dalam pemberitaan tersebut, melainkan perbuatan-perbuatan amoral, kekerasan, vandalisme dan asusila yang diperagakan oleh siswa siswi sekolah.

Pelakunya tidak lagi hanya didominasi kaum terdidik dari kampus-kampus besar, melainkan sudah merambah ke jenjang sekolah dasar di pelosok sekalipun. Apa yang sebenarnya terjadi dengan pendidikan kita? dan kemana para guru yang harusnya mendidik mereka dengan penuh kesabaran dan kewaspadaan?

Tidak bisa dipungkiri, cerita pembunuhan antar siswa, pemerkosaan, pengguguran janin dan pemakaian narkoba kerap dan sudah menjadi cerita lumrah dalam keseharian kita. 

Seolah-olah bahwa hal tersebut saat ini sudah sangat manusiawi dan rasional, padahal sebaliknya, hal tersebut menunjukkan pola pikir masyarakat kitapun sudah teracuni untuk menganggap hal tabu tersebut adalah hal yang wajar, tidak terpikirkan jika hal tersebut terjadi pada kita atau anak-anak kita.

Jamanku kecil dulu, jika ada muda mudi yang kepergok bergandengan tangan atau sekedar berduaan di tempat yang sepi, siapa saja yang lewat akan segera menghardiknya, menyuruh mereka bubar meski tidak ada tindakan mesum lebih lanjut, hanya berdua-duaan. Mereka yang kepergok akan merasa malu, dan saat dirumah tidak luput dari amarah orang tuanya. Anak kecil yang bertingkah dan dimarahi gurunya di sekolah pun akan mendapat sanksi yang berat dari orang tuanya, bukannya dibela, orang tua dahulu justru lebih membela sikap gurunya dan menambah sanksi si anak.

siswa ciuman

Bandingkan dengan bagaimana dunia pendidikan saat ini, ada guru yang dihajar siswanya, ada guru yang dipolisikan wali muridnya, guru/siswa berbuat asusila pun tidak luput dari pantauan media. Semua serba menunjukkan indikator buruk dalam dunia pendidikan kita.

Tayangan sinetron dan acara televisi memperburuk persepsi anak-anak kita terhadap bagaimana menjalani hidup yang santun dan normal, terlalu banyak cerita sinetron dibumbui rasa permusuhan, kedengkian, saling mencurangi, pamer-pameran harta benda dan kecantikan, sementara di sisi pemberitaan media televisi, acara-acara berita kriminal justru mendapat tempat utama di siang dan sore hari, bagaimana siswa tidak mendapat ide kreatif untuk ikut2an jika begitu caranya? Lihat saja pesta ulang tahun remaja yang teman2nya bakal bersorak sorai menyemangati yang ultah untuk ciuman dengan pacarnya di depan mereka? Atau bahkan ada event organizer yang tega-teganya menyelenggarakan pesta bikini untuk menyambut kelulusan siswa SMA?

BACA JUGA:   Aplikasi Raport Kurikulum 2013

Jika bicara kesalahan siapa, tentu semua punya andil disini, guru yang hanya mengejar setoran dua puluh empat jam dan dokumen sertifikasi, siswa yang menganggap melanggar tata aturan adalah keberanian dan orang tua yang menilai kebahagiaan siswa dari apa yang bisa orang tua belikan untuk anaknya.

Tidak lupa peran masyarakat dan pemerintah yang berandil besar dalam menciptakan lingkungan kondusif bagi anak didik kita agar bisa menjadi pribadi yang santun dan bermartabat.

Bukan soal yang mudah memang, dan itu merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai bangsa.

Satu pemikiran pada “<span class='p-name'>Hilangnya budaya malu siswa kita</span>”

Tinggalkan komentar

(Note, links and most HTML attributes are not allowed in comments)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Ingin produk/website Anda kami ulas? Silahkan klik tombol dibawah ini