Remaja dan Problematikanya

Anak layangan atau sering disingkat alay adalah sebutan untuk anak muda yang suka galaw n mudah dikendalikan oleh arus lingkungan. Ketika mainstreamnya gandrung pake style mohawk ala Beckham, hampir gak ada anak muda yang ketinggalan, biarpun kebanyakan eksekusi stylenya menurutku lebih mirip style nya kipli.

Kemudian muncul era penggemar boyoband macem SM*SH diikuti boyo dan girlie band lainnya, yang sekedar pamer muka, paha dan pantat.Dari segi ketatabahasaan mulai muncul tulisan slank ala abegeh, 4L@Y version, yang bisa bikin mata jereng ngebacanya. Cemungudh2 eaaa k4k@… Klo sekarang kayaknya yang mulai happening ya gangnam style itu.

Virus merah jambu turut mewarnai romantika masa2 remaja, serba penuh keingintahuan, cepat ingin mendapatkan pengakuan membuat mereka terkadang khilaf, ingin mencoba2 hal2 yang sebelumnya tabu, merokok, tawuran, pacaran, grepe2 dan making love.

Ada yang menganggap kejantanan adalah berhasil menaklukan banyak teman ceweknya, ada yang menganggapnya berani tawuran lawan SD sebelah, ada yang menganggap jantan itu klo tumpangannya oke punya, klo gak sekelas Toyota Yaris ya terpaksanya Ninja doble R gakpapa. *lambemu kiper*

BACA JUGA:   Tradisi injek sepatu

Cewek SMA

Rata2 remaja mulai merasakan dirinya untuk menuju sosok yang mandiri, tentu saja kemandirian itu selain urusan uang jajan. Mereka merasa ingin independen dalam bersikap, menentukan baik buruknya sesuatu tanpa melibatkan orang tua lagi, bersikap tertutup pada keluarga dan mulai mempercayai communal perception dengan teman2 sebayanya.

Kisruh tawuran di jakarta yang menyebabkan korban jiwa merupakan satu dari berbagai problematika remaja2 kita, dimana mereka masih mempercayai kalau kegantengan dan kegagahan itu di dapat dari berapa banyak anak SMA lain yang bisa dipukul. Sama halnya mereka yang menyebut sex di luar nikah adalah pengakuan terhadap cinta monyet mereka. Ini tugas kita bersama untuk menjaga generasi muda kita.

BACA JUGA:   Upskilling dan Reskilling dengan Aplikasi Siap Kerja QuBisa

gambar dari sini

12 pemikiran pada “<span class='p-name'>Remaja dan Problematikanya</span>”

  1. Apalagi kalau pengakuannya didapat dari tingkat kejagoan main games online, bisa berjam-jam tuh mainnya, gak ingat makan, gak inget sholat, gak inget belajar. Biasanya banyak yang main antara 3 sampai 5 jam, bahkan ada yang 10 jam non stop, dari pagi sampai sore 🙁

    *pengalaman jadi operator warnet*

    Balas
  2. kyknya anak2 muda rs banyak di arahkan ke kegiatan positif ya.. kalo perlu agak di paksa dikit lah.. Krn anak muda itu kan energinya lagi besar2ya.. Kalo gak byk kegiatan positif jadinya kemana2 ngawurnya

    Balas
    • iya mbak myra, harus diperbanyak kegiatan positif, nongkrong sebenernya gak masalah mbak, karena anak2 yang suka nongkrong itu lebih sering bersentuhan dengan dunia nyata, feeling mereka lebih peka terhadap masalah yang ada dibanding yang hanya mengurung diri di kelas dan rumah

      Balas
  3. tawuran ala esempe yg pernah aku liat adalah … anak cowok kelas 3 sama kelas 1 rebutan cewek anak kelas 1 yg ternyata temen sebangkuku -__-

    Balas
  4. nggak habis pikir saya anak sma bisa bawa-bawa clurit. dulu waktu sma nggak neko-neko soalnya. trus juga di sini jarang kena tawuran kayak gitu

    Balas
    • kayane sih gara2 kebiasaan jaman abegeh miyen, angger weruh sing silir liwat langsung jereng 😀 😀

      ora sia2 lhe miyen nom matane jelalatan 😀 😀 😀

      Balas

Tinggalkan komentar

(Note, links and most HTML attributes are not allowed in comments)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Ingin produk/website Anda kami ulas? Silahkan klik tombol dibawah ini