Romantisme Tradisional di Warung Pak Lanjar

Dimana sih tempat wisata kuliner di jogja bagian utara? Nah sekarang aku akan menceritakan salah satu tempat kuliner di Jogja bagian lereng Merapi. Hari Sabtu 10 Oktober kemarin aku sekali lagi diajak sama rekan-rekan blogger Jogja buat jalan-jalan sambil menikmati wisata kuliner. Kali ini sasarannya adalah sebuah rumah makan tradisional di daerah Donoharjo, Ngaglik, Sleman. Dilihat dari rutenya, berarti masih di jalan yang kadang aku lewati buat berangkat dan pulang sekolah.

Jika rekan-rekan bergerak dari Jogja dan ingin mampir ke Warung Pak Lanjar, silahkan ambil jalan Palagan yang berada di utara perempatan ringroad Monumen Jogja Kembali, lurus ke utara, setelah bertemu lampu merah Kamdanen dan Pasar Rejodani, jalan akan mentok ke arah kiri, setelah itu ada pertigaan ambil lurus ke arah Barat. Sekitar dua ratus meter, akan ketemu tikungan Desa Wisata Tanjung, ambil jalan masuk ke arah kanan, Warung Pak Lanjar ada di sebelah kiri jalan masuk tersebut.

Bangunan Warung Pak Lanjar terlihat sederhana dari luarnya, memang konsep tradisional dan sederhana inilah yang coba ditampilkan Pak Lanjar dalam mengelola bisnis kulinernya. Pak Lanjar sendiri bukan orang sembarangan di bidang perkulineran Jogja, beliau pernah berkecimpung cukup lama sebagai chef Hotel Horizon International Jakarta.

resto jogja pedesaan sleman pak lanjar
resto jogja pedesaan sleman pak lanjar

Warung ini terdiri dari 4 bagian utama, pada bagian depan sebelah selatan pengunjung bisa bersantai di meja dan kursi makan dari kayu tua, sebelah utaranya ada kasir sekaligus open kitchen dengan peralatan dapur lengkap dan chef sepuh yang sangat cekatan, pengunjung bisa melihat proses memasak makanan sambil mendendangkan lagu karaoke disini. Kemaren Mas Arief, Mbak Diba dan Mbak Prima yang nyobain berkaraoke disini, suaranya keren-keren lho ternyata, daku mah apa atuh.

blogger jogja rumah makan sleman
blogger Jogja di Warung Pak Lanjar

Di bagian belakang dibagi dua ruang juga, yang pertama lesehan di sebelah utara, lesehan ini cukup luas, bisa menampung 50-70 orang sekaligus, cocok untuk acara buka bersama atau reunian. Di sebelah selatan lesehan ada kursi taman dengan konsep terbuka menghadap langsung hamparan sawah di sebelahnya.

Oke kita lanjutkan soal makanan

Seperti halnya tampilan sederhana rumah makannya, maka menu di Warung Pak Lanjar benar-benar bernuansa sederhana, khas masakan tradisional Indonesia. Nasi Goreng, Rica-rica Ayam, Mie Goreng dan CapCay adalah beberapa menu yang bisa kita pesan disini.

aneka menu yang bisa dipesan di Warung Pak Lanjar
aneka menu yang bisa dipesan di Warung Pak Lanjar (sumber: WarungPakLanjar.com)

Aku pernah baca tulisan prof Rhenald Khasali dimana beliau menuliskan betapa tidak enaknya masakan tradisional yang dibuat chef restoran /hotel besar, masak nasi goreng saja tidak enak. Memang kebanyakan chef restoran / hotel besar belajar berbagai masakan mancanegara, mereka ngerti banget taste orang Perancis, atau kesukaan lidah orang Jepang, tapi giliran disuruh bikin masakan Indonesia tetep aja masih bawa ‘rasa’ orang bule, jadinya bukannya enak malah aneh.

Nah, meskipun Pak Lanjar lama sebagai chef hotel ternama, ternyata cita rasa masakan beliau cocok di lidah kita, tidak ada bumbu yang terlalu wow, gurih asinnya, semua pas, terasa seperti makanan yang dimasak ibu kita di rumah.

Klo gitu nggak istimewa dong?

Waini, justru karena citarasa membuminya itulah keistimewaan masakan di Warung Pak Lanjar, hanya berbekal bumbu-bumbu tradisional jawa, bisa menghadirkan romantisme masakan pedesaan di tengah hamparan sawah yang selalu menghijau. Dijamin cepet tandas deh isi piring nya 😀

Berada di sebelah timur dua desa wisata Sleman (Desa Wisata Brayut & Desa Wisata Tanjung) menjadikan warung ini cocok untuk jadi destinasi kuliner bagi para wisatawan yang ingin menikmati keramahan desa wisata dan menikmati kuliner khas pedesaan.

10 pemikiran pada “Romantisme Tradisional di Warung Pak Lanjar”

  1. Nggak pernah ketemu blogger lain selain The matrek, hehehe

    Hehehe Bener kata pak Rhenald Khasali 🙂 Makanya kalau bobok di hotel berbintang aku malah jarang abil menu Indonesia, selalu western. 🙂

    Balas

Tinggalkan komentar