Belajar Investasi Saat Pandemi

Beberapa hari kemarin, aku mengikuti online gathering mengenai investasi yang dilaksanakan Prudential Indonesia dan Eastspring Indonesia. Investasi di saat pandemi? serius nih? mungkin orang justru berpikir pada kondisi ini sebaiknya kita memegang uang tunai alih-alih menggelontorkan uang untuk investasi. Tidak sedikit orang yang menunda berinvestasi di masa pandemi karena kondisinya sedang tidak memungkinkan, apalagi melihat perlambatan ekonomi sejak WHO mengumumkan pandemi di pertengahan maret, praktis, kita sendiri melihat dan mengalami sendiri bagaimana bisnis-bisnis mulai ditutup untuk mencegah penularan virus covid19 ini.

Pemberlakuan PSBB di beberapa wilayah, pelarangan mudik serta berkumpul dalam jumlah besar tentu sangat memukul beberapa industri seperti transportasi, wisata, kuliner, dan hampir semua sektor. Ekonomi dunia mengalami perlambatan hingga 3% sementara di Indonesia sendiri, IMF mencatat terjadi perlambatan 0.5% Hal ini berimbas juga pada rontoknya bursa saham termasuk Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG.

Hal semacam ini tentunya membuat kita memiliki pertanyaan yang cukup relevan, perlu gak sih kita berinvestasi pada masa pandemi?

Oleh karenanya, Prudential menggandeng Eastspring Indonesia, mengajak rekan-rekan media dan blogger untuk belajar investasi bersama lewat online gathering. Dalam online gathering yang dipandu oleh Prabu Revolusi, ada tiga narasumber yang dihadirkan yakni Nova Imelda selaku Chief Investment Officer Prudential Indonesia, Alan T Darmawan, Chief Executif Officer Eastspring Indonesia serta Ari Pitojo selaku Chief Investment Officer Eastspring Indonesia.

belajar investasi di masa pandemi bersama prudential

Novi Imelda, Chief Investment Officer Prudential Indonesia mengatakan, “Menanggapi kondisi pasar dalam negeri yang terdampak oleh pandemi COVID-19 dan tekanan global, Prudential Indonesia bersama Eastspring Indonesia telah melakukan sejumlah strategi untuk meminimalisasi volatilitas investasi Nasabah. Sebagai pemimpin pasar dengan pengalaman mendalam di sektor keuangan, Prudential Indonesia dan Eastspring Indonesia memiliki posisi yang kuat untuk senantiasa mendampingi Nasabah dalam menghadapi kondisi pasar yang penuh ketidakpastian.”

Tentunya, kita bisa melihat kinerja kedua perusahaan tersebut pada tahun terakhir. Di Indonesia, Prudential Indonesia mencatatkan penguatan sebesar 3% dari total dana investasi sepanjang 2019 dari sebelumnya 7,21 triliun di 2018 menjadi 74,5 triliun di 2019. Pada saat yang sama, Prudential mencatat hasil investasi sebesar 5,4 triliun.

Sementara Eastspring Indonesia memiliki total dana kelolaan sebesar 92.08 triliun di akhir tahun 2019, dimana Indonesia menjadi yang terbesar dari sumber dana kelola tersebut. Tahun 2019 juga tidak bisa dibilang mudah, meski mungkin tidak disertai pandemi seperti tahun ini, setidaknya tahun kemarin Prudential dan Eastspring bisa menjaga dana nasabah selama periode perang dagang yang terus berlangsung sepanjang tahun antara China dan Amerika. Tidak hanya itu kedua perusahaan juga tetap solid saat terjadi krisis ekonomi di tahun 2013 yang lalu

Menurut Ibu Novi, Prudential menerapkan strategi kehati-hatian dalam mengelola investasi di saat kita menghadapi fase new normal. Misalnya, untuk sektor saham, Prudential mengalokasikan pada investasi jangka panjang dan mampu bertahan di masa pandemi seperti bidang kesehatan, komunikasi serta konsumsi. Sedangkan untuk investasi obligasi, Prudential berkonsentrasi pada obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Alan T. Darmawan, menuturkan, “Di tingkat global, sentimen pasar masih akan cenderung negatif dan volatilitas pasar masih tinggi. Kami memprediksi pandemi dapat terkendali tetapi tidak dalam waktu singkat dan ekonomi terus tumbuh, tetapi produktivitas menurun selama beberapa bulan sehingga pertumbuhan melambat. Namun, menurut pengalaman kami, situasi saat ini hanyalah fluktuasi sementara dan bahwa pasar Indonesia akan pulih dalam jangka waktu menengah dan panjang, karena stabilitas fundamental ekonomi makro Indonesia yang relatif stabil. Di saat seperti ini, justru kami melihat ini merupakan kesempatan bagi Nasabah untuk tetap berinvestasi agar mencapai imbal investasi dalam jangka panjang yang lebih tinggi.”

Keyakinan ini tentu beralasan karena Indonesia mampu menghadapi beberapa krisis dunia yang terjadi dalam tahun-tahun terakhir seperti krisis 2008, 2013 maupun perang dagang tahun lalu. Konsumsi domestik di Indonesia yang cukup baik mampu meredam fluktuasi yang terjadi di tingkat global, sehingga perlambatan ekonomi di Indonesia masih cukup stabil dibanding negara lain.

Ari Pitojo sendiri mencatat, bahwa meski terjadi pandemi pada dasarnya investasi tetap berjalan dan bahkan meningkat di beberapa sektor, jika dilihat, sektor teknologi mengalami peningkatan dengan semakin meningkatnya kebutuhan konsumsi data dan komunikasi berbasis internet. Sehingga memang dibutuhkan kejelian dalam mensiasati pandemi ini agar investasi kita bisa tetap memberikan hasil yang maksimal

Belajar Investasi Saat Pandemi

Lalu bagaimana dengan kita sendiri? Sebagian dari kita mungkin masih takut untuk memulai berinvestasi, hal ini wajar, untuk orang awam menanamkan dana investasi seperti memberikan uang pada orang lain yang kita gak tahu apakah dana itu bisa berkembang, tetap atau malah sebaliknya berkurang bahkan hilang sama sekali.

Oleh karenanya, para narasumber memberikan berbagai tips selama online gathering

Tips Pemula Belajar Investasi

Belajar Investasi Saat Pandemi 4295079735

Ada banyak pilihan media kita berinvestasi, biasanya ini dikenal dengan nama instrument investasi. Cakupannya pun cukup luas, mulai dari reksadana, saham, obligasi. Kita juga bisa menanam dana kita di instrument lain seperti deposito, property dan emas. Mungkin banyaknya instrument ini akan membingungkan kita sebagai pemula untuk belajar investasi.

Ibu Novi memberikan beberapa tips penting berkaitan dengan bagaimana kita memulai belajar investasi ini

Tujuan Investasi

Banyak orang berinvestasi tapi tidak paham tujuan investasinya apa, ikut-ikutan temen nih, oh kebetulan ada temen kerja di bidang investasi trus ditawarin. Jangan sampe kita berinvestasi hanya karena faktor enggak enak sama temen, please deh jangan

Ada banyak tujuan kita berinvestasi, jadi kenali dulu apa yang kita mau sebenernya, apakah itu..

  1. Melindungi asset
  2. Mengembangkan asset
  3. Dana pensiun
  4. Dana pendidikan anak
  5. Lain-lain

Semua orang tentu kenal dengan semboyan muda foya-foya, tua kaya-raya, mati masuk sorga, masalahanya bukan kayak gitu juga sih rumusnya. Muda berinvestasi, agar di masa tua bisa menikmati hasil yang kita kerjakan selama bekerja. Semua orang ingin begitu, menikmati hari tua yang tenang dengan aset yang sudah bisa mendukung untuk dinikmati di masa tua.

Masalahnya, sudah mempersiapkan itu belum?

Oke udah disiapkan

Apa tujuannya jelas?

iya sudah jelas.

Apa yakin tujuan itu akan tercapai?

Wallahualam

Nah ini perlunya kita melakukan perencanaan dalam menentukan tujuan investasi. Untuk menentukan tujuan investasi ada cara yang cukup mudah yang dikenal dengan akronim SMART

  • Specific – Tujuan investasi harus spesifik, misal biaya pendidikan anak menjadi dokter di kampus A 10 tahun dari sekarang
  • Measurable – Berapa biaya di masa depan, yang diperlukan untuk proses menempuh studi
  • Attainable – Tujuan tersebut bisa dicapai enggak paling lama dalam jangka 10 tahun? Apa pilihan investasi yang bisa membantu kita mencapai tujuan tersebut?
  • Realistic – Sesuai enggak dengan kebutuhan anak? disini penting bagi orang tua berkomunikasi dengan anak mengenai cita-citanya kelak
  • Time Bound – Keterikatan kita mendisiplinkan diri dalam melakukan investasi, minggu terakhir setiap bulan wajib melakukan investasi

Kita juga memiliki resiko sendiri, bahwa umur kita mungkin tidak akan sampai kesana, sementara ada anak yang harus kita dukung pendidikannya setinggi-tingginya. Maka kita harus mempersiapkan dan melindungi masa depan tersebut, kita bisa memulai berinvestasi, atau mengasuransikan pendidikan anak, atau ada juga asuransi yang sudah include dengan instrumen investasi seperti asuransi unit link.

Yang penting, pahami dulu, tujuan kita berinvestasi tuh apa? Kalau sudah tahu tujuannya apa barulah kita lanjut ke tips berikutnya

Kenali profil resiko

kenali profil resiko saat berinvestasi

Investasi bukanlah menabung, dimana menabung kita mendapat bunga tabungan setiap bulan, dalam investasi dikenal resiko, yaitu saat modal yang kita tanamkan justru berkurang karena kinerja perusahaan tujuan tidak sesuai dengan harapan. Oleh karenanya sebelum memulai berinvestasi, kenali dulu profil resiko kita tuh seperti apa

Bentar, profil resiko itu apa?

Gini deh biar lebih mudah membayangkan, Apa tidur kita akan tetap nyenyak saat pasar sedang bergejolak, nilai saham turun? Kalau turun sedikit saja dan kita sudah gak enak tidur gak enak makan berarti profil resiko kita rendah, sementara jika kita nyenyak-nyenyak aja berarti kita berani mengambil resiko tinggi dalam berinvestasi

Umumnya dikenal tiga profil resiko

  1. Konservatif, Profil resiko rendah,
  2. Moderate, Profil resiko sedang,
  3. Agresif, Profil resiko tinggi

Asset untuk profil resiko rendah umumnya diambilkan dari instrument investasi yang memiliki resiko terkecil, seperti obligasi pemerintah, namun, sejalan dengan resiko yang dimiliki, return investasi ini pun paling kecil. Sebaliknya profil resiko agresif biasanya dimainkan di instrumen yang memiliki resiko tinggi, namun juga memiliki imbal balik yang tinggi seperti saham, pasar uang.

Jadi sebelum memulai, kenali dulu deh kalian ingin yang imbal balik gede, tapi punya resiko yang besar atau udah ambil yang imbal baliknya kecil tapi resikonya kecil?

Kenali profil asset

belajar investasi saat pandemi bersama prudential

Selanjutnya, agar lebih mudah memahami bisa juga dengan melihat bagaimana sebaiknya instrumen investasi dialokasikan untuk masing-masing resiko berikut

Konservatif Moderate Agresif
Profil resiko rendah  (resiko = bahaya) Profil risiko sedang (resiko = peluang) Profil resiko tinggi (resiko = tantangan)
85% defensive assets, 15% growth assets 50% defensive assets, 50% growth assets 15% defensive assets, 85% growth assets

Dalam menempatkan asset, kita sangat disarankan untuk tidak menaruh telur di keranjang yang sama. Asset tersebut adalah instrument investasi yang kita gunakan, bisa saham, bisa obligasi, bisa emas, tanah dsb. Jangan gunakan satu jenis instrument saja, tapi taruh di beberapa sekaligus, jumlahnya gimana? sesuaikan dengan profil resiko kalian.

Jika kalian memiliki profil konservatif dalam investasi, sebaiknya alokasikan dana investasi kalian lebih banyak ke aset defensif. Kalo emang tujuannya adalah untuk mengembangkan aset maka taruhlah lebih banyak ke instrument seperti saham.

Tapi aku masih awam nih buat berinvestasi, takutnya yang ada malah berbuat kesalahan dan mengalami kerugian.

Menurut Novi, tidak ada yang namanya kesalahan dalam berinvestasi jika kita belajar dari kesalahan tersebut, karena pengalaman enggak enak itu akan menjadi sesuatu yang sangat berharga dikemudian hari yang membuat kita lebih berhati-hati.

Namun jika kita memang benar-benar awam dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai dunia investasi, kita bisa memilih instrumen investasi yang dikelola oleh manager investasi, umumnya dikenal sebagai portofolio reksadana? Kek gimana itu? Nanti dibahas di bab berikutnya

Kenali Kinerja Manager Investasi

tips belajar investasi kenali kinerja manajer investasi

Manager investasi adalah pihak yang kita tunjuk untuk mengelola dan mengembangkan aset investasi kita. Dalam memilih manajer investasi tentu gak mudah bagi orang baru, nah Alan memberikan tips untuk memilih manajer investasi

Jika memang masih awam dalam hal investasi, kita bisa memilih perusahaan investasi yang memiliki reputasi baik. Caranya mudah, kalian bisa melihat bagaimana laporan keuangan yang ada, apakah asset yang ia pegang meningkat, gitu-gitu aja atau malah menurun. Dari situ kita bisa melihat apakah manajer investasi bisa kita percaya.

Kemudian lihat juga dari penghargaan atau prestasi yang dicapai perusahaan investasi, tentunya prestasi ini tidak datang begitu saja, tapi berasal dari pengakuan mereka yang memang berkecimpung di bidang yang sama, bukan dari orang yang awam atau dari orang yang tidak memahami seluk beluk investasi.

Berapa persen dana yang sebaiknya kita alokasikan untuk investasi?

Pertanyaan menarik buat kita semua, sebenernya berapa persen dana yang sebaiknya kita gunakan untuk berinvestasi?

Jika kita ke bank untuk melakukan peminjaman, umumnya bank akan memberikan pinjaman dengan kisaran 30% dari gaji, ilustrasinya sebagai berikut

Gaji Bulanan Gaji Tahunan Lama Peminjaman

3 tahun

Dana Yang Turun
Rp 4.000.000 Rp. 48.000.000 Rp. 144.000.000 Rp. 43.000.000

Kok bisa nemu angka 30% itu dari mana? Umumnya bank menghitung tujuh puluh persen dari gaji kita kemungkinan akan digunakan untuk keperluan sehari-hari, berapa gaji dikurangi berapa pengeluaran kita? nah sisanya itulah dana yang bisa kita pakai untuk membayar pinjaman. Atau jika dalam investasi dana itulah yang bisa kita gunakan untuk berinvestasi

Selain metode menghitung gaji-pengeluaran, bisa juga menentukan besaran nilai investasi berdasarkan nilai asset-liability. Liability adalah kewajiban yang harus kita lakukan, misalnya membayar hutang, atau memenuhi kebutuhan hidup kita saat ini. Nilai investasi bisa kita ambilkan dari selisih aset dan liability yang kita miliki.

Dana investasi tidak boleh diambilkan dari dana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan harian, harus diambil dari uang dingin, dana cadangan, yang kemungkinan tidak akan kita apa-apakan dalam kurun waktu tertentu.

Banyak banget insight yang bisa dikumpulkan dari online gathering Prudential kemarin, terutama buat temen-temen yang baru belajar investasi.

Satu tips lagi dari Pak Alan, investasi sebaiknya digunakan untuk rencana jangka panjang, dan meskipun kondisi ekonomi mengalami fluktuasi seperti sekarang, tetap tenang karena pada akhirnya nilai investasi kita akan selalu berkembang di tahun-tahun berikutnya.

Pertanyaannya satu, sudahkah kamu berinvestasi?

3 pemikiran pada “Belajar Investasi Saat Pandemi”

Tinggalkan komentar