Fine lah, jika kita ini termasuk orang2 yang linuwih dalam urusan perngebutan dan menguasai medan di jalan raya. Hapal setiap persimpangan dan setiap celah jalan yang harus dihindari. Hanya saja tidak semua orang punya kehebatan dan kejelian berkendara seperti kita.
Kecelakaan bisa saja terjadi karena kita terlalu ceroboh atau orang lain yang terlalu bego sampe nyerempetin kendaraan kita. Jadi perlu juga kita mempertimbangkan ribuan karakter pengguna jalan lain yang sama2 berbagi ruas dengan kita.
Yang nyebrang tanpa riting, banyak, yang main slonong boy motong arus, okeh, yang waton ngegas pating tlatah, yang naik motornya megal megol karena grogi gak kalah jumlahnya. Pertimbangan2 seperti ini yang kadang bikin aku was-was, meski aku belum pernah mengalami kecelakaan di jalan sejak pertama kali dapet SIM bukan berarti aku bakal luput dari maut.
Pernah sekali, aku diserempet dari belakang sama anak SMA yang ugal2an dari arah Parangtritis, motorku terseret lebih dari 10 meter sebelum aku bisa melepaskan diri dan berhasil menepi dengan selamat, sementara penyerempetku terkapar dan menghantam 3 motor lain dari arah berseberangan.
Kehati2an dijalan itu perlu, selain persiapan standar kelengkapan yang memang diperlukan dalam berkendara, kewaspadaan kita terhadap bahaya juga tidak boleh diabaikan. Itulah mengapa Tuhan mengajarkan doa keluar rumah, agar kita sebagai manusia sadar, bahwa musibah itu tidak hanya berasal dari kita, tapi bisa berasal dari orang lain yang ceroboh dan merugikan kita, maka tidaklah heran selain mempersiapkan diri sebaik mungkin, doa adalah bagian tidak terpisahkan dari standar keamanan kita dalam melakukan aktifitas.
Semoga bermanfaat