Orang Indonesia, pada umumnya punya rasa tepa selira yang begitu tinggi, bahkan jika hal itu merupakan hal yang enggak terlalu baik. Ada orang yang melanggar aturan tidak diingatkan, yang berwenang tidak menindak dengan tegas, hingga pada akhirnya pengabaian aturan memang selalu menjadi sesuatu yang lumrah, disiplin dan rasa tanggung jawab menjadi sesuatu yang berharga mahal tapi tidak laku dijual di negeri ini.

Lihatlah antrian loket, hanya antrian loket di bank saja yang bisa rapih, itu karena selalu dipantau sama satpamnya, lain halnya antrian loket kepengurusan SKCK misalnya, datang telat, SKSD ngobrol sama orang gak kenal yang udah antri dari pagi, terus nggendoli biar bisa ngekor pelayanan persis dibelakang orang itu. Sudah biyasahhhh.

Disiplin waktu? keknya Tom Cruise yang terbiasa mementahkan mission impossible tetep gak akan mampu mendisiplinkan manusia di Indonesia. Jam rapat molor, itu biasa, janjian telat 1 jam ora gumun, mangkat kantor tidak sesuai jadwal dimaklumi, sudah selesai waktu istirahat masih becanda di kantin, seperti semacam sunatullah.

Peraturan lalu lintas jangan ditanya berapa pelanggaran terjadi setiap harinya dalam lingkup satu kecamatan saja, tidak pake helm, gak bawa STNK, ora nduwe SIM, knalpot blombongan, spion bayi, ban pit, klakson kirik, ngelanggar bangjo, smsan sambil berkendara, pecicilan, berhenti tidak di area yang diperuntukan, parkir sembarangan, ngebajak jalan busway, nyrobot palang pintu, cem macem deh pokoke. Faktor2 human error inilah yang menjadi penyebab rentannya terjadi kecelakaan di Indonesia. Cuma ada 2 peraturan yang paling ditaati orang Indonesia, pertama dilarang memakai sandal di dalam masjid dan dilarang merokok di areal SPBU, sisanya ora digubris. Masyarakatnya salah? iya, tapi setidaknya kita bisa melakukan edukasi bersama terhadap masyarakat.

BACA JUGA:   Autosuck

Orang kita pada dasarnya cukup manutan dan mudah diarahkan, selama, pemerintahnya bisa memberikan ketegasan dan kepastian hukum. Kalo enggak? ya sama aja bohong. Beberapa contoh yang bisa diambil misalnya. Dulu ketika program konversi minyak tanah ke tabung LPG hampir semua rakyat kecil menjerit, tapi nyatanya sekarang LPG bisa diterima di tengah2 masyarakat kita. Rakyat terbiasa untuk menggunakannya dan mulai berusaha mencari tahu dan mengedukasi dirinya sendiri tentang seluk beluk keamanan menggunakan kompor gas. Meski ya kadang dimanfaatin juga sama perusahaan2 pembuat aksesoris kompor gas.

area merokokContoh kedua, larangan merokok dan pedagang asongan di dalam stasiun dan di atas kereta api. Butuh proses untuk menyadarkan para perokok agar tidak mengganggu para pengguna jasa kereta api yang non perokok. Tapi  karena sudah distandarkan dimana2, maka para pengguna menjadi terbiasa, mereka tidak menolak ketika diarahkan petugas untuk merokok di area yang sudah disediakan. Saya juga seorang perokok aktif, tapi sama sekali tidak keberatan jika dibatasi oleh peraturan dan larangan merokok di area2 tertentu, saya juga merasa risih jika ada perokok lain merokok di ruang yang dilarang merokok. Peron stasiun menjadi tempat yang ramah bagi para pengguna kereta api, tidak terganggu oleh pedagang asongan, calo atau copet berkeliaran. Angkat topi buat PT KAI yang konsisten menerapkan peraturan ini.

BACA JUGA:   Added Value

Contoh terakhir ketegasan untuk menindak tegas penyerobot jalur busway, dengan denda setinggi itu para pelanggar bakalan pikir2 untuk seenaknya menggunakan fasilitas yang tidak diperuntukan untuknya.

Kenapa kasus2 korupsi masih saja terjadi, meski katanya indonesia sudah merdeka dari orde baru? kenapa masih banyak miras beredar disekitar kita, narkoba dimana2. Kondom dan freesex mudah dijumpai. Pengemis2 tidak lagi merasa malu menyodongkan tangannya di setiap perempatan jalan.

Kita ini bisa kok untuk hidup tertib, memang tidak mudah membiasakan masyarakat dengan kebiasaan baru yang lebih baik, semua butuh waktu, tetapi tidak ada yang tidak mungkin. Bolehlah kita meminjam istilah Vicky prasetyo, untuk beberapa hal yang rentan terjadi pelanggaran, pemerintah dapat mempertakut rakyatnya dengan hukuman/denda yang lumayan berat. Bukan untuk meningkatkan pendapatan dari jalur non pajak tetapi agar membudayakan masyarakat pada kebiasaan yang lebih baik.

Ingin produk/website Anda kami ulas? Silahkan klik tombol dibawah ini

Tentang Penulis

Priyo Harjiyono, blogger kelahiran Cilacap yang kini menjadi warga Ngayogyakarta Hadiningrat, baginya blog adalah dunia untuk menciptakan mimpi2nya. Saat ini masih disibukkan sebagai pembelajar dalam dunia pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai: