Dedikasi dan Loyalitas

Menjadi karyawan/ pekerja tentunya kita selalu dituntut memiliki dedikasi/ komitmen dan loyalitas pada tempat kita bekerja. Tentu saja karena pada instansi/lembaga/ perusahaan itulah kita mencari nafkah, maka sudah seyogyanya kita memberikan yang terbaik dari kita untuk kemajuan perusahaan.

Masalahnya…..

Hidup kita sebagai manusia tidaklah sebatas memiliki atribut sebagai pekerja saja, kita juga adalah seorang individu, hamba Tuhan, anggota/kepala keluarga dan warga masyarakat. Bicara tentang dedikasi dan loyalitas tentunya harus kita lihat dulu deskripsi apa dan dimananya? 

Tentu saja bahwa jika kita menjadi karyawan yang berdedikasi akan mempermudah kita naik pangkat, disukai bos, gaji bertambah dan seterusnya, sama analoginya kita sebagai individu, makhluk Tuhan, anggota keluarga atau warga masyarakat.

sehebat apapun hasil pekerjaan seseorang, setinggi apapun prestasinya dalam bekerja, saat dia tidak ada nanti, selalu akan ada orang lain yang mampu menggantikan posisinya bekerja

Menempatkan dedikasi kita pada salah satu area kehidupan kita tanpa memperhatikan area kehidupan yang lain tentu saja malah berakhir tidak baik. Lihat berapa banyak pekerja workaholic yang lembur setiap malam, bekerja keras untuk hidup yang lebih baik, tetapi hidupnya ya begitu-begitu saja, gaji mungkin naik, penghasilan terus bertambah, tapi apakah berbanding lurus dengan kebahagiaannya? Belum tentu.

Waktu istirahat berkurang, waktu bercengkarama dengan keluarga tidak ada, apalagi hubungan sosial dengan tetangga, pasti jadi prioritas nomer buncit.

hubungan keluarga dan pekerjaan

Buatku, klien nomer satu untuk urusan pekerjaan adalah keluarga. Bekerja itu untuk memberi nafkah dan memuliakan keluarga, bukan untuk menyelesaikan semua pekerjaan di kantor, bukan untuk membesarkan nama instansi, apalagi menjadi employee of the month. Karena aku sadar, sehebat apapun hasil pekerjaan seseorang, setinggi apapun prestasinya dalam bekerja, saat dia tidak ada nanti, selalu akan ada orang lain yang mampu menggantikan posisinya bekerja. Instansi hanya akan merasa kehilangan dalam waktu singkat, setelah mendapat penggantinya, we are not even worthy anymore.

Tapi beda dengan keluarga, tidak ada satu manusia pun yang bisa menggantikan posisiku sebagai Ayah Fahri dan Faiz, atau suami dari istriku, meskipun jika misal nanti aku mati dan istriku menikah lagi, di keluargaku aku tetap tak akan terganti. Itu yang selalu aku rasakan pada almarhumah ibuku yang meninggal 18 tahun yang lalu, sosok dalam sebuah keluarga tak akan pernah bisa digantikan oleh siapapun.

Saat seorang pekerja jatuh sakit, maka hanya akan ada satu kali kunjungan dari teman kantor, bos nya? ya tergantung kedekatan dengan si bos atau prestasi kita cukup bersinar disana, klo cukup dekat maka bos itu akan ikut menjenguk kita. Berapa kali? yah paling hanya satu kali dengan durasi lima belas menit. Sisanya, hanya keluarga yang akan menemani kita over all the time, bahkan sampai injury time bila perlu.

Padahal kita tau, hanya para bos dan aturan perusahaan yang selalu membrainstorming dan meneriakkan ke kepala kita mengenai pentingnya dedikasi dan loyalitas kita pada mereka, tetapi saat kita jatuh, apakah ada timbal balik yang setidaknya sama besar atas pengabdian kita? Of course not, tetapi dalam keluarga, kita tidak pernah mendengar perintah, arahan atau paksaan agar berdedikasi pada keluargamu, tetapi kita sendiri sadar, hanya keluargalah yang akan mendedikasikan hidup mereka untuk mendukung apapun keadaanmu.

Oke bukan berarti aku mengatakan, janganlah berdedikasi atas apa yang kamu kerjakan, jangan loyal pada perusahaan tempatmu bekerja. Tetapi, sadarilah, bahwa hidupmu memiliki banyak sekali kebutuhan dan ruang yang perlu diisi, dirawat dan dijaga keseimbangannya.

Bekerjalah sesuai dengan kemampuan, tidak perlu ngoyo, pastikan saja bahwa kamu memiliki cukup ruang dan waktu untuk menyeimbangkan hidupmu. Lembur boleh hanya sesekali, tapi jika harus dipaksa lembur setiap hari, mungkin perlu untuk mempertimbangkan mempetimatikan bosmu atau resign sekalian.

Ingatlah, bos kita hanya mampu menahan gaji kita yang tidak seberapa dari rejeki yang kita terima. Selain dari tempat kita bekerja, Tuhan masih menitipkan banyak rejeki yang bisa kita ambil dari tempat lain, pilihanmu, mau menjemputnya atau tidak? Aku sendiri merasakan banyak sekali keuntungan finansial/non-finansial justru bukan dari tempat aku bekerja, tetapi dari jejaring antar teman bahkan keluarga.

Maka jika kamu seorang pekerja yang mengabdi pada sebuah instansi/perusahaan, pahamilah, bahwa dedikasi dan loyalitas utamamu itu pada Tuhan dan keluargamu, bukan perusahaan/bos, karena hanya dua itu yang akan selalu menjadi tempatmu bersandar dan berbagi cinta, suka dan duka.

Tinggalkan komentar

(Note, links and most HTML attributes are not allowed in comments)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Ingin produk/website Anda kami ulas? Silahkan klik tombol dibawah ini