Jika kita mendengar nama toko komputer, tentu kita akan membayangkan sebuah tempat yang menyediakan aneka komponen dan produk hardware komputer. Karena memang seperti itulah definisi toko komputer yang kita kenal. Satu dekade pertama sejak millenium baru, setiap ada pameran komputer bisa dipastikan bahwa pesertanya akan selalu membludak, begitu pula dengan pengunjungnya. Tidak heran jika hampir setiap bulannya selalu ada pameran komputer yang diselenggarakan asosiasi-asosiasi toko komputer. Akan tetapi sejak era kemunculan smartphone, disusul dengan tablet, maka mulai terkikis pula bisnis ritel toko komputer.
Mau tidak mau, pemilik toko harus mengadopsi perubahan permintaan pasar yang terjadi begitu saja, saat ini pembelian komputer desktop hanya dilakukan instansi dan industri, jika ada permintaan dari perseorangan maka hampir dipastikan bahwa yang diminta adalah jenis PC gaming. Pengguna personal umumnya lebih menyukai komputer portable semacam laptop, netbook, bahkan PC tablet dan smartphone. Permintaan hardware lebih banyak didominasi oleh permintaan pheripheral, seperti flash drive, kabel data, mouse, keyboard, headset dan lain sebagainya. Selain lesunya permintaan produk hardware, persaingan antara toko komputer pun cukup ketat, tidak jarang orang memilih membeli di toko sebelah jika mereka menemukan selisih harga 20 ribu atau lebih.
Untuk mendongkrak penjualan ritel, tidak jarang tim promosi mereka melakukan kunjungan ke instansi/sekolah bahkan di luar DIY untuk mendapatkan peluang baru terutama di bidang pengadaan barang. Untuk promosi di sekolah mereka rata-rata menggunakan bahasa “siap UNBK”
Fokus di jasa pengadaan dan maintenance
Beberapa toko komputer yang ada di Jogja menyatakan bahwa kondisi penjualan ritel saat ini memang sedang lesu, sehingga mereka kemudian mulai menekuni bisnis jasa dan maintenance, terutama untuk masalah servis dan instalasi. Penggunaan IT secara luas membuat peluang bisnis maintenance ini menjadi hal krusial, tapi lagi-lagi ini bukan sekedar masalah instalasi PC ataupun jaringan lokal, tetapi juga melebar pada kebutuhan bisnis klien mereka, misalnya, instalasi CCTV, PABX, LCD proyektor, ISP, tower dll.
Dalam bidang ini, umumnya mereka berusaha menampilkan respon cepat, kualitas kerja, efektifitas, kemudahan akses dan biaya. Selama kita bisa memuaskan klien, biar harga jasa kita agak mahal insyaallah kita akan tetap jadi prioritas saat mereka butuh bantuan mas. Buatku sendiri memang jika untuk urusan harga produk, kita selalu bisa membandingkan harga dari dua brosur untuk bisa menentukan mana yang paling murah, tapi jika kita bicara urusan jasa, variabelnya jadi lebih kompleks, mulai dari kualitas hasil kerja, kecepatan kerja, customer service, kedekatan dengan pelanggan, added value dan kenyamanan menjadi pertimbangan penting selain harga.
Nah bicara soal respon cepat ini, tim maintenance toko sendiri menyadari bahwa mereka sering kewalahan dengan jadwal maintenance yang diminta oleh klien, sehingga mereka mencoba untuk bekerjasama dengan stakeholder lain dalam ini SMK jurusan TKJ untuk ikut terlibat sebagai tim taktis mereka. Di satu sisi, toko tidak akan kehilangan klien, sementara bagi sekolah, siswa mereka mendapat pengalaman berharga dengan terjun langsung menghadapi real problem.
Transisi Toko Komputer ke Software House
Yang menarik, ada satu dua toko komputer yang kemudian menciptakan divisi software untuk mengimbangi kelesuan bisnis hardware. Divisi software ini bertanggung jawab terhadap pengembangan software yang dibutuhkan klien bahkan membuat aplikasi berbasis android. Kemunculan divisi ini menandai bahwa toko komputer tersebut memiliki kepekaan terhadap kebutuhan masyarakat. Tidak jarang di satu instansi mereka kesulitan mengolah atau menampilkan data, karena produk software yang mereka gunakan memang bersifat general, tidak didesain untuk digunakan instansi tersebut, disinilah divisi software toko komputer kemudian hadir dan menjawab tantangan tersebut.
Nah jika kita melihat pergeseran bisnis toko komputer di Jogja, sudah barang tentu kami dari latar belakang SMK TKJ perlu melihat ini sebagai indikator bahwa kebutuhan industri dan dunia kerja diluar sana sudah berubah. Selain bekal kompetensi TKJ dasar yang diajarkan di kelas X sampai XII, siswa perlu juga dibekali ilmu-ilmu tambahan agar mereka bisa lebih mudah bergerak setelah lulus nanti.
Wow jd selain jual hardwarenya jg jual software produksi dewe gtu ta Om?