Memupuk literasi anak

Jaman dewasa kek sekarang ini, anak-anak lebih banyak disibukkan dengan permainan game yang berbasis digital, social media, internet maupun televisi. Baik atau buruk itu tergantung bagaimana pengaruh media tersebut bagi perkembangan si anak sendiri.

Meskipun buku bacaan anak juga cukup banyak di toko buku, kadang sudut itu sepi dari kehadiran anak-anak, yang ada adalah orang tua yang sibuk memilih judul buku buat anaknya. Anak-anak yang agak gede dan menginjak remaja lebih suka baca bacaan novel ringan seputar percintaan remaja.

Sisanya yang sudah terlanjur tua macem mahasiswa dan orang tua, beli buku sesuai kebutuhan tugas maupun kerjaan saja. Tidak masalah sebenarnya, karena menandakan masih ada orang yang membutuhkan buku untuk dibaca, dipelajari dan dinikmati.

Memupuk literasi anak 996110 10206713419660612 4896318949159821558 n

Kemarin ada seorang teman yang pasang screenshot di Fb tentang perbandingan jumlah karya tulis siswa di SMA kita yang gak ada apa2nya dibanding jaman penjajahan Belanda dahulu kala. Mungkin inilah penyebab kita sebagai bangsa konon punya jumlah paper dan jurnal kalah jauh dari negeri tetangga, Malaysia dan Singapura.

Menumbuhkan minat baca pada anak, kemudian melanjutkan dengan memintanya menceritakan kembali, atau menulis sinopsis dari buku itu perlu digalakkan kembali. Anak juga sebaiknya diberi tugas membuat karangan, agar kemampuannya mengeluarkan ide kreatifnya bisa terbentuk dan berkembang.

Toh, tidak ada namanya karangan yang salah, yang ada hanyalah alur sebuah karangan yang belum nyambung, tidak link n match, tetapi pada dasarnya hal itu terjadi karena proses pembelajaran si anak untuk menemukan missing link sebuah karya yang dapat dinikmati orang lain belum sempurna.

Dalam proses membaca, anak akan berusaha menemukan tokoh, alur, keterkaitan, makna dan kesimpulan sebuah cerita/ karya tulis. Sedangkan pada saat menulis dia akan menceritakan kembali sebuah ide yang ada dipikirannya agar bisa mudah dimengerti dan dipahami orang lain.

Mari budayakan mencintai literasi untuk anak, dimulai dari membaca, menulis, bermain dan bercerita.

3 pemikiran pada “Memupuk literasi anak”

  1. Anakku nggak hobi nonton tipi. Tapi Main game seharian. Tablet plus laptop 🙁 paling dia nurut kalau waktu ujian. dia belajar. Kubatasi, susah banget, tapi nggak menyerah.

    Balas
  2. Setuju, Mas. Di rumah kami ada aturan pemakaian gadget dan nonton televisi. Hanya boleh akhir Minggu. Itu pun waktunya terbatas. ira

    Balas

Tinggalkan Balasan ke anotherorion Batalkan balasan

(Note, links and most HTML attributes are not allowed in comments)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Ingin produk/website Anda kami ulas? Silahkan klik tombol dibawah ini