Mengapa Indonesia Perlu Belajar Menjaga Alam dari Papua

Bagi kebanyakan orang Indonesia, masyarakat Papua adalah masyarakat yang homogen seperti halnya suku-suku daerah lain di Indonesia, padahal sejatinya tidak. Berdasar sensus penduduk tahun 2010, ada 1068 suku yang tinggal di Papua dan tersebar di 42 Kabupaten/Kota di dua provinsi bumi Cenderawasih.

Bicara tentang wisata Papua tentunya tidak akan lepas dari pesona Raja Ampat, gugus kepulauan di sebelah barat Papua yang sudah terkenal keindahannya, atau Lembah Baliem dengan kekayaan budaya suku Dani serta danau Sentani yang menarik hati.

Raja Ampat (gambar: boombastis.com)
Raja Ampat (gambar: boombastis.com)

Tempat wisata di Papua tersebut umumnya merupakan destinasi wisata hijau, ya di bumi Papua, dengan bentang alam yang cukup beragam mulai dari pantai, lembah, perbukitan hingga puncak es tropis ada disini. Kecantikan alam di Papua ini tidak lepas dari cara masyarakat Papua mengelola alam mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Cara Masyarakat Papua Menjaga Alam

cara warga papua menjaga alam
Salah Satu Suku di Merauke (sumber: Liputan6.com)

Orang Papua asli memiliki cara unik dalam mengelola lahan perkebunan mereka, yaitu dengan menerapkan sistem ladang berpindah. Sistem ini memungkinkan mereka tetap menghasilkan panen produktif serta menjaga alam yang mereka tempati. Umumnya, masyarakat Papua mengelola 3-4 bidang tanah yang digarap selama beberapa tahun sekali. Setiap lahan digarap selama sekitar 4 sampai enam tahun, jika produksi dari lahan tersebut menurun, maka sudah saatnya lahan tersebut diistirahatkan.

Masyarakat Arfak di Manokwari Barat misalnya, membagi kawasan wilayah mereka menjadi empat bagian. Yang pertama adalah Bahamti, yaitu hutan asli, wilayah yang terlarang untuk diganggu gugat, wilayah ini dijaga ketat oleh masyarakat adat. Warga tidak boleh berladang atau membuka kebun disana, menebang kayu dan berburu pun tidak diijinkan, hanya diperkenankan mengambil rotan dan kulit kayu untuk atap rumah. Tidak mengherankan dengan kearifan lokal yang begitu menghargai alam, Pemerintah Provinsi Papua Barat, menetapkan Hutan Papua sebagai wilayah konservasi dunia. Dan ini menjadikan Provinsi Papua Barat sebagai provinsi konservasi pertama di Indonesia, bahkan di dunia.

Kawasan kedua adalah Nimahanti, yakni bekas kebun/ ladang yang sedang diistirahatkan. Masa istirahat ladang di Papua bisa mencapai 10-20 tahun, selama masa istirahat ini masyarakat Papua menanam pohon Alnov dan Bikiwom, kedua jenis tanaman ini digunakan sebagai indikator kesuburan tanah, caranya adalah jika kedua pohon tersebut telah mencapai tinggi 2 meter dan telah memiliki banyak lumut yang menempel di kulit kayunya, maka tanah dibawahnya sudah kaya akan unsur hara dan siap untuk digunakan bercocok tanam kembali.

Kawasan ketiga dinamakan Susti, yakni lahan yang digunakan untuk berkebun. Yang ditanami dan diolah selama empat hingga enam tahun.

Kawasan terakhir yakni Situmti, atau pekarangan, yang ditanami sayur-mayur dan bahan pangan yang mudah dibawa ke pasar.

Dengan pembagian wilayah tanam tersebut, masyarakat Papua benar-benar menjaga ekosistem lingkungan hidup mereka. Setali tiga uang dengan Suku Arfak di Manokwari, warga Kaimana, memiliki tradisi Sasi Nggama, jika di Manokwari yang dijaga keberlangsungan hayatinya adalah tanah, maka di Kaimana adalah wilayah laut. Sasi Nggama adalah pembukaan kembali wilayah laut untuk dimanfaatkan kembali sumber dayanya oleh masyarakat. Untuk upacara Sasi Nggama ini harus dilakukan oleh ketua adat. Proses pengistirahatan alam ini agar terjadi proses penyegaran keanekaragaman hayati di laut, sehingga lingkungan alam tidak mengalami kerusakan akibat ekspolitasi terus menerus.

Ketam Kenari (idntimes)
Ketam Kenari (idntimes)

Aku sendiri klo ke Papua ingin sekali berkunjung ke Raja Ampat, menikmati kecantikan gugusan pulau disana, snorkeling eh ga bisa renang ding akunya, belajar menganyam noken dan tentu saja bertemu si eksotis Ketam Kenari. Artropoda terbesar yang hidup di muka bumi. Buat yang belum tau Ketam Kenari apa, Ketam Kenari adalah sejenis umang-umang besar yang hidup di pohon kelapa. Mereka umumnya hidup di pohon kelapa di lingkungan pantai, hewan bernama ilmiah Birgus Latro ini tersebar di berbagai negara kepulauan Pasifik, hewan ini meski termasuk keluarga kepiting namun menghabiskan hidup di darat, makanan kesukaannya adalah kelapa, pisang, telur penyu dan bangkai hewan laut yang terseret ke tepi pantai. Masyarakat Papua juga menganggap Ketam Kenari sebagai penjaga pohon kelapa mereka.

 

Artikel diikutkan dalam Lomba Wonderful Papua yang diselenggarakan EcoNusa dan Blogger Perempuan Network

Tinggalkan komentar

(Note, links and most HTML attributes are not allowed in comments)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Ingin produk/website Anda kami ulas? Silahkan klik tombol dibawah ini