Seminar Internet Baik dan Tantangannya

Hari Selasa, 2 Agustus 2016 bertempat di Borobudur Ballroom Grand Tjokro Hotel para peserta seminar Internet Baik mulai berdatangan. Acara yang merupakan program CSR dari PT Telkomsel TBK ini dihadiri peserta dari berbagai kalangan, antara lain guru, orang tua, mahasiswa dan kalangan netizen.

Dalam seminar yang dikemas dalam bentuk Talkshow ini menghadirkan pembicara dari ICTWatch, Kakatu dan Yayasan Kita dan Buah Hati menyoroti penggunaan internet oleh anak-anak yang kadang tidak produktif dan menimbulkan masalah sosial. Antara lain, mengakibatkan perubahan perilaku sosial, adiksi dan menimbulkan bahaya kesehatan.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa internet merupakan pedang bermata dua, di satu sisi dengan keunggulan teknologinya, Internet menjadi wahana untuk connecting people, connecting idea, dan connecting symphaty, sharing knowledge tapi disisi lain, penggunaan internet juga menimbulkan dampak kurang baik akibat pemakaian berlebihan, penyalahgunaan fungsi internet hingga pengacuhan terhadap nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

akronim internet baik #internetbaik #jogja

Internet Baik merupakan akronim dari Internet BertanggungJawab, Aman, Inspiratif dan Kreatif, para narasumber mengajak seluruh stakeholder untuk bisa menyurakan penggunaan internet secara baik dan aman untuk semua. Anak-anak kita yang umumnya merupakan digital native, secara alami sudah bersentuhan dengan teknologi sejak mereka lahir, sementara orang tuanya yang kebanyakan adalah digital migrant, kurang mampu melihat perbedaan ini sehingga menimbulkan gap antara si anak dan orang tua.

Seminar Internet Baik dan Tantangannya 13882294 10207575101517550 7488813369555095913 n

Poin penting dalam pengasuhan anak dalam era digital ini adalah pendampingan, dimana anak perlu ditemani dalam aktifitasnya berinternet, bermain game maupun berinteraksi di dunia maya. Hal ini untuk membangun komunikasi dan faktor trust, anak juga memiliki tempat untuk bertanya saat harus mengambil sikap dalam menghadapi sebuah kondisi di dunia maya. Kasus Awkarin misalnya, yang membuat publik heboh karena apa yang dia sharing di akun instagramnya.

Para digital migrant, yang notabene lebih dewasa, alih-alih memberikan edukasi kepada Awkarin dan generasi digital native, malah justru ikut melakukan cyberbullying. Hal ini menurut mas Donny dari ICTwatch bukan karena kesalahan teknologinya, tapi karena budaya bully di negeri kita memang masih banyak terjadi. Jika hal tersebut ada di dunia maya, hal itu semata-mata karena internet memberikan ruang percepatan informasi yang sangat masih sehingga orang cenderung ikut-ikutan, baik soal bullying atau sekedar saat nemu obyek wisata yang happening banget. Orang kita cenderung reaktif dalam menerima informasi, bukan responsif. Seperti contoh berikut saat seseorang melihat layar dot matrix berubah jadi tulisan Cina lalu disambut netizen dengan caci maki terhadap pemerintah. FYI, layar tersebut berubah jadi karakter Cina semata-mata karena terjadi error, kenapa gak muncul karakter Indonesia? lha namanya juga barang made in China, wajar kalo kode errornya dalam bahasa mereka.

Seminar Internet Baik dan Tantangannya 13876631 10207571323823110 3840271011149899939 n

Peran orang tua, tidaklah sekedar sebagai penyedia saluran teknologi untuk si anak, akan tetapi juga bertindak untuk melakukan pendampingan dan tindakan preventif seperti menerapkan kids mode pada smartphone, menggunakan DNS nawala untuk menghindari akses situs negatif maupun hal-hal lainnya. Jangan sampai hanya bereaksi menyalahkan pihak operator seluler, pemerintah dan pihak lain mengapa konten negatif bisa terdeliver ke gadget anak-anaknya? Toh pada intinya, anak kitalah yang mengalami kecanduan game, mengakses pornografi bukan anak CEO telkomsel atau anaknya dirjen di Kominfo.

Tinggalkan komentar