Some boys were never growing up

Yang namanya cowok, entah masih di usia pra sekolah sampe tua bangka biasanya punya hobby yang menjadi kesukaan dia sejak lama. Meski kadang gak selamanya hobi itu kontinyu seumur hidupnya, tapi ada masanya suatu ketika hobby itu akan muncul lagi setelah mendapat trigger dari kejadian yang gak disangka-sangka.

Ada yang hobinya ngutak atik motor, dari jaman remaja SMP bau kencur, berlanjut sampai usia senja pun ada, bahkan klo sudah terbilang dewasa, urusan hobi ini bisa menghisap dana yang tidak sedikit. Iyalah, jaman anak-anak duitnya masih belum seberapa, terbatas dari uang jajan yang dikasih orang tua, nah setelah tua, yang membatasi cadangan dana untuk biaya hobbynya hanya kemampuan dia menghasilkan uang 😀

Taukah bahwa para penggemar anime, mecha dan tokusatsu — sebutan untuk beberapa genre film anak-anak dari Jepang, kebanyakan adalah orang-orang seusia 20-40 tahun an. Mereka ini adalah manusia yang mengalami masa kanak-kanak berbarengan dengan kejayaan serial seperti Ksatria Baja Hitam, Ultraman, Sentai, Gundam dkk.

Jadi jangan heran jika mereka lah penggemar utama dan koleksi berbagai mainan produksi Bandai, terutama yang berkaitan dengan action figur serial kesukaan mereka.

Some boys were never growing up 5.+cosplay+kakashiDi Jepang, orang tua yang menyukai jenis mainan / superhero anak biasa disebut Otaku – orang aneh, tetapi di Indonesia, sebutan Otaku dianggap sebagai minat terhadap budaya Jepang terutama di genre kartun maupun superhero.

Jadi jangan heran jika di Indonesia banyak klub penggemar segala macam budaya film dari Jepang, mulai dari komunitas Cosplay, kolektor action figur, komunitas anime, manga, tokusatsu dan lain sebagainya.

Sementara penghobi mainan legendaris asal Inggris, Lego pun lebih banyak berasal dari kalangan orang-orang tua, seperti halnya para otaku, para kolektor lego ini didominasi oleh mereka yang sudah bekerja dan berpenghasilan tetap.

Para kolektor Lego umumnya orang yang cukup sabar untuk mengumpulkan berbagai jenis lego Set untuk digabungkan menjadi sebuah ‘kota Lego’. Biaya untuk membangun sebuah kota Lego sendiri tidaklah murah, mengingat satu set Lego yang hanya bisa digunakan untuk membuat satu kendaraan / satu bangunan saja sudah ratusan ribu rupiah, apalagi sampai membuat kota? mungkin bisa mencapai puluhan juta untuk memuaskan kolektornya.

Tapi yang namanya hobbi memang susah untuk ditinggalkan, secara finansial, hobi bisa disebut hampir tidak memiliki keuntungan, tetapi memuaskan. Bukan berarti hobi semacam ini benar-benar tidak bisa memberikan keuntungan lho, karena rata-rata penjual mainan untuk para otaku dan kolektor lego sendiri pada dasarnya memang para penghobi mainan tersebut yang kemudian mengembangkan hobinya agar bisa mendapatkan uang dengan menjual mainan-mainan sejenis pada rekan-rekan komunitasnya.

4 pemikiran pada “Some boys were never growing up”

  1. Adek ku dong…
    Udah bentar lagi mau jadi dokter..masih co-as sih…
    Dan bentaran lagi mau nikah juga…
    Masih tergila-gila sama Naruto, dan sering nge gosipin si Sasuke sama Fathir…ckckck…

    Balas
    • Ultraman sih terutama, terus kamen rider, dragon ball, naruto, bleach, one piece, sentai…. Sik sik akeh men ya haha

      Balas

Tinggalkan komentar

(Note, links and most HTML attributes are not allowed in comments)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Ingin produk/website Anda kami ulas? Silahkan klik tombol dibawah ini