Meski ditentang oleh mantan Mendikbud M Nuh, sejak diputuskan agar kurikulum 2013 dihentikan oleh Mendikdasmen Anies Baswedan, dan sekolah dipersilahkan kembali menggunakan kurikulum KTSP mulai semester genap tahun ajaran 2014/2015 ada harapan bagi guru2 yang mengampu mata pelajaran TIK dan KKPI agar mereka mendapat kesempatan untuk mengajar lagi.
Dalam K13, mereka tidak diakomodir dengan dihapuskannya mata pelajaran TIK & KKPI, dan kemudian tugas mereka dialihkan mengajar mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan. Jika mengacu pada keharusan linieritas maka hal ini sama saja dengan menggetok guru2 TIK dan KKPI, karena jelas rata2 ijazah mereka adalah seputar komputer & informatika, bukan lulusan bidang prakarya/ bussiness school.
Seneng, tentu saja, tapi bukan aku lho yang seneng, tapi temen2 yang ngajar TIK & KKPI. Klo dilihat materi TIK/KKPI kurikulum KTSP menurutku sebagian besar masih standar materi kursus komputer office di LPK2 sebelah. Aku rasa office sebaiknya diajarkan tidak lebih dari level SMP. SD diajari mengenal lingkungan OS, mail, word processing & presentasi power point. SMP diajari spreadsheet semacam excel, cloud computing & ditambah sedikit pengenalan HTML + database.
Tingkat SMA/SMK harusnya dibuat TIK/KKPI yang lebih produktif, desain grafis, pembuatan video, web design, robotika atau untuk jurusan bidang TIK mulai pengenalan bahasa programming yang kelak pasti akan dipakai saat mereka meneruskan kuliah. Setidaknya, dengan modal tersebut siswa2 SMA/SMK sudah punya modal keahlian TIK yang bisa mereka jual sendiri, baik dalam bentuk freelance maupun membuat wirausaha sendiri. Dalam K13 sebenernya sebagian materi ini dimasukkan dalam simulasi digital, tetapi dengan waktu yang hanya 1 tahun tentu saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang bermakna, serba nanggung materi yang dipelajari.
Kembali pada pertanyaan, pentingkah pelajaran TIK & KKPI di sekolah?
Jawabanku penting, siswa kita perlu diberdayakan agar melek teknologi, tapi yang terpenting bukan itu, tapi bagaimana bisa mengajarkan anak2 mampu menggunakan TIK sebagai sarana untuk mendukung pengembangan diri mereka, bukan untuk mengungkung cara berpikir mereka. Teknologi Informasi harus menjadi bagian kesadaran diri mereka akan kebutuhan di masa yang akan datang. Seorang yang sadar TI adalah kebutuhan akan menempatkan TI sesuai dengan porsinya sebagai alat bantu.
Banyak anak muda kita yang kurang bijak menerapkan TIK dalam kehidupan sehari2. Misal, untuk mengupdate status SARA, mendownload/upload konten pornografi, antisipasi hilangnya sekat budaya kesopanan dan kesusilaan dalam TIK seharusnya juga menjadi core dalam pendidikan TIK di negeri ini, agar anak tidak lagi menjadi pelaku / korban cybercrime.
Tetapi masih perlu penyesuaian konten agar tidak terlihat mengulang2 materi dari SD – SMA, TIK / KKPI harus disusun ulang sedemikian rupa agar pada setiap jenjang siswa mendapatkan pengetahuan & pengalaman baru dalam menggunakan teknologi informasi.
setuju deh sama mas Priyo