Golput: Memilih untuk tidak memilih

Pemilu tinggal hitungan hari. Sebentar lagi bakal ada pagelaran Indonesia Memilih, live di semua stasiun Tivi, tentu saja bakal selalu dibumbui cangkeman caleg, pengamat politik bosok di tivi2 itu sendiri.

Demokrasi, sebuah paham dari Yunani yang kini mendunia dan menjadi pilihan sebagian besar negara untuk berkehidupan dan berkebangsaan. But, after all, demokrasi bukanlah sebuah sistem yang benar2 baik dan diterima, setidaknya lihatlah cara Amerika men-demokrasi-kan Afghanistan dan Irak, dengan dalih terorisme, menggulingkan kekuasaan yang sah dan menggantinya dengan tiran baru dengan embel2 demokrasi.

poster-golputDi Indonesia, demokrasi dirayakan dengan pemilihan umum baik dari level Rt-Rw, lurah sampe kepala negara. Hanya sayang, demokrasi di Indonesia menurutku kebablasan.

Cost politik di negeri ini tidak setara dengan kualitasnya. Lihat berapa banyak uang melayang karena kepentingan seseorang maju dalam pilkada? sebesar itukah manfaat yang diterima rakyatnya??? tidak! Para pemimpin daerah terpilih berlomba2 mengembalikan modal kampanyenya dengan cara korupsi, jadi kapan mikirin janjinya ke rakyat? Lima tahun lagi, janji itu akan diulang menjelang pilkada berikutnya, lagi2 tanpa bukti.

Berapa cost politik seseorang menjadi caleg? DPRD II? DPRD I atau kursi empuk senayan? silahkan cek ke lembaga2 survey dan statistik yang mengumpulkan data2 biaya pencalonan ini. Yang pasti nilainya besar, terlampau besar untuk ukuran manusia normal di negeri ini dengan penghasilan cukup, cukup untuk setengah bulan saja.

Selama ini ngeliat dampak cost politik terlalu buruk. Berapa triliun disiapkan pemerintah untuk mendapatkan orang terbaik, di daerah maupun di kota? Dan setelah mendapat orang yang katanya terbaik, mereka pun ramai2 merongrong finansial negara dengan korupsi.

Berapa banyak uang habis untuk hal2 yang tidak perlu? baliho, poster, alat peraga kampanye yang dihabiskan seorang caleg? Apakah itu berguna buat masyarakat disekitarnya? Hanya menjadi sampah visual, yang kemudian dibiarkan mengering di pinggir jalan, menjadi sampah beneran.

Bukankah uang itu lebih bermanfaat digunakan untuk mendanai panti asuhan? menyantuni fakir miskin? bukan untuk mencetak ratusan foto narsis dirinya sendiri?

Lalu dengan partai, selama ini adalah biang kerok ketidakberesan negeri ini. Ya para elite partai yang bangsat2 itu, merekalah setan2 yang bercokol di negeri ini. Para ketua umum, para bajingan terlaknat yang tidak mudah disentuh oleh hukum.

Seorang yang ingin menjadi caleg harus mengeluarkan dana untuk partainya, membuatkan bendera, alat peraga tetek bengek partainya, melakukan kaderisasi partai, menjaring massa, tetapi saat dia kelak bermasalah hukum, terutama korupsi, mudah saja bagi partai mendepaknya.

Darimana sih duit partai? ada dari negara, dari donatur, dan juga dari iuran kader. Kader2 yang bercokol di tempat2 elite seperti legislatif dan eksekutif inilah yang menjadi lumbung dana partai, baik dari duit2 tidak jelas maupun proyek2 terselubung. Mereka pada dasarnya hanya diperas oleh partai untuk mengepulkan asap dapur ketua umumnya. Modal pencitraan dan biaya2 bullshit lainnya.

Saat kadernya tertangkap, maka partainya lepas tangan. Shit lah! Thats unfair, pelakunya mungkin memang dia saja, tapi yang menikmati jatahnya ya partainya juga.

Andai saja, ketika di sebuah daerah ada satu saja kader partai melakukan tindak pidana korupsi, maka sanksinya diberikan pada partai bersangkutan berupa pelarangan untuk mengikuti satu putaran pemilu di daerah yang bersangkutan, aku yakin korupsi di negeri ini bakal lebih mudah ditanggulangi.

Sayangnya, itu hanyalah mimpi belaka, karena bagaimana berharap klub maling membuat aturan untuk menghukum dirinya sendiri jika anggotanya ketahuan mencuri duit rakyat?

Tapi masih banyak caleg bagus yang berjuang untuk rakyat, Yes i agree but that was totaly fucking jokes! Seorang caleg sebaik apapun dia, seperhatian apapun sama rakyatnya, ketika berhadapan dengan ketua umum partainya tetap akan berlaku seperti anjing pada tuannya. Asal bapak senang. Lihat saja drama2 yang terjadi di DPR, hampir tidak ada satu anggota fraksi yang berani mengambil sikapnya sendiri secara independen ketika menghadapi persoalan. Semua ngikut apa kata ketua umum, tidak mempedulikan apa yang diteriakkan konstituennya di balik pagar gedung dewan.

Saat berkampanye mereka mengaku wakil rakyat, saat bersidang paripurna di DPR mereka adalah wakil ketua umumnya masing2, yes, they were bangsat!!!

Golput artinya tidak bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa!!!! Masa depan bangsa yang mana??? yang tahun depan? lima tahun ke depan?? siapapun presidennya, siapapun anggota DPRnya toh kita sama bahagianya, sama sengsaranya juga.

Mau nyari presiden yang berani bikin janji ga akan naikin harga BBM selama masa kepemimpinannya? Aku kok malah pengen ketawa, yuk ah kita tunggu saja hasil pilihan kalian nanti.

Jika golput tidak bertanggung jawab pada masa depan bangsa, lalu bagaimana tanggung jawab mereka, yang menempatkan para koruptor duduk di gedung2 dewan dan balairung2 kota? Apa bentuk tanggung jawab para konstituennya? Bukankah mereka, yang paling bertanggung jawab karena memberikan kesempatan pada koruptor untuk mengambil keuntungan dari bangsa ini. Tell me, anyone?

Ada berapa ratus kepala daerah yang dipilih langsung, dan terjerat kasus korupsi?? 318 lebih, dan adakah konstituennya yang menyatakan bertanggung jawab atas kesalahan pilihannya dulu di masa pilkada?

memilih untuk tidak memilihBukankah sama bullshitnya dengan menuduh golput tidak bertanggung jawab pada masa depan bangsa? Aku rasa golput termasuk selektif karena tidak begitu saja mau mempercayai sistem, janji dan calon, dan memilih untuk tidak terlibat dalam sesuatu yang tidak dia yakini.

Dari pemikiran itulah aku memutuskan memilih untuk tidak memilih. Golput adalah pilihan dalam demokrasi, bahwa dia memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya, memilih untuk tidak terlibat dalam menjerumuskan bangsanya kedalam politik bercost tidak masuk akal, dan memilih orang2 yang tidak akan independen terhadap ketua umumnya masing2.

Lihatlah betapa mudah anak2 muda kita terpecah belah, teradu domba hanya karena masalah warna bendera. Dan itu adalah bendera partai, yang para elite nya kelak tidak akan benar2 memikirkan nasib mereka, tapi sebagai anak muda, adalah kebanggaan bisa membela warna mereka, meski harus menghajar teman yang berwarna lain.

Guoblokkkk!!!! Kita tidak butuh lagi kompeni datang ke negeri ini untuk menghancurkan bangsa kita. Anak2 muda kita terlalu gampang diadu domba hanya dengan mempertemukan dua warna bendera di sebuah persimpangan. Wis cetha, kudu tawur, arang yo mung asu lanang ketemu asu lanang, mesthi njegog!

Yang menarik adalah edisi kafir mengkafirkan dalam berpemilu ini, biarlah hanya para anjing yang saling berteriak kafir, saat melihat temannya mencoblos, dan anjing satunya berteriak kafir pula, saat mengetahui kawannya golput. Hai para anjing, lihatlah kalian sudah diadu domba, oleh partai, oleh KPU, oleh ulama, oleh pejabat, oleh tokoh masyarakat dan oleh kegoblokan kalian sendiri.

Selamat tidak memilih dalam pemilu 2014 bagi yang merayakan

Tinggalkan komentar

(Note, links and most HTML attributes are not allowed in comments)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Ingin produk/website Anda kami ulas? Silahkan klik tombol dibawah ini