Sistem pendidikan yang tepat akan membentuk generasi muda yang berkualitas. Kita tahu bahwa pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting. Pendidikan akan memberikan masa depan yang cerah dan akan meningkatkan perekonomian di masa depan. Mengingat betapa pentingnya pendidikan bagi masa depan suatu bangsa, tak heran jika negara kita terus memperbaiki sistem pendidikan yang diterapkan.
Tenaga pengajar yang ada di Indonesia saat ini menerapkan sistem pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sebaik mungkin, tenaga pengajar menerapkan sistem belajar yang tepat agar anak didiknya bisa mendapatkan pendidikan terbaik. Sistem belajar yang baik akan membentuk kecerdasan anak dengan maksimal.
Perbedaan LOTS dan HOTS
Di dunia pendidikan, kita mengenal ada dua istilah yaitu low order thinking skill dan high order thinking skill. Bagi Anda yang masih merasa awam dengan dua istilah ini, kali ini kita akan membahasnya satu per satu. Apa itu sebenarnya low order thinking skill dan high order thinking skill serta apa perbedaan low order thinking skill dan high order thinking skill
Berdasarkan taksonomi Bloom, LOTS menempati tiga tingkat piramida terbawah, yakni mengetahui, memahami dan mengaplikasikan. Sementara HOTS berada di tiga tingkat yang paling atas yakni analisis, sintesis dan evaluasi.
Dalam perjalanannya, taksonomi bloom ini mengalami revisi, sehingga menghasilkan piramida dengan 6 level yang sama tetapi dengan 6 nama tingkatan yang baru yakni, mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasikan.
High Order Thinking Skill
Kemampuan berpikir anak secara tidak langsung bisa dikembangkan melalui sistem belajar yang tepat. Tugas tenaga pengajar tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan namun juga membentuk pola berpikir anak. Jika anak memiliki pola berpikir yang tepat maka akan lebih mudah baginya untuk memahami semua pelajaran yang disampaikan.
High order thinking skill atau HOTS adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi. Lalu apa sebenarnya kemampuan berpikir tingkat tinggi ini? Sebelumnya, mari kita bahas dulu mengenai tingkatan berpikir. Berpikir terbagi menjadi beberapa tingkatan dari yang paling rendah, menengah, hingga tinggi.
Keterampilan berpikir menurut Krulik dan Rudnick, 1999, dibagi menjadi 4 tingkat. Empat tingkatan berpikir tersebut adalah menghafal (recall thinking), dasar (basic thinking), kritis (critical thinking), dan kreatif (creative thinking). Menghafal merupakan keterampilan berpikir yang paling rendah sedangkan kreatif adalah tingkat berpikir yang paling tinggi.
Lalu tingkatan berpikir yang mana yang merupakan high order thinking skill? High order thinking skill merupakan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Dua tahapan berpikir ini termasuk ke dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi. Otak tidak lagi berpikir berdasarkan ingatan namun berdasarkan apa yang ia cari dan temukan sendiri.
Low Order Thinking Skill
Lalu apa itu low order thinking skill? Kebalikan dari high order thinking skill, low order thinking skill adalah kemampuan berpikir tingkat rendah. Low order thinking skill merupakan kemampuan berpikir pada tahap menghafal dan dasar. Kemampuan berpikir ini masih mengandalkan ingatan otak bukan kemampuan otak untuk berpikir secara kritis.
Low order thinking skill bukan merupakan tujuan pendidikan kita saat ini. Bukan hal yang sulit untuk membentuk kemampuan berpikir yang rendah. Anak bisa dengan mudah menghafal teori dan mengingatnya. Selain itu, kemampuan berpikir dasar juga jauh lebih mudah untuk dimiliki karena otak hanya perlu berpikir hal-hal dasar yang tidak kompleks.
Tujuan pendidikan saat ini adalah untuk membentuk kemampuan berpikir tingkat tinggi. Apapun sistem pendidikan yang diterapkan, anak diharapkan bisa berpikir secara kritis dan kreatif. Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini justru bisa sangat memudahkan siswa untuk menyerap semua ilmu pengetahuan yang diberikan kepadanya.
Keuntungan High Order Thinking Skill
High order thinking skill memberikan banyak manfaat kepada siswa. Justru ketika telah memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, siswa akan jauh lebih mudah untuk memahami berbagai ilmu yang diberikan. Siswa tak lagi hanya menghafal teori namun sudah benar-benar memahaminya dari akar permasalahannya.
Berpikir kritis dilakukan dengan memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi berbagai aspek masalah yang diberikan. Berpikir kritis dilakukan dengan memeriksa segala aspek secara keseluruhan kemudian menarik kesimpulan dari semua fakta yang didapatkan. Berpikir secara kritis secara otomatis akan membuat siswa memahami suatu masalah secara menyeluruh.
Sementara itu, berpikir kreatif merupakan kemampuan berpikir yang menghasilkan sesuatu yang orisinil dan kreatif. Berpikir kreatif berarti siswa akan mencari suatu hal yang baru dan menghasilkan ide-ide yang baru serta kreatif. Jika siswa mampu berpikir kreatif maka bisa diartikan bahwa ia telah memahami konsep suatu masalah hingga bisa mengembangkannya menjadi sesuatu yang baru.
Perbedaan utama HOTS dan LOTS
Low Order Thinking Skill
- Mengandalkan ingatan
- Menggunakan hafalan teoritis
- Berkaitan dengan kemampuan dasar manusia, membaca, berhitung
High Order Thinking Skill
- Mengharuskan analisa informasi
- Membutuhkan pemikiran kritis terhadap informasi
- Memerlukan kreatifitas untuk memecahkan masalah
Mari kita bandingkan dengan low order thinking skill. Low order thinking skill terdiri dari menghafal dan berpikir dasar. Menghafal sangat mudah untuk dilakukan namun tidak bisa bertahan lama. Apa yang kita hafalkan bisa dilupakan dengan cepat. Rekaman ingatan bisa rusak atau hilang dengan mudahnya seiring dengan berjalannya waktu.
Begitu juga dengan kemampuan dasar. Jika hanya mengetahui dasarnya maka kita tak akan memiliki cukup pengetahuan untuk menjelaskan suatu masalah secara keseluruhan. Oleh karena itu dua tahap berpikir ini disebut sebagai tahap berpikir yang paling rendah. Sistem pendidikan kita akan sulit mencetak generasi berkualitas jika yang diterapkan adalah kemampuan berpikir rendah.
Lain halnya dengan kemampuan berpikir tinggi. Jika siswa diajarkan untuk belajar dengan konsep berpikir yang kritis dan kreatif, maka ia dapat memahami suatu ilmu secara menyeluruh. Semua ilmu tidak hanya terekam di dalam otak namun sudah melekat kuat bahkan mengakar di dalam pikiran siswa. Semua ilmu tersebut tidak akan mudah hilang dari pikiran jika siswa memiliki konsep berpikir yang kritis dan kreatif.
Apakah HOTS dan LOTS hanya diterapkan dalam pembuatan soal saja? Ataukah dalam proses pembelajaran juga?
Bisa diterapkan di kelas ibu, misal pada saat melakukan interaksi tanya jawab dengan siswa, bisa menggunakan kata mengapa bukan apa, jelaskan bukan sebutkan. Semoga membantu