“Masyarakat Yogyakarta memiliki kontribusi terbesar dalam menjaga dan memelihara suasana kekeluargaan dan kerukunan antarsuku, agama, kelompok, dan strata sosial,”
Inilah petikan orasi budaya Sri Sultan HB X pada penghujung 2007 ketika beliau beserta GKR Hemas mendapat penyematan ulos dalam Aksi Budaya Batak di Yogyakarta. Ulos adalah kain khas yang berasal dari suku Batak, dalam tradisi masyarakat Batak penggunaan Ulos tidak boleh sembarangan. Dan pemberian Ulos kepada HB X adalah sebagai simbol penghargaan atas keramahtamahan Sri Sultan dan warga Jogja terhadap para pendatang yang berasal dari berbagai suku.
Nama Florence Sihombing mencuat setelah aksi solo alias individualnya menyerobot antrian BBM dan mengata2i kota Jogja di jejaring sosial Path. Tidak butuh waktu lama, buah karma dunia maya segera menghampiri Florence, orang kemudian lantas memaki balik dirinya di seluruh media sosial yang dimilikinya, meneror, mencaci maki dan terus ngepoin dia. Sampai akhirnya ketahuan bahwa dia seorang mahasiswi S2 Kenotariatan UGM, maka semakin meledaklah amarah orang2 mengetahui latar belakangnya.
Florence kemudian seolah menjadi most wanted person di Jogja, anak2 muda banyak yang berusaha mencari lebih jauh tentang Florence, dimana kost/kontrakan Florence Sihombing? tinggal dimana dia selama ini di Jogja? berapa nomer hapenya? apa saja akun media sosialnya? klo kuliah dia naik scoopynya atau sepeda roda tiga? lewat jalan mana biasanya dia kekampus?
Yang hoby bercanda sadis, mencari koleksi kumpulan foto Florence dari jejaring sosial Florence maupun temen2nya, buat dijadikan meme untuk ditulisin macem2, disebar kesana sini, untuk kemudian diketawain, seperti biasa kerjaan yang seharusnya dipasangi papan larangan please don’t make stupid people famous ini selalu laku keras jadi bahan guyonan di dunia maya.
Soal aksi Florence di SPBU Lempuyangan, sebenernya klo dipikir secara nalar masih bisa dimaklumi, seharusnya memang benar pengguna BBM non-subsidi mendapat pelayanan yang lebih prima daripada pelanggan BBM subsidi. Tapi dengan kelangkaan BBM subsidi, boro2 pengguna Pertamax bisa dapet pelayanan, lha wong mau masuk SPBU nya saja sudah terhalang ratusan kendaraan yang antri premium. Menurut Cak Lontong, pemerintah seharusnya MIKIR sebelum menerapkan pembatasan BBM subsidi, karena pengguna juga ikut sengsara klo kek begini jadinya. Pemerintahan SBY memang terbiasa membuat masyarakat panik dengan adegan2 enggak lucu untuk memperpanjang durasi sinetronnya.
Aku bukan pengguna BBM non-subsidi, tapi kasihan juga liat mereka yang sudah menggunakan pertamax jadi kehilangan jatah BBM, harus ikut rela antri bensin dan gak bisa masuk POM gegara kehalang antrian motor. Pada dasarnya Florence, dan juga pengguna BBM non-subsidi adalah korban dari konspirasi pembatasan subsidi SBY.
Kedua soal makian di Path, sebenernya itu ranah pribadi, toh karena terekam di jejaring sosial, bisa dilihat siapa saja dan kapan saja, kemudian menimbulkan protes dari siapa saja yang merasa di serang oleh opini pribadi Florence, dan bahkan Florence sekarang terancam dijerat dengan UU ITE dan sudah ada ormas yang melaporkan cuitan Florence ke Polda DIY.
Secara Pribadi, Florence sudah mengakui kesalahannya dan sudah meminta maaf lewat jejaring sosial miliknya maupun lewat media, sebelum kemudian menghapus semua akun jejaring sosialnya. Pihak UGM selaku almamater juga siap memberikan sanksi etika atas pelanggaran tersebut, dan sebuah LSM telah mengajukan gugatan hukum kepada Florence.
Bagaimana menyikapi cuitan Florence?
Betul omongan Florence di jejosnya bener2 menyakitkan warga Jogja, aku yang cuma pendatang dan hanya punya warisan ‘darah’ Jogja sudah cukup sakit hati melihat statusnya, apalagi yang benar2 orang Jogja. Pun, sebaiknya mari kita berfikir dewasa dan arif bijaksana, sebagaimana kawan2 dari suku lain mengenal keramahtamahan kita sebagai pribadi yang santun, ramah, suka menolong, murah senyum dan pemaaf.
Lupakah kita sebagai warga Jogja yang mengedepankan aksi2 kesantunan dan keramahan dalam menyikapi dinamika persoalan dengan kawan2 pendatang, masih ingat bahwa sebagian dari kita dengan suka rela memberikan dukungan moral kepada Serda Ucok Simbolon setelah menembak mati tersangka premanisme di lapas Cebongan.
Tolong jangan menggunakan kasus ini untuk menggeneralisir atau memperolok nama salah satu marga di suku lain, jangan pula rekan2 pendatang menjadikan kasus individu ini untuk menggalang dukungan teman sesuku untuk memusuhi Jogja dan warganya.
Jika Jogja tidak mencintai saudara Bataknya, tidak akan ada nama jalan Sisingamangaraja, D.I Panjaitan dan C. Simanjuntak di pusat kota Jogja. Tidak mungkin pula warga Batak tidak mencintai Jogja, jika telah bermurah hati menghadiahkan kain Ulos kepada Rajanya.
Untuk rekan2 warga Jogja, ini adalah ujian bagi kita untuk bisa mempertahankan slogan Jogja Berhati Nyaman, kita yang memperjuangkan terus slogan ini, semoga mau bermurah hati memberikan maaf pada mereka yang telah memaki Jogja dan warganya sebagaimana Ngarsa Dalem yang tentunya juga tetap akan mempertahankan Gelarnya, Hamengku Buwana
Apik tulisane.
Jangan terpengaruh provokator yg memanfaatkan situasi ini dengan menggiring ke isu rasial.
bener mas, cuma kesalahan personal aja digawe masalah antar suku
Medsosmu harimaumu hehe 🙂
hooh pril