Setidaknya ada 2 jurus pamungkas yang selalu dikeluarkan oleh dua kelompok berbeda dalam kenaikan harga BBM. Kelompok pertama adalah organda, mereka rutin melakukan mogok massal melayani masyarakat bertransportasi. Kelompok kedua siapa lagi klo bukan mahasiswa yang berdemonstrasi memblokade jalan.
Aku menilai ada yang salah dari cara berpikir kedua kelompok itu, pertama untuk organda, menolak melayani masyarakat memang bisa menjadi senjata untuk mempertakut pemerintah agar bersedia merundingkan kenaikan tarif transportasi.
Akibat kenaikan BBM di era Jokowi ini berbagai organisasi angkutan umum menolak mengangkut penumpang, tidak terkecuali di Jogja. Lagu lama, aku pernah mengalaminya di jaman2 SMA dulu, pada awal2 tahun 2000-an. Saat itu kami pada pagi hari diantar ke tujuan, dan siangnya ketika kami mencari angkutan untuk pulang, yang kami dapati adalah bus-bus yang balapan di jalan raya dan mengolok2 calon penumpang yang terdampar di sudut2 kota.
Guess what?
Tahun2 berikutnya bus di Jogja kehilangan penumpang, calon penumpang yang terlanjur sakit hati dengan kelakuan awak bus memilih menabung untuk mendapatkan sepeda motor sendiri yang lebih fleksibel dan hemat dibanding diperdaya oleh organda di Jogja. Hingga kemudian muncullah trans jogja sebagai alternatif penyedia layanan transportasi yang didukung oleh pemerintah daerah.
Kedua adalah kelompok agent of change, mahasiswa, yang cara demonya tidak pernah berubah dari masa ke masa. Berkelompok memblokade jalan meneriakkan yel yel penolakan. Tapi apakah masyarakat terbantu dengan cara demo mereka?
Thats absolutely bullshit! yang ada masyarakat geram karena mereka harus terjebak oleh kemacetan buatan yang tidak perlu, alih2 menunjukkan sikap pro rakyat mereka justru mempersulit kehidupan rakyat, iyolah macet kan bikin bensine tambah boros.
Ada saran untuk kedua kelompok tukang demo ini, pertama untuk organda, kebijakan kenaikan harga minyak ini pada dasarnya sudah sama2 bisa kita prediksi dari perkembangan yang terjadi di televisi maupun kehidupan sekitar kita. Seharusnya organda bisa membuat mekanisme pencegahan terhadap terganggunya pelayanan publik. Caranya adalah organda dengan pemerintah daerah melakukan studi kasus seandainya terjadi kenaikan harga, maka mereka sudah harus sepakat untuk memperkirakan tingkat kenaikan sementara selama keputusan final belum diputuskan. Jika pada saatnya BBM dinaikkan maka tarif yang berlaku adalah tarif penyesuaian yang didapat dari hasil uji tersebut.
Tarif ini nantinya berlaku sementara sampai organda dan pemda berembuk ulang menghitung secara pasti kenaikan tarif yang sesuai dengan kenaikan harga BBM. Seandainya BBM turun, organda juga harus berlaku adil untuk menurunkan kembali tarifnya, sesuatu yang selalu mereka tolak dengan dalih suku cadang terlanjur naik.
Untuk mahasiswa, saranku adalah jadilah agent of change beneran, karena ada dua tipe pemuda di dunia, tipe pertama adalah mereka yang terus menerus meneriakkan terjadinya perubahan, dan tipe yang terus menerus mengusahakan perubahan, seperti petuah dari rekan2 #JogjaDaruratLogo ayo podo tumandang gawe, ojo mung tumandang lambe, mahasiswa punya resources untuk melakukan penelitian dan pengembangan di bidang energi agar bisa membantu masyarakat dan pemerintah ketika pada saatnya BBM benar naik bahkan jika suatu saat cadangan energi minyak benar2 mendekati titik kritis.
Ini kan tidak, mahasiswa mudah sekali terprovokasi isu2 politik yang terjadi baik di eksekutif maupun legislatif, lempar saja isu, maka mahasiswa sudah berteriak2 turun ke jalan, belum ada keputusan resmi, mereka sudah duluan turun ke jalan, memblokir jalan, merusak fasilitas umum, menyandera mobil tanki BBM. Njuk kecerdasan mereka ditaruh dimana sebenarnya?
Tidak ada yang menganggap kalian jagoan kalo cuma berani lempar batu kepada aparat, itu mental tawurannya anak2 SMA, kalian ini sudah kuliah, tidak ada pula yang akan repot menolong kalian jika melihat kalian digebukin aparat. Bukankah lebih elegan jika kalian maju mendatangi CEO2 perusahaan, instansi2 pemerintah dengan membawa proposal R&D energi alternatif untuk kemajuan bersama. Kalian untung, masyarakat juga bisa menikmatinya.
Mulailah berpikir bagaimana mengubah panas matahari menjadi energi, angin menjadi energi, sampah menjadi energi, gesekan2 ban motor di jalan dan perputaran motor itu sebagai sumber energi terbarukan. Ini yang seharusnya mulai dipikirkan bagaimana pengembangannya, betul pemanfaatan energi tersebut sudah mulai dilakukan oleh beberapa pihak, pun jujur saja, masih dalam batas2 yang sangat kecil dan tidak bisa diakses oleh masyarakat kebanyakan, apalagi yang miskin.
Pulanglah kalian dari jalanan, turunlah ke laboratorium, masyarakat, sungai, sawah2 petani, bukit2 yang tinggi, bertapa bratalah, dan temukan wahyu energi alternatif yang berserakan di sekitar kalian dan ubahlah menjadi sesuatu yang nyata dengan kekuatan kalian; tangan, pikiran dan hati kalian,