Rasanya tidak ada orang dewasa yang tidak merindukan masa kecilnya, saat kehidupan masih benar-benar menyatu dengan alam, dimulai dari kabut dan embun pagi yang menutupi persawahan hingga gemercik suara air sungai yang menenangkan.
Pembangunan memang semakin pesat, dan kebutuhan manusia membuat mereka melupakan alam, tidak jarang, alam yang indah berubah menjadi rusak karena ulah tangan manusia.
Indonesia Masuk Negara Deforestasi Paling Tinggi
Indonesia dikenal sebagai paru-paru dunia, hal ini karena luas hutan di Indonesia yang signifikan karena mampu mendistribusikan oksigen alami dan mengurangi tingkat CO2 dunia. Hutan di Indonesia, banyak yang dijaga oleh masyarakat adat. Masyarakat adat menggunakan hutan sebagaimana mestinya, mereka hidup berdampingan dan saling menjaga.
Hampir sebagian pulau besar di Indonesia memiliki masyarakat adat yang terikat dengan hutan, ada masyarakat Badui di Banten, Suku Anak Dalam di Sumatera, Suku Dayak di Kalimantan dan tentunya masyarakat adat di Papua yang tidak terbilang jumlahnya. Mereka hidup serasi dengan alam dan hutan. Namun, kita tidak memungkiri, bahwa Indonesia beberapa tahun terakhir mengalami banyak masalah hutan.
Menurut WHO, 420 juta hektare hutan telah musnah sejak 1990, dalam satu dekade terakhir 4,7 juta hektare hutan menghilang, kebanyakan beralih menjadi lahan pertanian, tambang, pemukiman dan lain sebagainya. Dan tahukah kalian, Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara dengan tingkat deforestasi paling parah di dunia, selain Brazil dan Kongo.
Berkurangnya hutan di Indonesia selama dua dekade terakhir karena pembukaan lahan kelapa sawit, 80% kasus kebakaran hutan di Indonesia, terkait dengan pembukaan lahan sawit, nah selama 2002 hingga 2020 Indonesia kehilangan 9.75 juta hektar hutan. Angka yang cukup fantastis bukan?
Meski di tahun 2019, Presiden Jokowi mengeluarkan moratorium pembukaan hutan yang berhasil menurunkan tingkat deforestasi hutan selama tiga tahun terakhir hingga 75%, bukan berarti kita bisa berpangku tangan.
Dilema Hutan
Hutan seringkali dianggap sebagai penyelamat iklim dunia, namun meski merupakan aset penting bagi keberlangsungan hidup masyarakat dunia, nyatanya proses deforestasi masih saja terus terjadi, baik untuk memenuhi kebutuhan industri maupun pemukiman. Hutan dianggap sebagai lahan kosong yang siap digunakan kapan saja untuk membangun kota, infrastruktur maupun gedung-gedung bertingkat.

Berkurangnya hutan, sebenarnya berdampak buruk bagi keberlanjutan alam, tidak hanya bagi species yang menghuni hutan seperti flora dan fauna, tetapi juga mengancam manusia. Mulai dari resiko bencana alam, pemanasan global dan tentunya kemunculan berbagai masalah kesehatan. Ya, kebakaran hutan membuat banyak saudara kita di Sumatera dan Kalimantan terganggu kesehatannya karena menghirup asap setiap harinya.
Meskipun Indonesia memiliki Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, toh tetap saja, permasalahan deforestasi ini bergesekan dengan kepentingan investasi, pengusaha dan kebutuhan hidup. Seringkali, hutanlah yang akhirnya harus mengalah pada manusia.
Laleilmanino Ajak Peduli Alam dengan Karya
Laleilmanino, grup musik baru yang terdiri dari Arya Aditya Ramadhya, Ilman Ibrahin dan Anindyo Baskoro merilis single terbaru berjudul Dengar Alam Bernyanyi untuk memperingati Hari Bumi Sedunia pada 22 April 2022 yang didedikasikan #UntukmuBumiku.
Uniknya, lagu ini tercipta saat trio Laleilmanino berkunjung ke kawasan Situ Gunung, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Laleilmanino juga melakukan #TeamUpforImpact dengan mengajak Chicco Jerikho, Sheila Dara dan HiVi! dalam project kali ini. Sebagaimana kita tahu Chicco sendiri merupakan artis yang aktif menyuarakan kepedulian dan perlindungan terhadap gajah di alam liar.
Lirik Lagu Dengar Alam Bernyanyi
Berikut adalah lirik lagu Dengar Alam Bernyanyi karya Laleilmanino
Lihat aku di sini
Indah lukisan Tuhan
Merintih ingin kau kembali
Beri cintamu lagi
Kujaga kau kembali
Berhentilah mengeluh
Ingat, kau yang pegang kendali
Kau yang mampu obati
Sudikah kau kembali?
Simpanlah gawaimu, hirup dunia
Sambutlah mesranya bisik angin yang bernada
Dengar alam bernyanyi
Jagalah kami agar sejukmu kembali
Ingatlah, hai, wahai kau manusia
Tuhan menitipkan aku
di genggam tanganmu..
Simpanlah gawaimu, hirup dunia
Sambutlah mesranya bisik angin yang bernada
Dengar alam bernyanyi
Dengar Alam Bernyanyi, Membawa Kembali ke Suasana 90an
Buat milenial sepertiku, mendengarkan lagu Dengar Alam Bernyanyi seolah membawaku kembali ke suasana di masa kecilku di awal tahun 90an. Di masa itu, udara masih benar-benar segar. Masyarakat masih sangat sedikit yang menggunakan kendaraan bermotor, sepeda menjadi alat transportasi ramah lingkungan paling banyak digunakan di desa kami.
Tak hanya itu, lagu ini juga membawa kerinduan akan kurangnya lagu anak di era saat ini. Suka agak sebel sih ngeliat bocil jaman sekarang nyanyinya lagu cinta. Dengar Alam Bernyanyi punya lirik yang mudah dihafal dan diingat anak kecil, lagu ini cocok banget untuk usia mereka.
Tentunya, lagu ini mampu membawakan pesan positif pada generasi muda agar terus mengingat alam dan hutan.
Dengarkan Alam Bernyanyi Demi Keberlangsungan Bumi
Menariknya, dengan mendengarkan lagu #DengarAlamBernyanyi melalui Youtube, Apple Music dan Spotify kita bisa ikut berkontribusi menjaga hutan karena sebagian dari royalti lagu ini akan disumbangkan untuk konservasi dan restorasi hutan #IndonesiaBikinBangga
Tentunya kita juga bisa mengajak keluarga, teman, saudara dan siapa saja untuk ikut mendengarkan lagu ini bersama.
Aku berharap sih, lagu ini bisa banyak yang mendengarkan, dan semakin banyak musisi yang tergerak untuk menciptakan lagu lagu yang menggugah seperti Laleilmanino ini.
And akhir kata, yuk dengerin lagu ini bareng-bareng #HutanKitaSultan 😀