Journey to the Future; A Dreamland

Bunyi klakson Truk yang dipencet berkali2 itu begitu mengagetkanku, terlambat bagiku untuk menyingkir, aku hanya bisa melihat cahaya putih yang begitu terang dari truk itu lalu……….

BRAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKK!!!!

kurasakan motor dan tubuhku baru ditumbuk oleh benda yang bergerak sangat kencang!!!!

Journey To a Future, Dreamland

Angin yang berhembus pelan menyisir beberapa helai rambutku ke arah mataku, aku mulai sadar dari tidurku, namun kepalaku terasa sakit sekali entahlah apakah karena penyakit yang sudah aku rasakan sejak 5 tahun belakangan ini. Kubuka mataku perlahan dan aku terperanjat melihat apa yang ada di depan mataku, kupandangi sejenak ke kanan kiriku… masih sesuatu yang sama… aku beranjak berdiri dan menatap berkeliling ke segala arah… Ada perasaan takut yang begitu dalam yang tak pernah aku rasakan seumur hidupku.

Yah hanya selaput2 kabut yang mampu aku lihat, sejauh mata memandang hanya gumpalan asap kabut yang mengelilingiku, bahkan aku tak sanggup melihat apakah kakiku benar2 bertumpu pada bumi. Aku tak tahu arah aku tak tahu dimana keberadaanku, apakah aku telah meninggalkan duniaku?? inikah artinya aku hanya sebatas ruh saja? ragaku telah aku tinggalkan dalam iringan tangis keluarga yang aku cintai?

Takut aku begitu takut, aku merasa semua bayangan dan ingatan tentang kehidupan setelah mati seolah benar2 hadir di hadapanku dan akan berlomba untuk membuktikan kebenaran mereka dihadapanku.

Tanpa pikir panjang aku segera menjejakkan kaki dan berlari, sejauh mungkin dari tempat ini, aku merasakan teriakan2 mereka yang begitu bersemangat mengejarku. Semakin lama semakin keras, mungkin mereka sedang mengejek ketololan manusia2 semacamku yang takut akan masa depan kami.

Nafasku tersengal sengal diantara derap langkahku, kepalaku terasa semakin berat dari setiap langkah yang aku ambil, pelan tapi pasti aku mulai kehilangan kendali pada langkah kakiku, sedetik aku berfikir “akankah aku menyerah semudah ini?” detik selanjutnya aku sudah terjatuh dengan sendirinya.

Aku terbangun lagi….
Kabut-kabut itu masih melingkupiku, suara2 itu sudah hilang sekarang, kepalaku tak lagi sesakit saat tadi hanya saja tubuhku terasa begitu lemas. Apakah mereka tidak menemukan aku?? ataukah mereka sedang mengintai dibalik kabut-kabut ini??? Membiarkanku dijejali perasaan ketakutan yang begitu hebat??

Aku tak berani berdiri, aku hanya duduk mendekap kedua lututku lalu membenamkan mukaku diatasnya.. aku mulai menangisi kebodohanku kehinaanku, satu persatu gambar dosa2ku mulai berputar di otakku, menuntut rasa bersalah dan maafku. Aku hanya bisa terisak menyaksikan itu semua dan berdoa memohon ampun pada Yang Kuasa.

Lama aku terlarut dalam kesedihanku, tenggorokanku terasa begitu kering, sejenak kusadari ada sebuah bayangan hitam yang tak begitu jauh di depanku, entah siapa dia, aku diam dan mematung dalam posisiku , mataku menatap tajam bayang2 itu mengantisipasi kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi

” Tapi kemungkinan terburuk apa yang masih mungkin terjadi?” bathinku berkata padaku
Yah benar juga, jika ini benar kehidupan setelah mati tentu ia yang di depanku adalah seorang malaikat, Munkar atau Nakir kah ia?? ahh biarlah setidaknya aku bersama makhluk kebenaran bukan dengan makhluk kesesatan. Aku bergegas berdiri dan melangkah pelan-pelan padanya.

Aku berhenti beberapa meter di depan bayangan itu. Kuberanikan diri menyapanya…

“Assalamualaikum…”

Hanya terdengar bisikan lirih dari arah bayangan itu, aku tak bisa memastikan apa yang ia ucapkan barusan. Lalu ia memutar badan dan mulai berjalan pelan, aku terdiam dan memperhatikan apa yang akan terjadi kemudian. Namun ia hanya berhenti dan ikut terdiam, yah mungkin ia ingin mengajakku ke suatu tempat…

Cukup lama kami berjalan menapaki lautan kabut ini, mungkin sudah beberapa jam dalam waktu dunia, beberapa kali aku mencoba mempercepat langkahku mengejarnya, aku tak pernah mampu menjajarinya, seolah ada kekuatan yang mendorongku untuk tetap ada di belakangnya, ada beribu pertanyaan yang ingin segera kudapatkan jawabannya dari dia, tapi bagiku sepertinya tak mungkin mengajaknya bicara dalam kondisi seperti ini atau bahkan kami tak akan pernah bicara sepatah kata lagi.

Ia berhenti pada suatu tempat yang aku sendiri tak tahu dimana. Ia berbalik dan menatapku,
“Cukup disini aku mengantarmu anak muda”
“Tapi dimanakah saya?”
“Inilah rumahmu”

Aku memandang berkeliling tak tampak satupun benda yang mampu aku lihat selain kabut2 ini. Ini benar2 dunia yang aneh.

“Tapi saya tak bisa melihat satupun benda disini apalagi rumah”
“Aaah ya, aku lupa mengatakannya, ini adalah masa depanmu”
“Maksud anda akhirat?”kejarku
“Bukan, ini adalah bumi, dunia para manusia”
“Bumi tempat saya tinggal?”
“Benar ini bumi yang sama yang kamu tinggali”
“Tapi mengapa tak satupun sesuatu di bumi ini yang bisa saya lihat sejak saya dibawa ke tempat ini?”

Aku bisa merasakan dia tersenyum penuh arti padaku.

Journey to the Future; A Dreamland past present future“Itu karena kamu telah melangkah di tempat yang bukan hak kamu untuk melangkah, karena semua yang ada di masa depan selalu akan tersimpan sebagai rahasia Ilahi dan tersimpan di laci-laci langit. Disinilah kelak kamu akan membangun rumahmu, hari ini kamu tak akan tahu pastinya dimana, dan kamu tak akan tahu seperti apa bentuknya sekarang, kamu tak akan melihat satupun dari masa depanmu, semua masih kosong dan berkabut”

Iapun menambahkan “Selama kamu mau berdoa dan berusaha, kamu bisa mengubah kabut2 ini menjadi istana bahagia semegah yang kamu impikan, atau kamu hanya akan mendapati beberapa tumpukan kardus yang akan kamu sebut sebagai rumah sengsara”

Suara dan bayang2 itu semakin redup, sementara gumpalan kabut yang melingkupiku mulai pudar dan menghilang, menyisakan dunia yang semakin hitam, hitam dan hitam….

Aku tersadar dari tidurku, kepalaku masih sakit, sekujur tubuhku terasa kaku, ku dengar beberapa orang tengah berbicara lirih tidak jauh dari tempatku berbaring, kubuka mataku perlahan kucoba memanggil mereka…tak ada suara yang keluar dari bibirku… aku tak kuasa mengangkat tanganku..hanya mampu menggerakkan jari2 tanganku…

“Hei…syukurlah kamu sudah bangun, kami sangat mencemaskanmu”

Kukerlingkan mataku berusaha menatap pemilik suara itu, dan kupaksakan tubuhku memberikan sedikit senyum untuknya.

Tinggalkan komentar

(Note, links and most HTML attributes are not allowed in comments)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Ingin produk/website Anda kami ulas? Silahkan klik tombol dibawah ini