Pernah nggak sih kamu lagi liburan ke pantai atau kolam renang, tiba-tiba lihat seseorang kesulitan di air? Situasi kayak gitu bisa bikin panik, bahkan buat orang yang biasa tenang sekalipun. Masalahnya, kalau salah langkah, bukan cuma orang yang tenggelam yang berisiko, tapi juga kita yang mau nolong. Makanya, penting banget buat tahu langkah pertolongan pertama yang benar saat menghadapi orang tenggelam.
Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2024 menunjukkan bahwa tenggelam masih jadi salah satu penyebab utama kematian tidak disengaja di dunia. Setiap tahunnya, diperkirakan ada lebih dari 230.000 kasus kematian karena tenggelam secara global. Di Indonesia sendiri, angka kejadian tenggelam cukup tinggi, terutama di daerah pesisir dan saat musim liburan. Artinya, pengetahuan tentang pertolongan pertama ini bukan cuma teori, tapi bisa benar-benar menyelamatkan nyawa di kehidupan nyata.
Pertolongan Pertama Korban Tenggelam
Daripada menyesal belakangan atau bingung di situasi genting, yuk kita bahas secara lengkap, praktis, dan pastinya gampang dipahami tentang apa saja yang harus dilakukan saat menemui orang tenggelam. Bukan cuma buat kamu yang suka main ke pantai, kolam, atau danau, tapi buat siapa aja yang peduli dengan keselamatan.
1. Tetap Tenang, Amati Situasi
Langkah pertama dan paling krusial adalah tetap tenang. Ini kelihatannya simpel, tapi dalam kondisi darurat, panik itu refleks alami. Masalahnya, kepanikan bisa membuat keputusan kita kacau.
Saat melihat orang tenggelam, amati dulu situasi sekitar: seberapa jauh posisi korban dari daratan atau tepian? Apakah ada arus kuat? Bagaimana kondisi lingkungan, misal ada ombak besar atau tidak? Informasi ini penting buat menentukan langkah berikutnya, apakah kamu bisa langsung menolong atau perlu memanggil bantuan profesional.
Menurut panduan terbaru dari American Red Cross tahun 2024, prinsip utama adalah “Reach, Throw, Row, Don’t Go.” Artinya, sebisa mungkin jangkau korban tanpa masuk ke air, atau lempar alat bantu, atau gunakan perahu. Jangan langsung terjun ke air kecuali kamu benar-benar terlatih, karena korban panik bisa menarik penolong hingga ikut tenggelam.
2. Hubungi Bantuan Secepatnya
Kalau memungkinkan, langsung minta orang sekitar untuk menghubungi nomor darurat. Di Indonesia, kamu bisa telepon 112 (layanan darurat nasional) atau layanan SAR lokal. Sambil menunggu bantuan, tetap pantau posisi korban.
Penting juga untuk memberikan informasi sejelas mungkin saat menghubungi petugas: lokasi tepat, kondisi korban (sadar/tidak), dan apa yang sudah kamu lakukan sejauh ini. Ini mempercepat respons bantuan datang dengan peralatan dan tim yang sesuai.
Jangan ragu teriak minta tolong ke orang lain di sekitar, semakin banyak orang yang aware, semakin besar peluang untuk menyelamatkan dengan cepat dan aman.
3. Upayakan Penyelamatan Tanpa Risiko Berlebihan
Kalau korban masih terlihat di permukaan dan kamu bisa menjangkau dia dengan alat (seperti kayu panjang, pelampung, atau tali), manfaatkan itu. Lempar alat bantu atau ulurkan benda panjang sambil tetap di tempat aman.
Kalau benar-benar terpaksa harus masuk ke air — misalnya karena tidak ada alternatif dan korban dalam kondisi kritis — pastikan kamu membawa alat bantu mengapung seperti pelampung atau papan. Jangan pernah mendekati korban dari depan; selalu dari belakang untuk menghindari pegangan panik yang bisa berbahaya.
Studi pelatihan water rescue terbaru menunjukkan bahwa 70% penolong yang tidak menggunakan alat bantu berisiko ikut jadi korban. Jadi, safety first, no matter what.
4. Setelah Berhasil Membawa Korban ke Darat, Cek Kesadaran
Begitu korban berhasil dibawa ke darat, segera cek kesadarannya. Panggil namanya, goyangkan sedikit bahunya. Kalau korban sadar dan bisa bernapas normal, segera posisikan dia dalam posisi pemulihan (recovery position) yaitu miring ke salah satu sisi dengan kepala sedikit mendongak ke atas agar jalan napas tetap terbuka.
Kalau korban tidak sadar dan tidak bernapas, segera lakukan resusitasi jantung paru (RJP/CPR). Untuk awam, langkah CPR dasar yang direkomendasikan adalah:
-
30 kompresi dada (dengan kecepatan 100-120 tekanan per menit)
-
2 bantuan napas (kalau kamu terlatih; kalau tidak, tetap lakukan kompresi saja)
Usahakan terus lakukan CPR sampai korban mulai bernapas sendiri atau tim medis datang.
5. Waspadai Risiko Lanjutan: Hipotermia dan Komplikasi Lain
Korban tenggelam tidak berhenti masalahnya setelah berhasil dibangkitkan. Salah satu risiko besar adalah hipotermia, yaitu kondisi di mana suhu tubuh turun drastis. Terutama kalau tenggelam di air dingin seperti danau pegunungan atau saat malam hari.
Segera lepas pakaian basah korban, selimuti dengan kain kering, dan hindari paparan angin langsung. Jangan gosok tubuh korban terlalu keras karena bisa memicu gangguan irama jantung.
Selain hipotermia, risiko lain adalah dry drowning atau tenggelam kering, yaitu kondisi di mana air yang sempat masuk ke saluran napas menyebabkan pembengkakan lambat. Kadang gejalanya baru muncul beberapa jam setelah kejadian. Jadi, meskipun korban terlihat membaik, tetap anjurkan pemeriksaan medis lanjutan.
6. Bagaimana Kalau Korbannya Anak-anak?
Kasus tenggelam pada anak-anak perlu perhatian ekstra. Menurut data dari Kemenkes 2024, anak-anak usia 1–14 tahun adalah kelompok paling rentan terhadap insiden tenggelam di Indonesia.
Prinsip pertolongan tetap sama: amankan dulu lingkungan, hubungi bantuan, lakukan penyelamatan dengan aman, cek kesadaran, dan berikan CPR jika perlu. Yang perlu diingat, kompresi dada pada anak dilakukan dengan satu tangan (untuk anak-anak) atau dua jari (untuk bayi), dan kekuatan tekanan disesuaikan dengan ukuran tubuh mereka.
Kenapa Pengetahuan Ini Wajib Dimiliki Semua Orang?
Banyak orang menganggap urusan keselamatan di air adalah tanggung jawab petugas pantai atau lifeguard. Padahal kenyataannya, dalam banyak kasus tenggelam, orang pertama yang ada di lokasi adalah warga biasa — kayak kamu dan aku. Jadi, punya pengetahuan pertolongan pertama ini bukan sekadar tambahan skill, tapi bentuk empati dan tanggung jawab sosial juga.
Belajar pertolongan pertama itu ibarat investasi. Kamu mungkin nggak pernah tahu kapan akan membutuhkannya, tapi saat itu datang, kamu bisa membuat perbedaan antara hidup dan mati untuk seseorang.
Sekarang, coba tanya ke diri sendiri: kalau besok lihat orang tenggelam, apa kamu siap membantu? Kalau jawabannya belum yakin, yuk mulai belajar CPR dasar, latihan penyelamatan di air, atau ikutan workshop pertolongan pertama di kotamu. Jangan tunggu sampai kejadian beneran. Pengetahuan kecil yang kamu punya bisa jadi penyelamat besar untuk orang lain. Yuk, jadi bagian dari #SiapSadarTolong hari ini!
referensi: https://pafiwaplau.org/