kebakaran

Tindakan Darurat Saat Terjadi Kebakaran

Bayangin kamu lagi santai di rumah, kantor, atau mall, tiba-tiba alarm kebakaran berbunyi keras. Asap mulai memenuhi ruangan, dan suasana berubah kacau. Kondisi kayak gitu memang serem, bahkan buat orang yang biasanya tenang sekalipun. Tapi justru di situasi kayak begini, tindakan yang cepat, tepat, dan tenang itu bisa jadi penentu antara selamat atau terjebak.

Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia tahun 2024 mencatat bahwa kejadian kebakaran di permukiman padat meningkat sekitar 12% dibanding tahun sebelumnya. Sebagian besar kasusnya disebabkan oleh korsleting listrik, kelalaian penggunaan kompor, atau instalasi gas yang bocor. Artinya, potensi kebakaran ada di sekitar kita sehari-hari, bukan cuma di pabrik atau gedung tinggi saja.

Banyak orang mengira kalau kebakaran itu hanya tentang memadamkan api. Padahal, dalam situasi darurat, prioritas utama justru adalah menyelamatkan diri dan membantu orang lain tanpa menambah korban. Nah, di artikel ini, kita bakal bahas langkah-langkah darurat apa aja yang harus dilakukan saat menghadapi kebakaran, dari sudut pandang yang mungkin jarang dibahas: gimana cara tetap rasional dalam kekacauan.


1. Deteksi Dini: Pahami Tanda Awal Kebakaran

Sebelum membahas aksi heroik, yang paling penting adalah kemampuan mendeteksi tanda-tanda kebakaran sejak dini. Misal, kamu mencium bau kabel terbakar, asap tipis dari stop kontak, atau suara percikan aneh dari panel listrik. Jangan tunggu sampai api kelihatan besar — kebakaran bisa berkembang sangat cepat, bahkan dalam hitungan menit.

Menurut riset dari National Fire Protection Association (NFPA) 2024, rata-rata waktu yang kamu punya untuk menyelamatkan diri setelah alarm kebakaran berbunyi hanyalah sekitar 2–3 menit. Itu berarti, setiap detik berharga. Kalau kamu mendeteksi tanda-tanda aneh, langsung siaga, jangan menunda.


2. Jangan Panik, Fokus Cari Jalan Keluar

Saat kebakaran terjadi, refleks alami manusia adalah panik dan berlarian. Sayangnya, panik justru memperbesar risiko. Saat asap tebal, visibilitas bisa turun hampir nol, dan orang sering kehilangan orientasi.

Kalau alarm berbunyi atau kamu sadar ada kebakaran, lakukan ini:

  • Segera tinggalkan barang-barang pribadi. Waktu kamu terbatas. Nggak ada barang yang lebih berharga dari nyawa.

  • Cari jalan keluar terdekat. Kalau kamu di gedung bertingkat, jangan pernah pakai lift. Pakai tangga darurat.

  • Merangkaklah jika ada asap. Asap beracun cenderung naik, jadi udara yang lebih bersih ada di dekat lantai.

Sebuah studi tentang evakuasi darurat di Korea Selatan tahun 2023 menunjukkan bahwa korban yang memilih langsung mencari jalan keluar tanpa mencoba memadamkan api punya tingkat keselamatan 3 kali lebih tinggi dibanding mereka yang menunda evakuasi.


3. Jika Terjebak, Buat Penghalang Asap

Kadang, jalur evakuasi utama sudah tertutup api atau asap tebal. Kalau ini terjadi, kamu perlu berubah strategi: bertahan sambil menunggu bantuan.

Beberapa langkah bertahan hidup yang disarankan:

  • Tutup semua pintu. Gunakan handuk basah untuk menyumpal celah pintu agar asap nggak masuk.

  • Cari ruangan dengan jendela. Kalau memungkinkan, buka jendela untuk menghirup udara segar dan memberi sinyal ke luar (misal dengan kain warna terang).

  • Jangan lompat sembarangan. Kalau kamu ada di lantai tinggi, melompat adalah pilihan ekstrem yang hampir selalu lebih berbahaya. Tunggu petugas penyelamat.

Di beberapa negara maju, prosedur “shelter in place” ini bahkan diajarkan sebagai bagian dari edukasi bencana wajib di sekolah dan kantor.


4. Gunakan Alat Pemadam Kebakaran Hanya Jika Aman

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) ada di banyak tempat umum. Tapi perlu diingat, APAR hanya efektif untuk api kecil di tahap awal, dan harus digunakan kalau kamu benar-benar yakin jalur evakuasi masih aman.

Cara sederhana mengingat penggunaan APAR adalah metode PASS:

  • Pull: Tarik pin pengaman.

  • Aim: Arahkan nosel ke dasar api.

  • Squeeze: Tekan tuas untuk menyemprotkan.

  • Sweep: Gerakkan semprotan ke kiri dan kanan.

Kalau apinya sudah besar, asap sudah banyak, atau kamu nggak yakin caranya, jangan ambil risiko. Fokus saja pada penyelamatan diri.


5. Evakuasi Khusus: Anak-anak, Lansia, dan Disabilitas

Saat terjadi kebakaran di lingkungan ramai, evakuasi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, atau orang dengan disabilitas harus menjadi prioritas.

Menurut data WHO 2024, kelompok ini 4 kali lebih berisiko menjadi korban fatal saat terjadi bencana kebakaran dibandingkan orang dewasa sehat. Itu kenapa perlu strategi evakuasi khusus:

  • Gandeng anak-anak erat-erat. Jangan biarkan mereka berlari sendiri.

  • Bantu lansia atau difabel. Kalau perlu, angkat atau seret ke arah aman.

  • Berkoordinasi dengan orang sekitar. Evakuasi tim harus berjalan bersama-sama, bukan individu yang jalan sendiri-sendiri.


6. Setelah Selamat, Lapor dan Evaluasi

Kalau sudah berada di tempat aman, jangan langsung pulang atau berpisah. Laporkan diri ke posko evakuasi atau ke petugas kebakaran. Ini penting buat pencatatan jumlah korban, supaya tidak ada yang masih tertinggal.

Kalau kamu punya waktu, lakukan refleksi kecil. Tanyakan ke diri sendiri: apa yang bisa diperbaiki? Apakah jalur evakuasi mudah ditemukan? Apakah alarm terdengar jelas? Evaluasi ini penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan di masa depan.


Kenapa Pengetahuan Ini Penting Banget?

Banyak orang merasa aman di dalam gedung modern, padahal fakta membuktikan, gedung dengan sistem keamanan canggih pun tetap bisa kena musibah. Tragedi seperti kebakaran apartemen Grenfell Tower di London beberapa tahun lalu membuktikan bahwa tanpa kesiapan individu, teknologi canggih pun nggak cukup.

Tindakan sederhana seperti mengenali jalur evakuasi, memahami cara kerja APAR, atau sekadar tahu harus merangkak saat ada asap, bisa membuat perbedaan besar. Bukan cuma buat diri sendiri, tapi juga buat keluarga, teman, dan orang lain di sekitar kita.

Yuk, mulai sekarang, jadikan kebiasaan buat cek jalur evakuasi setiap kali kamu masuk gedung baru. Belajar cara pakai APAR, latihan simulasi evakuasi di kantor atau rumah, dan ajak orang terdekat buat lebih sadar bahaya kebakaran. Kesiapsiagaan bukan cuma soal alat canggih, tapi soal mindset. Ayo jadi generasi yang bukan cuma panik kalau ada bencana, tapi siap bertindak.

referensi: pafipckotabangkalan.org

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

(Note, links and most HTML attributes are not allowed in comments)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Ingin produk/website Anda kami ulas? Silahkan klik tombol dibawah ini