Kemampuan berpikir kritis adalah salah satu kemampuan penting yang perlu dimiliki siswa dalam menyongsong tantangan global yang semakin majemuk. Ada empat kompetensi utama yang perlu dimiliki manusia di era globalisasi saat ini yaitu Critical Thinking, Creativity, Collaboration and Communication. Keempatnya diperlukan agar siswa mampu beradaptasi dengan perubahan dan tantangan yang terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman.
Oleh karena itu sedari dini, siswa perlu diberikan kesempatan untuk mengasah kemampuan soft skill tersebut lewat kegiatan yang dapat memberikan pengalaman bermakna sekaligus aktualisasi diri lewat karya yang diciptakan.
Yogyakarta Independent School menyadari pentingnya hal tersebut, sehingga satu-satunya sekolah yang menerapkan kurikulum International Baccalaureate di Yogyakarta ini menggelar pameran Primary Year Programme Exhibition 2024 bertajuk: Harmony in Diversity, Exploring Rights, Resources, and Community Communication.
Siswa SD Unjuk Kebolehan di PYP Exhibition 2024
Primary Year Programme adalah jenjang pendidikan setingkat sekolah dasar untuk sekolah yang menerapkan kurikulum IB. Pada PYP Exhibition 2024 ini, siswa kelas 5 dan 6 menggelar karya mereka di koridor sekolah dan memberikan penjelasan pada para pengunjung mengenai apa sih yang mereka hadirkan di ajang kali ini.
Menurut Ibu Ajeng selaku penanggungjawab acara, exhibition kali ini memiliki 4 tema utama yang direpresentasikan menjadi empat kelompok siswa. Yaitu Environment, Equality, Community serta Peace and Conflict.
Empat Tema Utama PYP Exhibition 2024
Setiap kelompok menyajikan booth yang berisi karya mereka, yang memberikan gambaran bagaimana mereka mengadopsi tema tersebut menjadi sebuah ide, kemudian menjadi karya visual.
Untuk bidang Environment misalnya, siswa mengambil tema Ancient Creatures, hewan-hewan yang hidup di masa pra sejarah, Jerzy, siswa grade 5 menjelaskan mengapa mereka memilih tema tersebut.
Baginya, hewan-hewan prasejarah memiliki lingkungan yang lebih baik dibanding kualitas lingkungan di era saat ini, meskipun demikian, perubahan zaman membuat mereka tidak mampu bertahan dan beradaptasi dengan baik sehingga punah.
Manusia dapat belajar bagaimana beradaptasi dan terus menjaga keseimbangan lingkungan agar tetap lestari, tentunya agar keanekaragaman hayati dapat tetap dipertahankan selama mungkin.
Grup kedua mengupas tentang rasisme yang marak terjadi, mereka tidak hanya menyajikan mengapa rasisme itu ada, tetapi juga bagaimana upaya untuk menghindari diskriminasi sesama. Sebagai sekolah berkurikulum internasional dan memiliki siswa dari beragam bangsa, YIS tentunya sangat menghargai perbedaan background setiap siswa. Dan tema ini seolah mengingatkan, siapapun kita, darimana asal kita, kita semua adalah manusia yang sama yang saling belajar satu sama lain.
Di grup ketiga, aku cukup kagum mereka membawakan tema tentang konflik yang terjadi di Indonesia, dan mereka menganalisis dampaknya di lingkungan sosial, contoh tema yang dihadirkan adalah tentang reformasi, bagaimana reformasi saat itu dapat menumbangkan sebuah rezim dan mengubah wajah Indonesia menjadi seperti saat ini.
Dampak sosial dari reformasi tentu bisa kita rasakan saat ini, dimana proses demokrasi menjadi semakin penting dan masyarakat adalah bagian aktif dari proses tersebut.
Di tema keempat tentang komunitas mereka menyajikan ide tentang konservasi hewan, ya, mirip seperti tema pertama, bahwa alam harus dijaga, namun perbedaan dengan kelompok pertama disini mereka menekankan bahwa aktor utama dari upaya pelestarian adalah kita sendiri.
Selain dari pameran kelas 5 dan 6 tersebut, siswa kelas 3 dan 4 juga turut menyajikan karya mereka, beberapa yang menarik adalah simulasi mengenai gunung berapi, tsunami dan tornado menggunakan bahan-bahan sederhana.
Kelompok lain juga menyajikan berbagai miniatur daerah urban, pedesaan dan lain-lain menggunakan bahan seperti kardus, kertas, dan mainan.
Apa yang Penting dari Exhibition Ini?
Untuk siswa jenjang sekolah dasar, pameran kali ini mampu menjawab tantangan kebutuhan akan 4 softskill paling utama yang disebutkan di awal artikel, pertama adalah critical thinking.
Siswa perlu mencari ide yang selaras dengan tema yang diberikan, mengolahnya dari sebuah pertanyaan menjadi sebuah karya. Kemampuan ini tentunya sangat dibutuhkan tidak hanya oleh siswa, tetapi oleh society dewasa ini.
Kedua kemampuan berkolaborasi, ditunjukkan dengan pengelompokkan siswa, setiap siswa dapat saling berkolaborasi untuk menghasilkan satu karya yang padu padan untuk dipresentasikan dalam exhibition kali ini.
Kreativitas ditandakan dengan berbagai pernik yang mereka sajikan di booth, selain memberikan penjelasan, narasi gambar mereka juga menjual pernak-pernik yang mereka desain sendiri, misalnya stiker dan mug.
Kemampuan komunikasi siswa juga ditunjukkan dengan bagaimana mereka secara sigap menjawab pertanyaan pengunjung, menjelaskan apa yang mereka kerjakan dan mengapa mereka memilih tema tersebut. Kemampuan ini adalah kemampuan penting untuk menyebarluaskan gagasan mereka dan membangun sebuah persepsi yang dapat diterima pihak lain.
Aktualisasi diri siswa lewat program PYP Exhibiton 2024 ini menurut aku sangat penting dalam upaya memberikan pengalaman siswa secara konkrit untuk menemukan, merumuskan, mengolah dan menyajikan sebuah ide yang abstrak menjadi sesuatu yang nyata, dapat dipahami serta dapat dibagikan ke para pengunjung pameran.
Oh ya, untuk siswa YIS sendiri Exhibition semacam ini adalah salah satu cara mereka meraih penilaian belajar. Jadi penilaian belajar tidak selalu hanya berpaku pada ujian tulis, tetapi bagaimana mereka bisa mengaktualisasi sebuah ide menjadi karya. Sebuah hal yang mungkin perlu ditiru oleh sekolah-sekolah lain di Indonesia.