Pada artikel sebelumnya, rekan-rekan dari ASITA dan influencer diajak berkeliling di Kota Jogja, perjalanan Java Promo Famtrip 2022 berlanjut menuju Kabupaten Gunungkidul. Kabupaten yang saat ini memiliki banyak destinasi wisata alam ini menjadi agenda kami di hari kedua rangkaian Java Promo Family Trip. Kami berangkat dari Kampung Prenggan, Kotagede menuju Desa Wisata Jelok untuk melakukan jelajah gunung kidul.
Jelajah Gunung Kidul Bareng Java Promo
Jarak perjalanan dari Kampung Prenggan sampai ke Jelok sekitar satu jam. Setelah menyusuri jalan Wonosari sampai ke Bukit Pathuk, kami belok kiri menuju arah HeHa Skyview, bedanya, untuk menuju HeHa kita akan belok ke kanan lagi, untuk menuju Jelok, kami berjalan lurus menuruni bukit. Jalur ini disarankan untuk perjalanan menuju Desa Wisata Jelok, sementara untuk baliknya bisa menggunakan jalan Beji yang tidak terlalu menanjak.
Bermain di Desa Wisata Jelok
Kami disambut oleh Pak Sukri dan rekan-rekan dari Desa Wisata Jelok. Oh ya, Desa Wisata Jelok ini berdiri sejak tahun 2006, beberapa layanan yang diberikan adalah wahana outbond, susur sungai Oya, restoran dan fasilitas homestay. Untuk homestay sendiri, Pak Sukri dan rekan-rekan memanfaatkan rumah warga, sehingga menginap di Jelok, kita akan berinteraksi dengan pemilik rumah selaku induk semang.
Di Desa Wisata Jelok juga ada kerajinan UMKM, yaitu pembuatan batik, sebagai ciri khas, batik produksi Desa Wisata Jelok menggunakan motif jantung pisang. Motif ini diambil karena pohon pisang yang banyak tumbuh subur di desa dan dijadikan sebagai icon khas dari desa wisata ini.
Rekan-rekan influencer dan ASITA selanjutnya diajak untuk mengikuti permainan ala Jelok yang dipandu oleh tim local guide Desa Wisata Jelok. Permainan ini untuk membangun kedekatan antara para peserta sekaligus sebagai ice breaker akibat perjalanan yang cukup panjang dari kota Jogja menuju Gunungkidul.
Untuk keperluan wisata, Desa Jelok bisa mengagendakan acara bercocok tanam dengan menanam padi langsung di sawah, membajak sawah, memberi pakan ternak, susur sungai maupun permainan seru lainnya.
Selepas bermain bersama kami dijamu untuk menikmati masakan desa di kandang sapi. Yes, jika kita biasanya melihat restaurant dengan konsep gazebo atau saung terpisah, maka di Jelok, mereka memanfaatkan bekas kandang sapi sebagai saung yang dapat digunakan wisatawan untuk makan maupun bercengkerama. Untuk kebutuhan yang lebih besar juga tersedia joglo lesehan bagi para peserta outbond.
Menu makanan di Desa Wisata Jelok yang paling menarik adalah Gudeg Sinuwun, yes jika kita mengenal gudeg mainstream berbahan dasar nangka dan gudeg manggar yang berbahan dasar bunga kelapa, maka Gudeg Sinuwun Jelok ini berbahan dasar jantung pisang.
Nah, kebaca kan mengapa desa wisata di kelurahan Beji, Pathuk ini menggunakan motif jantung pisang sebagai motif khas di Jelok. Menu lain yang tidak kalah menarik adalah sayur lombok ijo khas Gunungkidul. Berbeda dengan menu lombok ijo di kebanyakan tempat lain di jawa yang lebih mengedepankan masakan kering, maka menu lombok ijo Gunungkidul ini menggunakan kuah. Menu lain yang tersedia antara lain sayur lodeh, brongkos, trancam, dan urap.
Untuk minuman, desa ini juga memiliki berbagai jenis minuman jamu, beras kencur, kunir asem, ada juga wedang uwuh dan teh poci dengan gula batu. Buat penggemar kopi, jangan kuatir ada berbagai varian kopi di Desa Wisata Jelok.
Wisata Nglanggeran
Tahukah kamu desa wisata terbaik di dunia? Jika kamu menyebut Nglanggeran, maka jawabannya adalah benar. Desa Wisata Nglanggeran terpilih dalam pemilihan desa wisata dunia oleh UNWTO sebagai desa wisata terbaik dunia menyisihkan 44 desa lain dari 32 negara.
Gunung Api Purba Nglanggeran
Di Nglanggeran ada beberapa destinasi wisata utama yang tentu sudah dikenal oleh masyarakat domestik. Pertama adalah Gunung Api Purba Nglanggeran. Gunung api purba Nglanggeran, berumur sekitar 60-70 juta tahun dan merupakan gunung api yang sudah tidak aktif lagi.
Struktur bebatuan di Nglanggeran memang sedikit berbeda dengan tipikal bebatuan yang jamak di perbukitan sewu gunung kidul, material batu ini merupakan jenis batuan andesit, aglomerat dan breksi gunung api.
Kawasan ekowisata gunung api purba Nglanggeran sendiri menempati 48 hektar dari 762 hektar wilayah Desa Nglanggeran. Di taman ekowisata gunung api purba ini kami disambut oleh guide lokal mas Arif yang memandu jalannya wisata ke puncak gunung api purba.
Di bagian bawah terdapat pendopo yang juga difungsikan sebagai pintu masuk menuju gunung api purba. Untuk lantai bawah, kita akan menemukan taman bermain yang didominasi oleh patung dan grafiti yang diukir di bebatuan gunung, ada telur dan tulang dinosaurus, relief gua purba, perkakas orang zaman dulu yang mengingatkan kita mengenai masa prasejarah.
Selanjutnya kita bisa menaiki tebing ke puncak Nglanggeran, ada beberapa spot foto yang bisa kita gunakan untuk mengambil gambar sebelum sampai ke puncak. Dari atas puncak kita bisa melihat deretan perbukitan sewu, wilayah klaten dan wilayah lain di DIY yang nampak dari ketinggian 700 meter.
Selain menawarkan panorama indah, desa wisata ini juga menyediakan homestay yang berada di rumah penduduk, mirip seperti desa wisata Jelok? ya kurang lebih sama, disini para tamu dapat menginap di rumah-rumah penduduk dan berinteraksi dengan warga.
Embung Nglanggeran dan TTP
Selain kawasan gunung api purba kita juga bisa berwisata di Embung Nglanggeran, embung dalam bahasa jawa dapat berarti waduk, kolam, Embung Nglanggeran merupakan sumber air buatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar. Posisinya agak sedikit ke sisi timur dari gunung api purba, lokasinya ada di atas tebing, jadi saat kita berkunjung ke Embung Nglanggeran, dari tempat parkir kita harus naik ke atas bukit di sisi timur terlebih dahulu. Disini kita juga akan menemukan TTP, atau Taman Teknologi Pertanian yang terletak di seberang embung.
Taman Teknologi Pertanian merupakan tempat pengolahan Kakao dan Susu Kambing Etawa yang terintegrasi di wilayah Nglanggeran. Bekerjasama dengan masyarakat TTP bertindak sebagai inkubator petani muda di wilayah Nglanggeran guna menciptakan produk-produk tepat guna dan tentunya teknologi pemasaran untuk para petani dan peternak lokal.
TTP juga berkolaborasi dengan masyarakat sehingga menghasilkan produk-produk jajanan khas Nglanggeran yang biasanya merupakan kombinasi antara coklat, pisang dan susu kambing etawa.
Di TTP selain kita bisa melihat proses pembuatan berbagai produk olahan khas Nglanggeran kita juga bisa membeli produk-produk tersebut lho, duh sering main ke Nglanggeran aku baru tau klo di TTP tu banyak produknya, dan tentunya enak, karena menggunakan coklat sebagai bahan bakunya. Kemasan produk juga tidak kalah menarik dibanding produk bikinan pabrik kok.
Pusat UMKM Nglanggeran
Setelah berkunjung ke TTP, kami menyempatkan diri berkunjung ke pusat UMKM Nglanggeran, disini kami mendapati ternyata produk yang dijual UMKM Nglanggeran kurang lebih sama dengan yang ada di TTP, karena memang dikembangkan secara bersama-sama antara TTP dan masyarakat.
Wisatawan bisa memilih berbelanja di TTP maupun di pusat UMKM. Selepas dari UMKM kami melanjutkan perjalanan ke tempat menginap kami Wunung Giri Sela Kandha.
Wunung Giri Sela Kandha
Berlokasi di selatan Kota Wonosari, siapa sangka terdapat resort mewah dengan pemandangan sangat istimewa. Wunung Giri Sela Kandha namanya. Lokasi ini menjadi lokasi terakhir jelajah Gunung Kidul hari itu, dan tempat menginap yang luar biasa.
Mengusung konsep glamping atau glamour camping disini kita bisa menyewa tenda glamping di tepi tebing yang menghadap ke arah sungai purba. Bangunan ini mungkin berketinggian lebih dari 70 meter di atas sungai.
Di malam hari kami melakukan sesi ramah tamah di pendopo dengan ditemani biduan lokal, suasana nampak akrab dan rekan-rekan sibuk menikmati makanan serta bercengkerama melepas lelah setelah perjalanan seharian.
Suasana yang masih asri begitu terasa, angin malam terasa begitu kencang, dan memaksaku tidur lebih awal di jam 23.00 di pagi hari, kami terbangun dengan disambut embun dan kabut yang membentang di sepanjang mata memandang. Sangat memanjakan mata.