Setiap orang pasti pernah mengalami sensasi aneh ini: tiba-tiba jari tangan, kaki, atau bagian tubuh lain terasa seperti ditusuk-tusuk jarum kecil. Kadang cuma sebentar, kadang bisa bikin panik kalau terlalu lama. Yap, fenomena ini dikenal dengan istilah kesemutan.
Walaupun sering dianggap sepele, kesemutan sebenarnya bisa membawa pesan penting dari tubuh kita. Dalam beberapa kasus, ini cuma efek sementara karena posisi tubuh yang salah. Tapi dalam kasus lain, bisa jadi pertanda ada masalah kesehatan yang lebih serius. Menariknya, banyak orang belum benar-benar paham kenapa kesemutan bisa terjadi dan kapan harus mulai waspada.
Nah, di artikel ini, kita bakal kupas tuntas tentang penyebab kesemutan, berdasarkan data medis terbaru. Dengan bahasa yang santai, tapi tetap berbobot, supaya kamu bukan cuma paham “apa” tapi juga “kenapa” dan “harus gimana”. Yuk, kita mulai dari yang paling dasar dulu!
Apa Itu Kesemutan?
Dalam dunia medis, kesemutan disebut juga parestesia. Ini adalah kondisi di mana kamu merasakan sensasi tidak biasa seperti geli, rasa terbakar, atau tusukan-tusukan kecil di kulit, tanpa adanya rangsangan yang nyata.
Biasanya kesemutan terjadi karena ada gangguan kecil di sistem saraf kita, baik itu saraf perifer (saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang) atau karena masalah di pusat sarafnya sendiri. Proses ini bisa sesingkat beberapa detik, atau berlangsung lebih lama tergantung penyebabnya.
Menurut laporan dari American Academy of Neurology di tahun 2023, sekitar 20% populasi dunia mengalami parestesia ringan hingga sedang dalam keseharian mereka. Ini artinya, kesemutan adalah fenomena yang sangat umum, tapi tetap butuh perhatian kalau frekuensinya nggak wajar.
Penyebab Kesemutan yang Umum (dan yang Jarang Kamu Sadari)
Kalau biasanya kamu mengalami kesemutan saat duduk bersila terlalu lama atau tertidur di atas lengan sendiri, itu normal. Tapi ada beberapa penyebab lain yang lebih dalam, yang sering kali luput dari perhatian. Ini dia penjelasan analitisnya:
1. Tekanan pada Saraf
Ini penyebab klasik dan paling umum. Saat kamu duduk atau tidur dalam posisi yang menekan saraf terlalu lama, aliran darah jadi terhambat. Saraf kekurangan suplai oksigen dan nutrisi, sehingga mengirimkan sinyal ‘error’ ke otak, yang kita rasakan sebagai kesemutan.
Studi tahun 2023 dari Journal of Neurology menunjukkan bahwa tekanan statis pada saraf lebih dari 30 menit meningkatkan kemungkinan kesemutan hingga 75%, terutama di ekstremitas seperti tangan dan kaki.
2. Diabetes dan Neuropati
Diabetes bukan hanya soal gula darah tinggi. Dalam jangka panjang, kadar glukosa yang nggak terkontrol bisa merusak dinding pembuluh darah kecil yang menyuplai saraf, menyebabkan neuropati diabetik.
Neuropati ini bisa menyebabkan kesemutan kronis, biasanya di kaki. Data dari International Diabetes Federation di 2024 mencatat, sekitar 50% penderita diabetes tipe 2 mengalami gejala neuropati, termasuk kesemutan.
Kalau kamu atau orang di sekitarmu mengalami kesemutan yang sering banget tanpa sebab jelas, ini perlu diwaspadai sebagai salah satu tanda awal diabetes.
3. Kekurangan Vitamin
Vitamin tertentu, terutama vitamin B1, B6, dan B12, punya peran penting dalam menjaga kesehatan saraf. Kekurangan salah satu dari vitamin ini bisa membuat sistem saraf kita “galau” dan memicu kesemutan.
Studi tahun 2023 dari European Journal of Clinical Nutrition menunjukkan bahwa defisiensi vitamin B12 ditemukan pada 15% populasi lansia di dunia, dengan salah satu gejala utamanya adalah kesemutan berulang.
4. Cedera Saraf
Kadang, trauma fisik, seperti jatuh, kecelakaan kecil, atau bahkan aktivitas olahraga ekstrem, bisa menyebabkan saraf terjepit atau rusak. Ini bisa memicu kesemutan lokal yang bertahan cukup lama.
Misalnya, Carpal Tunnel Syndrome yang sering menyerang pekerja kantoran akibat penggunaan keyboard/mouse berlebihan, menyebabkan kesemutan kronis di tangan dan pergelangan.
5. Gangguan Saraf Pusat
Kesemutan yang disertai gejala lain seperti kelemahan otot, kehilangan koordinasi, atau masalah penglihatan bisa mengindikasikan masalah serius di sistem saraf pusat, seperti multiple sclerosis (MS) atau bahkan tumor otak.
Walaupun ini penyebab yang jauh lebih jarang (prevalensi MS global sekitar 35 per 100.000 penduduk), penting untuk tetap aware, terutama kalau kesemutannya datang dengan pola aneh atau memburuk dari waktu ke waktu.
Penyebab Kesemutan yang Lebih Jarang Tapi Tetap Penting
Selain penyebab utama di atas, ada beberapa kondisi yang bisa menyebabkan kesemutan tapi jarang disadari:
-
Konsumsi alkohol berlebihan: Alkohol bisa merusak saraf perifer secara perlahan.
-
Keracunan zat tertentu: Seperti arsenik, merkuri, atau timbal.
-
Penyakit autoimun: Seperti lupus atau rheumatoid arthritis yang menyerang jaringan saraf.
-
Efek samping obat-obatan: Misalnya obat kemoterapi atau antibiotik tertentu.
Meskipun jarang, memahami faktor-faktor ini penting banget buat mendeteksi lebih dini kalau ada yang salah di tubuh kita.
Kapan Kesemutan Harus Diwaspadai?
Nggak semua kesemutan itu berbahaya. Tapi, ada beberapa tanda yang sebaiknya bikin kamu segera konsultasi ke dokter:
-
Kesemutan terjadi terus-menerus, bahkan tanpa tekanan pada anggota tubuh.
-
Kesemutan disertai kelemahan otot atau gangguan keseimbangan.
-
Kesemutan makin memburuk atau menyebar ke bagian tubuh lain.
-
Ada riwayat penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, atau penyakit autoimun.
Deteksi dini bisa bikin perbedaan besar dalam penanganan banyak penyakit yang berhubungan dengan saraf. Jadi, jangan anggap remeh ya!
Dengarkan Sinyal dari Tubuhmu
Kesemutan memang terasa sepele. Tapi tubuh kita sebenarnya sedang mencoba “berbicara” lewat sensasi itu. Kadang, itu cuma alarm kecil karena kita duduk salah posisi. Tapi di kesempatan lain, itu bisa jadi sinyal awal masalah kesehatan yang lebih besar.
Dengan memahami berbagai penyebab kesemutan — dari yang sederhana sampai yang kompleks — kita bisa lebih peka terhadap kondisi tubuh sendiri. Ingat, makin cepat suatu masalah dikenali, makin cepat juga peluang sembuhnya.
Kalau kamu sering mengalami kesemutan, jangan cuma diabaikan. Coba evaluasi gaya hidup, pola makan, posisi kerja, dan seberapa sering itu terjadi. Dan kalau perlu, jangan ragu untuk periksa ke tenaga medis.
Yuk, mulai lebih perhatian sama sinyal kecil dari tubuhmu! Karena kesehatan itu investasi jangka panjang yang paling berharga.
referensi: pafikotajakartaselatan.org