Beberapa hari kemaren Puan Maharani selako menko pembangunan manusia dan kebudayaan menginginkan setiap sekolah wajib melaksanakan upacara bendera. Menurutnya dengan upacara bendera, siswa menjadi lebih hapal dengan lagu Indonesia Raya dan esensinya, atau secara garis besar aku anggap maksudnya menanamkan jiwa nasionalisme kepada si anak.
Sekitar awal 2011, ada kegemparan ketika diketahui ada sekolah yang tidak pernah melakukan upacara bendera, dan hal itu didasari karena tidak ingin melakukan kegiatan syirik (menghormat pada benda mati). Kemudian setiap tokoh baik politik, agama dan pendidikan, ramai2 berkomentar, berpendapat, ada yang menghujat, ada yang memberikan solusi, ada yang membenarkan meski hanya bergumam.
Apakah benar upacara bendera mampu meningkatkan nilai nasionalisme?
Sampai detik ini, tidak ada kajian ilmiah yang mempelajari kaitan antara keikutsertaan upacara bendera dengan peningkatan sikap nasionalisme di diri pesertanya. Kajian dari Lukman Nul Hakim (november 2014) seolah menjawab pernyataan Puan, ia menyatakan masih perlu dikaji lebih dalam kebenaran hipotesis keterkaitan antara nasionalisme dengan upacara bendera.
Jujur saja, upacara bendera hanya sekedar ritual yang gak penting2 amat, jaman SMA ku dulu malah gak pernah ada agenda upacara bendera, ngabis2in jadwal deh, eh tapi jangan salah, klo soal lomba peleton inti baris berbaris dan upacara, tetep menangan kok di lingkup Kota dan Provinsi, inti dari upacara kan hanya seorang pembina upacara yang menyampaikan amanat yang itu2 saja pada para peserta yang seringkali adalah siswa2 sekolah. Sementara, para gurunya kebanyakan memilih berdiri di tempat teduh, yang tidak panas, anak2 didiknya disuruh berjemur ria sampai semaput.
Adakah anak2 kita yang sukarela mengikuti upacara? Ya ada, yaitu mereka yang terpilih menjadi anggota paskibra, gimana lagi daripada dapet hukuman indisipliner ala semi militer? Sisanya sudah bisa kelihatan dari setiap upacara bendera, ngomong sendiri, berdiri seenaknya, ngedarin pandangan kosong, ada yang ndengerin omongan pembina upacara? ah paling juga itu2 doang, klo isinya pengumuman pulang cepet baru deh diperhatikan degan seksama.
Klopun ada yang penting dari ritual upacara bendera adalah penanaman nilai kedisiplinan, agar anak bisa berbaris rapi, mengikuti aturan, toh aturan ini sering ditikung sama gurunya sendiri selama keseharian bersekolah. Membekas dihati siswa? non sense
Kedua adalah melatih kekompakan, untuk mereka yang menjadi petugas upacara, baik pemimpin, MC, paduan suara, harus bisa melatih diri bekerja secara teamwork, ini satu2nya menurutku nilai yang masih bisa diharapkan dari upacara bendera.
Nilai ketiga, nasionalisme?
Nasionalisme yang mana? yang selalu dibanding2kan dengan perjuangan kakek nenek mereka melawan penjajah, lha kamu suruh hormat bendera, ikut upacara satu setengah jam saja sudah merengek, gak malu sama mereka yang berjuang memerdekakan kalian?
First of all, atas dasar apa kita menyudutkan anak dengan kalimat semacam itu? Apakah kita, yang notabene lebih matang, lebih dewasa dari mereka, bersikap lebih baik dari mereka dalam mengisi kemerdekaan? banyak yang dewasa hobbynya korupsi, gak pernah tepat waktu, suka bohongin orang, ngabisin duit buat beli rokok, mbokep, main game online, keluyuran, ngedugem. Apa iya elu lebih pada care klo ngeliat pengemis, anak2 jalanan? menyantuni anak2 yatim dan fakir miskin? Hello, coba refleksi diri kalian dulu sebelum ngejudge anak2 muda yang belum terlalu paham arti nasionalisme.
Jika memang nasionalisme itu bisa diukur pake upacara bendera, dan sekolah yang tidak menerapkan upacara bendera harus ditutup, bahkan anggota DPR ketika itu mendukung langkah kemdiknas jika mau menutup sekolah yang meniadakan upacara bendera, coba tanya kepada anggota DPR, apakah mereka setiap hari senin juga ikut upacara di Senayan? kok gak pernah liat foto anggota DPR melakukan upacara? gak pernah ngeliat mereka berpeluh ria dijemur dibawah terik matahari untuk menghormati jasa para pahlawannya?
Bukankah mereka ini negarawan? teladan? wakil rakyat yang mengemban amanat negara? jadi jika kerjaan mereka hanya bisa gebrak2 meja dan komentar tiap kali ada kasus yang happening, please deh, mendikbud tolong tutup juga DPR-RI, MPR-RI, DPD dan DPRD klo ternyata mereka ketahuan tidak pernah melaksanakan/ anggotanya selalu mangkir dari upacara bendera yang diadakan instansinya. Mereka kerjaannya gebrak2 meja, bikin perkara, gemagusan, main cewek, korupsi, mikirin diri sendiri. Gitu kok ya dipertahankan
Patriotisme tertinggi ternyata dimiliki orang2 Amerika meskipun mereka hampir tidak pernah mengikuti upacara bendera, karena mereka setiap hari menyatakan pledge of allegiance atau janji kesetiaan terhadap bendera Amerika, sama seperti teknik perusahaan di India (bajaj klo tidak salah) yang menggugah loyalitas para karyawannya dengan mengajak semua karyawannya mengucapkan ikrar untuk memajukan perusahaan setiap pagi, sementara di jam istirahat siang karyawannya diberi makan siang dalam satu piring besar yang hanya bisa dihabiskan bersama2 sehingga solidaritas & kedekatan antar karyawan menjadi semakin besar.
Lalu, upacara bendera di negeri ini, hanyalah menjadi mitos untuk menakut2i anak2 kita agar mau terus mengikuti kemauan para penguasa dan orang2 yang di atas mereka, dengan dalih nasionalisme.
Kamu taunya zaman sudah merdeka. Coba bayangkan bagaimana pengorbanan para pendahulu kita saat merebut kemerdekaan, dan ketika Sang Merah putih pertama dikibarkan pada 17 agustus 1945. Jadikan upacara bendera sebagai wujud menghargai jasa para pahlawan kita, dan sekaligus meningkatkan rasa patriotisme dan nasionalisme kita.