Media Pembelajaran adalah media yang digunakan sebagai sarana untuk membantu proses belajar mengajar di kelas maupun di luar kelas. Media ini dapat berupa media fisik maupun juga media dalam bentuk simulasi. Media fisik umumnya adalah media asli maupun media rekaan yang dibuat untuk menjelaskan fungsi aslinya. Sedangkan media berbentuk software lebih fleksibel karena dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan dengan hanya membutuhkan bantuan komputer/laptop/smartphone untuk mengeksekusinya.
Media dapat diklasifikasikan menjadi 7 jenis menurut Brets, dan 10 menurut Anderson sesuai dengan karakteristiknya. Media audio, media visual, media audio visual, multimedia, dan masih ada beberapa jenis lagi. Salah satu media yang disebutkan anderson adalah media berbasis CAI (Computer Aided Instruction). Penggunaan CAI umumnya sudah banyak tersedia untuk berbagai disiplin ilmu, baik yang bersifat teknikal, matematis, maupun ekonomi bisnis.
Media pembelajaran berbasis komputer/ media pembelajaran berbasis software umumnya telah mulai dikembangkan oleh berbagai kalangan untuk membantu dunia pendidikan & dunia industri mencapai tujuan dari kompetensi2 yang dimiliki dalam struktur kurikulum yang telah dibangun.
Seringkali dalam membuat penelitian ilmiah skripsi, mahasiswa banyak yang terjebak dalam mengasumsikan hipotesis, bahwa dengan menggunakan media pembelajaran berbasis software, maka selalu berkorelasi positif terhadap hasil belajar siswa di dalam kelas. Padahal, belum tentu juga.
Media pembelajaran komputer seringkali justru menjadi sumber utama distraction dalam proses belajar mengajar. Bayangkan betapa gembiranya siswa diajak ke lab komputer, rata2 mereka merasa gembira, karena mereka bisa mengeksplorasi komputer yang ada di lab, bukan gembira karena gurunya akan menerangkan sebuah ilmu yang membutuhkan bantuan komputer dalam penyampaiannya. Maka yang terjadi, gurunya menerangkan di depan, siswanya justru asik memainkan game, berselancar di dunia maya dan mengupdate status facebook mereka. Lagi praktikum di lab komputer nih
Oleh karena itu, dalam menyusun sebuah media pembelajaran, seorang desainer harus memahami fungsi media simulasi digital dalam pembelajaran agar dapat memenuhi kebutuhan siswa/ sekolah yang akan menjadi sasaran pengguna media tersebut. Cara ini dapat diperoleh dengan melaksanakan observasi sebelumnya pada tingkat satuan pendidikan yang akan diteliti. Observasi dapat dilaksanakan secara langsung di kelas, atau dengan melakukan wawancara terhadap pihak terlibat dalam proses belajar mengajar, yaitu guru dan siswa.
Dengan melaksanakan observasi, seorang desainer akan memahami kebutuhan real yang harus dihadirkan lewat media, dan fitur apa yang harus diminimalisir/dikendalikan agar siswa nantinya bisa memanfaatkan media tersebut secara efektif dan efisien. Beberapa media pembelajaran, baik berbasis aplikasi flash maupun presentasi power point memiliki distraction point yang lumayan mengganggu.
Kompleksitas program, pemilihan font, penggunaan template yang salah, pemilihan warna, desain tata letak komponen, penggunaan white space, proporsi antar komponen, penambahan elemen transisi, visual yang terlalu sering bergerak2, dan suara ledakan tiap pergantian slide sering menjadi penghambat dalam mengukur efektifitas kinerja yang diharapkan dengan diterapkannya media tersebut.
Tipografi, kontras, animated picture dan efek transisi misalnya, yang tujuannya untuk menarik minat siswa, justru membuat keterbacaan konten menjadi susah dibaca, siswa tidak bisa fokus dengan isi materi.
Sementara banyak pula yang menyisakan ruang kosong terlalu lebar dalam media, sehingga terkesan materinya bertumpuk2 di tengah/salah satu sudut tetapi menyisakan lubang besar yang kosong yang tidak dimaksimalkan. Menimbulkan kesan berdesak2an.
Yang harus diingat dalam membuat media pembelajaran adalah, bahwa media tersebut adalah tools, bukan tujuan, maka media harus dibuat sedemikian rupa agar mampu mendukung tujuan belajar, bukan sebaliknya, membuat siswa belajar cara memakai media.