Cerita Timun Emas? ah sebagian besar anak di Indonesia yang sekarang udah terlanjur tua pasti kenal dengan cerita ini, kisah seorang gadis muda yang dikejar-kejar Buto Ijo yang ingin memangsanya. Buat aku sendiri, dongeng ini merupakan salah satu dongeng favorit yang sering didongengkan mendiang ibuku sebelum tidur.
Nah tetapi ini bukan tentang Timun Emas, melainkan Kepik Emas, ada yang tahu hewan apakah ini? Kepik Emas adalah sejenis kepik yang tubuhnya sebesar kuku jari dan bentuknya perisainya bulat berwarna transparan dan menonjol membentuk gunungan dibagian punggung dengan warna kuning keemasan bentuknya menyerupai kura-kura sehingga disebut dengan Tortoise Bettle, nama kerennya sendiri adalah Aspidomorpha sanctaecrucis.
Kepik emas tinggal di daerah persawahan terutama jika ada semak yang daunnya mirip daun kangkung, aku sendiri ga tau nama pohonnya apa, wong gak pernah kenalan. Dibandingkan dengan kepik merah, ukuran kepik emas ini hampir 2 kali lipatnya, dan biasanya ditemani oleh kepik bulat berwarna abu-abu berwarna orange yang bernama latin Aspidomorpha miliaris.
Dulu di daerah persawahan Cipari, Cilacap kampung halamanku, aku sering menjumpainya waktu bermain-main di daerah sawah. Hasilnya, iya kulitku jadi gosong-song kek kayu arang.
Seperti biasa aku ngajak Fahri jalan-jalan biar gak rewel melulu di rumah, naik motor berdua, pake gendongan bayi. Bawa uborampe berupa botol minum, makanan kecil dan baju ganti kali aja dia beser di jalan. Fahri paling suka diajak jalan-jalan naik motor, bisa teriak-teriak kegirangan kalo ketemu kendaraan favoritnya, truk.
Kadang-kadang kami berhenti di pematang sawah yang teduh, main-main di pinggir sawah, tapi kadang ya harus ekstra hati-hati biar si anak ganteng gak melipir-melipir turun ke selokan buat mainan air.
Di daerahku Tambakrejo Tempel, areal persawahan masih sangat luas, maklum daerah kami cukup jauh dari pusat kota, 45 menit perjalanan menggunakan roda dua. Suasananya masih cukup asri, dan di musim seperti sekarang ini, belasan burung bangau sawah masih sering berkelebat di langit bergerombol dari satu tempat ke tempat lain.
Jika sedang beruntung, kami bisa balapan dengan kawanan burung bangau yang terbang searah tepat di samping atau di atas kami, kemudian ikutan berhenti dan melihat kawanan burung bangau itu turun menjumpai rekan-rekan mereka lainnya di tengah sawah.
Fahri lebih suka cari hewan-hewan kecil seperti kepik emas ini, tapi aku gak pernah bawa kantung plastik buat nangkepin si kepik untuk dibawa pulang ke rumah, biar mereka tetap hidup dan berkembang di habitatnya, dan bisa balik lagi ke situ kalo besok momong Fahri lagi.
dulu saya tukang berburu kepik emas. sekarang nurun ke dua krucil saya. malah kepiknya dibawa pulang trus diuleng2. weleh…memangnya kucing. 😀
hahaha mayan kok mas bisa buat teman main yang murah meriah
jaman kecilku dulu masih bisa nemu kepik emas yg cantik ini mas, klo sekarang…. hmm… areal persawahan dan kebonan sudah berubah jadi perumahan semua
iya mbak, beruntung di tempat saya masih banyak sawahnya jadi bisa ketemu kepik emas ini
Dulu pas kecil saya suka banget nyari kepik di sawah deket kampung simbah, seneng banget kalo dapet terus ditempel di tangan. Kayaknya sekarang dah jarang banget, pengen nyariin buat anakku tapi belum pernah nemu.
disini, persawahan daerah sleman masih banyak kok mbak prima, maturnuwun sudah mampir 😀
Subhanallah, masih ada ya kepik emas ini. Dulu aku suka cari ini trus tak taruh plastik, biasanya cari di daun klorak. sekarang dah nggak ketemu lagi…..
haha iya jaman dulu dikoleksi pake plastik buat dibawa pulang sekarang dibiarin aja deh takut punah
waa saya baru tau & liat kepik emas… cantik…
Klo di areal persawahan masih banyak kok mbak lia