Manusia seringkali berorientasi pada hasil, bukan proses, ya karena proses adalah sesuatu yang abstrak, sulit dicerna hubungan satu dengan yang lainnya. Kita seringkali merasa bosan, benci dengan proses, dan ingin cepat mendapatkan hasil.
Proses bagaikan kain perca yang kita temukan secara random kemudian kita lekatkan dan jahit satu persatu, seperti kepingan puzzle yang ketika kita mendapatkannya pun tak akan merasa begitu gembira, mungkin saja kita justru bingung dengan kepingan itu, dan bertanya2 bagian yang mana dari visi kita, karena visi kita sebenarnya adalah mengumpulkan setiap kepingan tersebut agar membentuk mozaik yang kita harapkan.
Banggakah kita dengan nama almamater? SMA? SMK? Kampus?? dimana kita berhasil menggenggam gelar terakhir?? Ya pertanyaan itu aku ajukan pada seorang kawan, dan ia menjawab dengan penuh kebanggaan. Ya dia bangga dengan almamaternya, kemudian aku bertanya tidakkah selama studinya ia merasa banyak sekali kekecewaan disana??
Seorang yang menjalani proses bagaikan daging yang dipermainkan dalam sebuah wajan oleh seorang koki, dilempar kesana kemari, diaduk dibolak balik tidak teratur. Ya bagi para mahasiswa, kuliah dan seperangkat tugasnya adalah proses yang menjemukan, menghabiskan waktu, pun masih dibumbui oleh intrik dengan teman sebaya mereka, dukungan keluarga, finansial, merasa dianaktirikan, dikorbankan, kecurangan, perasaan cinta, benci, suka, duka, bingung, terkucilkan, diterima semua bercampur aduk menjadi satu.
Jalanilah setiap pertempuran dengan segenap hati, karena kita tidak akan memenangkan pertempuran yang tidak kita ikuti. Bertempurlah maka ada harapan untuk memenangkannya, tapi larilah maka kamu tidak akan memenangkan satupun pertempuranmu
Beberapa dari mereka merasa sudah saatnya menutup buku dan meninggalkan almamaternya, beberapa menghilang dari peredaran dan menjadi buronan dosen, dan ujungnya berakhir pada tiang gantungan studi mereka. Drop Out!!!
Ya, ada dua kondisi yang berbeda pada akhirnya, ketika seseorang menyelesaikan puzzle terakhirnya dan bisa meninggalkan almamaternya dengan kepala tegak ia akan merasa bangga, sangat bangga pada almamaternya, ia menjadi seorang yang setia dan mencintai nama baik almamaternya. Sedangkan yang meninggalkan almamaternya di tengah jalan, ia hanya akan terfokus pada puzzle terakhir yang tidak berhasil ia selesaikan.
Disini kita melihat cara pandang yang berbeda dari kedua kondisi tersebut, pada kondisi pertama kita bisa melihat semua proses itu bukan lagi kepingan yang terpisah melainkan sebuah mahakarya besar yang telah membentuknya. sedangkan pada kondisi kedua, ia akan selalu berkecimpung dalam penyesalan dan kekecewaan pada puzzle2 hitam yang ia dapatkan tanpa dapat melihat secara global bentuk mahakarya yang seharusnya ia hasilkan yang memang masih berujud sesuatu yang abstrak dan tidak berbentuk.
Kesimpulannya, setiap ujian akan membuat martabat kita semakin tinggi, setiap ujian menjadi ukuran tegak tidaknya kepala kita menatap kehidupan, maka janganlah berhenti ketika aral melintang, karena pastinya setiap jalan selalu ada rintangannya, besar kecilnya rintangan tergantung pada persepsi kita melihatnya, dengan rasa optimis rintangan itu terlihat kecil dengan rasa pesimis rintangan itu terlihat mustahil untuk dirobohkan. Ikutilah proses dan selesaikan ia meskipun kita akan tertatih2 karena visi kita sesungguhnya jauh lebih besar dibandingkan semua halangan yang menghambat kita. Be brave, be stronger and be proud for battling on it. Whatever the result, you are the winner.
Wuih pak… Dalam menusuk banget makna nya… 😮
Tesssss…
beresss
oke nuwun udah bisa dikomen ternyata
I LIKE THIS