Di Indonesia, kebijakan penggunaan garam beryodium telah diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. 31 Tahun 2018. Peraturan ini mensyaratkan bahwa garam konsumsi harus mengandung yodium minimal 30 ppm (part per million) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun, apakah semua garam dapur yang dijual di pasaran benar-benar sesuai standar ini?
Garam Beryodium vs Garam Non-Beryodium
Garam beryodium adalah garam meja biasa yang telah ditambahkan senyawa yodium, seperti kalium iodida atau kalium iodate. Sementara itu, garam non-beriodium hanya mengandung NaCl tanpa tambahan yodium. Di Indonesia, garam non-beriodium masih ditemukan di beberapa wilayah, terutama di daerah pedesaan dan pasar tradisional. Hal ini disebabkan oleh:
- Kurangnya pengawasan terhadap produk garam yang beredar.
- Minimnya edukasi masyarakat tentang pentingnya konsumsi garam beryodium.
- Preferensi masyarakat terhadap garam lokal hasil tambak tradisional yang belum difortifikasi.
Studi Kualitas Garam di Indonesia
Penelitian yang dilakukan di berbagai daerah menunjukkan bahwa tidak semua garam dapur di Indonesia memenuhi standar kandungan yodium. Beberapa sampel garam, terutama yang dijual di pasar tradisional, memiliki kandungan yodium di bawah batas minimal atau bahkan tidak mengandung yodium sama sekali. Sebaliknya, garam kemasan berlabel dari produsen besar cenderung memenuhi standar karena melewati proses produksi yang diawasi ketat.
Faktor Stabilitas Yodium
Selain itu, kandungan yodium pada garam dapat menurun selama penyimpanan, terutama jika disimpan di tempat lembap atau terkena udara terbuka. Oleh karena itu, meskipun garam yang dibeli awalnya beryodium, efektivitasnya bisa menurun jika tidak disimpan dengan benar.
Dampak Konsumsi Garam Non-Beryodium
Mengonsumsi garam non-beriodium dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko terjadinya GAKY, terutama di daerah-daerah dengan kadar yodium alami yang rendah dalam tanah dan air. Kelompok yang paling rentan terhadap kekurangan yodium meliputi:
- Ibu hamil dan menyusui: Kekurangan yodium dapat memengaruhi perkembangan janin dan produksi ASI.
- Anak-anak: Perkembangan kognitif dan motorik mereka bisa terganggu akibat asupan yodium yang tidak memadai.
- Masyarakat di daerah pegunungan: Daerah ini cenderung memiliki kadar yodium yang rendah dalam tanahnya.
Tips Memilih dan Mengonsumsi Garam Beryodium
Untuk memastikan kebutuhan yodium terpenuhi, berikut beberapa tips dalam memilih dan menggunakan garam beryodium:
- Pilih garam berlabel: Pastikan garam yang dibeli memiliki label “beryodium” dan terdaftar di BPOM.
- Simpan dengan benar: Simpan garam di wadah kedap udara untuk mencegah penurunan kadar yodium akibat kelembapan.
- Perhatikan konsumsi garam: Meski penting untuk memenuhi kebutuhan yodium, konsumsi garam berlebihan dapat meningkatkan risiko hipertensi.
Garam beryodium memiliki peran vital dalam mendukung kesehatan masyarakat, terutama dalam mencegah gangguan akibat kekurangan yodium. Di Indonesia, meskipun telah ada kebijakan wajib fortifikasi yodium pada garam, tantangan masih ada dalam memastikan semua garam yang beredar di pasaran memenuhi standar. Oleh karena itu, edukasi masyarakat, pengawasan yang ketat, dan kesadaran akan pentingnya garam beryodium menjadi kunci dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.
Dengan memilih garam beryodium berkualitas dan mengonsumsinya secara bijak, kita tidak hanya menjaga kesehatan pribadi tetapi juga berkontribusi dalam menekan angka GAKY di Indonesia.
referensi: pafisofifi.org