Dahulu kala, setiap bulan ramadhan kita selalu disibukkan dengan berbagai aktifitas selain puasa, ya puasa sih wajar bolong-bolong namanya juga masih anak-anak, tetapi guru agama di sekolah tidak kalah akal untuk memantau perkembangan kita selama bulan ramadhan dan membekali kita dengan Buku Kegiatan Ramadhan.
Entah apakah jaman ini anak masih dibekali dengan buku kegiatan Ramadhan atau tidak, kedua anakku sendiri tidak memiliki buku kegiatan, mungkin karena faktor pandemi sih biar mengurangi interaksi berlebih dengan orang lain. Nah anak-anak jaman sekarang yang mungkin tidak sempet berkenalan dengan buku kegiatan Ramadhan bertanya-tanya, emang isi buku kegiatan Ramadhan apa aja sih?
Isi Buku Kegiatan Ramadhan
Buku kegiatan Ramadhan sendiri merupakan buku agenda Ramadhan yang berbentuk jurnal, kita diwajibkan mengisi nama dan kelas kita di bagian cover buku Ramadhan tersebut, isi buku agenda Kegiatan Ramadhan sendiri antara lain
- Pelaksanaan Puasa
- Pelaksanaan Sholat Fardhu
- Ringkasan Kultum Subuh
- Pelaksanaan Sholat Tarawih
- Ringkasan Kultum Tarawih
- Pelaksanaan Sholat Jumat
- Kultum Sholat Jumat
- Tadarus Al-Qur’an
- Pelaksanaan Sholat Ied
- Kultum Sholat Ied
Nah beberapa kegiatan diatas wajib mendapatkan paraf dari imam shalat, ustad, orang tua yang membimbing pelaksanaan program puasa kita. Sedikit merepotkan memang karena kita dibiasakan untuk mencatat kultum tarawih dan kemudian meminta paraf dari khatib.
Para ustad dan kiai selama bulan ramadhan berasa jadi seleb dadakan karena mereka menjadi idola yang selalu dinanti anak-anak. Entah sih gimana rasanya, tapi menurut aku, para kiai n pak ustad tersebut juga suka dengan kegiatan positif semacam ini, setidaknya calon-calon generasi penerusnya rajin berangkat ke masjid, ya meski di pikiran anak-anak tetap saja ini lebih kepada misi berburu tanda tangan demi mendapatkan nilai baik dari guru agamanya jika buku ramadhannya bisa lengkap.
Meski merasa terpaksa, anak-anak jaman dulu umumnya oke oke saja mendapat pekerjaan semacam itu, tidak jarang mereka berusaha mendedikasikan diri dengan rajin mengikuti kajian selepas sholat subuh hanya demi mendapatkan tanda tangan pak ustad di mushola/masjid masing-masing.
Namun sebagai pewaris bangsa Indonesia, tentu tidak jadi soal karena mereka melakukannya bersama-sama teman-teman mereka, hampir tidak ada teman SD mereka yang muslim yang tidak kebagian jatah buku kegiatan ramadhan ini dari sekolah masing-masing.
Uniknya, buku ini juga menanamkan sifat kejujuran, hampir tidak ada ustad yang mau memberikan paraf pada kegiatan yang tidak diikuti si anak, dan tidak ada deh dari temen-temenku berniat curang memalsukan tanda tangan pak ustad, semua menjalankan kegiatan ramadhan mereka sesuai kemampuan mereka, meski terkadang tidak sebagus rekan mereka yang lebih rajin.
Banyak manfaat dari kehadiran agenda anak selama puasa ini, penggunaan buku kegiatan Ramadhan ini mampu menjadi pemacu anak-anak agar bisa menjalani rangkaian ibadah puasa, berkegiatan positif, dan bersosialisasi di dalam masyarakat.
Menurut kalian nih yang pernah mengalami masa-masa berburu tanda tangan itu, apakah penerapan buku agenda kegiatan Ramadhan ini sebaiknya diteruskan ke anak-anak kita (setelah masa pandemi tentunya)? atau ya sudah biarkan anak menjalani Ramadhan sebagaimana seharusnya tanpa perlu dicatat dalam jurnal agenda.