Selain smartphone, dewasa ini hutang merupakan sumber yang dapat menjadikan hubungan kekerabatan seseorang menjadi renggang bahkan rusak, tidak jarang karena urusan hutang ini, hubungan kakak beradik, keluarga, dan kolega menjadi terputus. Hal tersebut biasanya diawali karena salah satu pihak berhutang pada pihak lain, tapi enggan membayar hutang-hutangnya.
Memanfaatkan anggota keluarga atau rekan yang terlihat lebih mapan/berada untuk dipinjami uang sebenernya bukanlah ide yang bagus. Memang untuk urusan pelunasan lebih longgar, tentu saja tidak berbunga. Ya emang lebih gampang, tapi sebaiknya jangan pernah nggampangke urusan orang lain apalagi berkaitan dengan uang.
Banyak kasus pembunuhan antar kerabat hanya karena masalah hutang, lebih banyak lagi kasus rusaknya hubungan silaturahmi antara pemberi hutang dan peminta hutang. Faktor tidak adanya perjanjian resmi, tanpa bunga dan aman dari kejaran debt collector memang sering membuat tukang utang lupa daratan dan melupakan hak orang yang meminjaminya uang.
Dulu waktu mencari hutangan, kita pasang tampang iba, memelas-melas, menjual cerita sedih untuk mendapat belas kasihan, selepas itu, gantian orang yang menolong kita lah yang mengemis-ngemis meminta uangnya segera dikembalikan.
Memalukan sekali kelakuan para penghutang semacam ini. Sudah ditolong, bukannya berterima kasih malah mempersulit hidup para penolongnya. Padahal mereka yang menolongnya sudah cukup lama bersabar, situ gonta ganti hape, giliran ditanya kapan bayar bilang lagi kere.
Urusan hutang semacam ini sebaiknya memang tidak ditransaksikan antar anggota keluarga, bahkan teman, karena potensi merusak tali silaturahminya itu gede banget. Toh sudah ada banyak lembaga leasing, baik bank, pegadaian, bahkan rentenir yang punya fasilitas auto reminder berupa debt collector yang siap nagih utangan sewaktu-waktu.
Tapi itu kan riba! Haram hukumnya!
Klo gitu bikin gampang, gak usah berhutang sekalian, nabung, ora sah njaluk motor anyar nek mung tuku kriditan, klo gak mampu makan lele ya makan sambel teri wae. Daripada situ minta tolong orang lain tapi malah nggampangke hak mereka nantinya.
Aku sendiri sekarang daripada ngasih hutangan buat orang, mending nyumbang seikhlasnya, daripada entarnya cuma makan ati, kitanya enggak ikhlas, hubungan kita sama orang itu pasti bakalan rusak, mending nyumbang, ga perlu harap2 cemas bakal dibalikin apa kagak, namanya juga nyumbang, niat kita toh sama, meringankan beban mereka, klo beda di nominal ya itu wajar, rejeki setiap orang itu sudah dijamin sama Tuhan, tidak harus lewat tangan kita.