Saya akan menjadi sukses, hanya ketika semua elemen di sekitar saya mendukung untuk melakukannya. Mungkin kira2 begitulah suggesti yang sering kita berikan pada diri kita sendiri ketika kita belum mampu mencapai kesuksesan. Tanpa disadari kita mengharapkan dunia lebih baik terlebih dahulu sebelum kita bertindak lebih jauh untuk kehidupan kita yang lebih baik. Naif, tapi nyatanya banyak dari kita melakukannya.
Adalah Ia, Sang Pencipta Semesta dalam kalamnya berkata “Sesungguhnya aku tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai ia mengubah nasibnya sendiri”. Tuhan tidak akan melemparkan perubahan nasib ke depan kita begitu saja, tapi Tuhan akan menggantungkan nasib baik pada dahan yang lebih tinggi dari yang bisa kita capai, agar kita belajar untuk terus merangkak naik.
Kita sering merasa bergantung pada faktor yang berada di luar diri kita, lingkungan, kesempatan dan pemberian. Sementara dengan begitu justru kita semakin menutup mata terhadap kemampuan diri kita sendiri. Sebagian besar dari kita memiliki modal yang sama, tubuh yang sama, dengan indera yang sama, hanya sebagian kecil dari kita yang memiliki gifted modal. Sebuah kekurangan jika diukur dari kelengkapan panca indera.
Tetapi nyatanya, kesuksesan seseorang tidaklah diukur dari kelengkapan fisik atau jumlah kekayaan orang tuanya. Kesuksesan seseorang lebih karena ia telah teruji oleh rangkaian kegagalan yang tak kunjung berhenti.
Bakat, memiliki andil 10% dalam keberhasilan kita, sementara 90% sisanya adalah ramuan antara doa dan usaha. Lalu berapa persen kesempatan dalam hitung2an keberhasilan kita? jika kita menganggap kesempatan seperti tiket liburan ke bulan yang dilemparkan ke muka kita, maka tidak ada 1%pun dari faktor penentu keberhasilan kita. Kesempatan bukanlah sesuatu yang kita tunggu kedatangannya, kesempatan adalah sesuatu yang kita ciptakan sendiri lewat serangkaian doa dan usaha.
Mari kita belajar pada mereka yang memiliki kekurangan daripada kita tetapi mampu memberikan inspirasi, semangat bagi lebih banyak manusia dibandingkan kita yang diberi tubuh lengkap dan pikiran cerdas.
Video ini adalah kisah dua anak manusia yang mengalami cacat tetapi mampu bangkit dan memberikan inspirasi, bahwa dunia ini tetap mampu kita taklukan. Ma Li dan Zhao Xiao Wei, masing2 kehilangan tangan dan kakinya karena kecelakaan, tetapi dalam video ini mereka berhasil membuat para penontonnya terharu akan kegigihan mereka mencoba hal yang mungkin dianggap mimpi bagi orang2 cacat.
Tidak peduli berapa lama kita terjatuh untuk mencoba,
ketika kita berusaha maka kesuksesan akan mengalah kepada kita
terpukau, dan sayapun merasa sangat belum apa-apa dalam hal semangat.. semangat untuk lebih baik.. Ya Allah, saya masih belum apa-apa..
iya mbak semangat mereka hebat, salut buat mereka berdua
subhanallah…..:)
Komentar menggunakan FB malah pada tanya tuh teman” FB. Ngelink ke wall soalnya.
haha emang iya mbak, kecuali klo reply komentar FB lain baru gak nongol di wall
Subhanallah… bikin airmata mengucur deras ikz…
Ida knapa..ko sƐÐih si..
Ida , dijakarta mana nih
Ida , dijakarta mana nih
Knapa ida
Abenk D Pedros, Jakarta Timur, Nanda. Dirimu di Jakarta ye? BUkannya Malang ya?
Roni AL Djawawi, Lhah, baca dunk linknya.
Nurmala Ajjah, Itu kan ada artikel ama video Non. Tapi dikau lagi hamil baiknya jangan ngeliat 🙂
Td ªa̲̅kϋ ke cikarang , skrg di sunter smpe hari kamis.
Ada apa bak kok sedih
Abenk D Pedros, Jauh dari tempat Ida itu.
Arifin Nur, BUkan sedih tapi takjub dan salut.
Ora iso di copy,,admine pelit tenan, yakin :0
didonlot as pdf dulu baru bisa dicopy 😀 iki ben ora gampang dicopas e, ning nek ana sing butuh ndonlot go referensi kan bisa lewat PDFnya 😛