Sebelum internet menjadi makanan kita sehari2, bulan ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, setidaknya itu dapat kita saksikan dalam acara televisi sepanjang ramadhan. Masih ingat sinetron lawas yang dibintangi Dedi Mizwar seperti hikayat pengembara yang kental dengan unsur dakwah nan membumi.
Sementara televisi lain menghadirkan tausiah2 dan khazanah wawasan baru tentang keislaman baik di Indonesia maupun seantero bumi. Tapi itu dulu, jaman sudah berubah. Benar hari ini masih ada sajian tausyiah yang mengenyangkan rohani, tapi banyak juga pepesan kosong yang merusak keindahan ramadhan.
Pepesan ini adalah acara bergenre komedi, yang aku ingat pertama kali ketika itu acara yang dipandu oleh ulfa dan unang setiap waktu sahur, komedi2 segar yang kemudian dititipi acara iklan dan bagi2 angpau untuk para pemirsa yang sempat menelepon di pagi buta. Waktu itu jumlah acara komedi menyambut puasa belum sebanyak sekarang, dan belum terasa ada unsur bullying disana, hingga akhirnya tahun berikutnya beberapa stasiun televisi mulai mengadopsi acara sejenis untuk menemani pemirsa yang harus bangun di pagi buta.
Tidak masalah jika unsur komedi disana disajikan secara sehat, sayang sekali akhir2 ini hampir semua acara berunsur komedi adalah komedi bullying, tersangkanya banyak, yang paling kentara mungkin olga dan kawan2nya. Suer aku ngeliat aksinya aja udah ngerasa enek, kok ya masih aja ditampilkan dan terus menerus ada dari tahun ke tahun. Di bulan ramadhan harusnya kita move on dari keburukan menuju kebaikan, kenapa di televisi justru terjadi sebaliknya, keburukan2 itu disyiarkan dengan gegap gempita.
Bulan yang katanya penuh berkah dihiasi dengan menertawakan orang2 yang dibayar untuk dibully didepan pemirsa, harus mau menjadi pesakitan dikerjain sana sini hanya untuk mengundang tawa. Sungguh jangankan ketawa, aku malah mengelus dada prihatin melihatnya.
Apa iya sebegitu rendah taste bercanda masyarakat di Indonesia sampai acara semacam itu tetap langgeng dari tahun ke tahun? Jika sekedar ingin berbagi kebahagiaan dan tawa bukankah bisa dengan cara2 yang lebih santun tanpa ngerjain orang lain? Bukankah di bulan ini kita harus mendekatkan diri pada Tuhan bukan pada kemaksiatan?
Setiap bulan ramadhan aku semakin males nonton televisi, karena pasti hal2 semacam ini bakalan terus diprogramkan baik dalam bentuk acara komedi live maupun sinetron yang para pemainnya hanya ditempeli dengan kerudung dan baju koko. Lepas ramadhan kerudung itupun kembali beterbangan entah kemana.
Sekarang ini, menurutku tayangan ramadhan yang bermutu jauh dari kata cukup. Hanya satu dua program saja yang berasa nuansa ramadhannya, sebut saja acara Tafsir Al Misbah di MetroTV, buat yang ini aku merasa salut dengan komitmen MetroTV untuk terus menampilkan serial keilmuan yang selalu berlanjut dari tahun ke tahun.
Marhaban ya ramadhan, la marhaban ya bullying
gambar dari dakwatuna.com
cek komen
test
sing arep dibully sapa kiye
*test
cara lawakan yg ga bermutu ya
iya mas parah lawakannya
pancen mending ngelus dada
apa maning dadane tanggane 😀
deneng rika isa komen nang kene yah? nyong wingi ngereply komenan be ra beres2 anggere ra liwat dashboard njero
Sepeninggal Warkop DKI, trus bubarnya berbagai grup lawak seperti Lima Sekawan, Patrio dan lainnya.. Kini Komedi di Indonesia beralih menjadi ejekan2 fisik
iya mas cenderung main fisik kerjaannya