Nguwongke uwong, dalam bahasa jawa uwong; wong; berarti orang/manusia, kurang lebih arti frase tersebut adalah meng-orang-kan orang. Apa meneh itu frase semacam itu? aneh bangget, lha wong sudah cetha itu orang beneran kok masih di orang-kan? emang selama ini di-hewan-kan po piye???
Dalam istilah orang jawa, nguwongke uwong maksudnya adalah menempatkan orang lain dengan rasa hormat, memanusiakan manusia artinya menempatkan manusia lain sebagai obyek yang layak untuk dihormati sebagai seorang insan di dunia.
Sejak menikah dan sekarang tinggal di rumah mertua, ada tradisi baru buatku terutama di keluarga besar istri dan lingkungan tempat tinggal kami, yaitu tentang prosesi unjung (berkunjung) silaturahmi pihak yang lebih muda kepada mereka yang lebih sepuh atau dituakan. Yang menarik, prosesi memohon maaf itu bertimbal balik. Misal keluarga paklik (sepupu2 bapak/ibu) datang untuk meminta maaf secara formal kepada bapak & ibu. Meski di rumah pun dengan kami sudah saling berminal aidzin, tetap saja kami sebagai putra bapak & ibu perlu berkunjung balik ke rumah paklik untuk sungkem sendiri.
Jadi disini, meski kami berasal dari garis keluarga yang lebih tua, bukan berarti kami menunggu disungkemi, tetapi juga harus mendatangi satu persatu keluarga paklik/bulik/kakak yang masih ada. Dengan model silaturahmi semacam ini, ada kesan nguwongke, bahwa kami juga harus belajar menghormati mereka yang secara silsilah lebih sepuh/disepuhkan. Dalam prinsip orang Jawa, menjadi seorang tuan rumah merupakan sebuah kehormatan dan kebanggaan, karena mereka bisa memberikan pelayanan terbaik kepada tamunya. Inilah yang masih dipertahankan keluarga besar istri.
Lebaran kali ini, dengan kelahiran putra yang baru beberapa hari, praktis kami tidak bisa sowan untuk sungkem ke rumah saudara2 yang lebih sepuh. Sebenernya dalam hati merasa pekewuh, karena tentunya mereka telah menantikan kehadiran kami.
Tetapi Allah memang Maha Penyayang, saudara2 yang sowan ke bapak ibu dan mendapati kami telah berputra kemudian mengabarkan kepada pihak yang sebenernya lebih sepuh daripada bapak ibu, dan berbondong2lah para simbah buyut, simbah, pakde, bulik bertandang ke rumah kami untuk mengucapkan selamat atas kelahiran Fahri.
Benar-benar, kami sebagai pihak yang masih sangat muda merasa terharu, bombong, terasa banget diuwongke, atas keikhlasan para sesepuh datang ke tempat anak, cucu, keponakannya untuk ikut bersuka cita atas kebahagiaan kami.
Bahagia itu sederhana, tetapi dengan mencintai silaturahmi, kebahagiaan itu menjadi jauh lebih indah.
Maturnuwun, terimakasih kepada para sesepuh, sanak saudara dan teman-teman yang telah memberikan dukungan, ucapan, semangat dan doa kepada keluarga kami, semoga kebaikan Anda mendapatkan ganjaran yang lebih baik dari Allah SWT.
Unjung, Sowan: datang, berkunjung
Pekewuh: sungkan, risih
Bombong: senang
wah, ritual keluarganya seru mas, bisa dijadikan contoh nih buat saya nanti kalau mau berkeluarga 😀
hehe amin saya doain njeh moga mbak anggi dicepatkan jodohnya 😀