Hidup sebagai orang Jawa itu artinya harus sering berhadapan dengan yang namanya mitos, sebagian besar mitos merupakan bentuk kearifan lokal yang memang dikiaskan. Jika anda pernah mendengar kata babad misal babad tanah jawa, apa yang tertulis disana bukanlah benar2 makna sebenarnya, babad merupakan gabungan sejarah dan sastra yang digunakan untuk menghiperbolis dan menyanjung berlebihan pada tokoh atau keadaan tertentu. Demikianlah kearifan2 lokal yang tampak sebagai mitos karena penyampaian maknanya menjadi lain sama sekali dari maksud yang ingin diungkapkan.
Misalnya tentang tidak bolehnya makan di depan pintu, main di waktu magrib, makan di dalam kamar dan lain sebagainya, mitos itu terbentuk karena orang2 generasi berikutnya tidak sempat mencerna apa maksud larangan orang2 tua mereka terdahulu, sehingga mereka hanya mampu melarang anak2 mereka tanpa tahu makna yang ingin disampaikan leluhur mereka.
Nah yang aku akan bahas kali ini adalah uyeng-uyeng, ingin membahas ini lantaran Fahrian, putra pertamaku memiliki double uyeng-uyeng, entah apa padanan katanya dalam bahasa Indonesia, uyeng-uyeng dalam bahasa Jawa berarti pusaran rambut di kepala kita. Konon ada yang menyebut itu adalah titik pusat nyawa kita. Terus aku percaya? ora!
Secara default, rata2 manusia memiliki uyeng-uyeng satu biji, beberapa memiliki dua, dan ada sedikit sekali yang memiliki 3 pusat uyeng-uyeng di kepalanya.
Jamanku kecil, jika ada teman yang kelewat bandel, hampir dapat dipastikan uyeng2nya berjumlah dua, dan menghadapi anak semacam ini buat aku jelas kalah tenaga, memang ada kecenderungan anak2 beruyeng2 dua memiliki tenaga, ketrampilan dan ketahanan fisik yang lebih kuat daripada teman2 lainnya.
Sehingga anak2 beruyeng dua selalu ditakuti teman2nya, dianggap leader, perusuh, pembuat onar, penghancur tanpa tanding. Dari sinilah muncul folklor anak beruyeng-uyeng dua itu identik dengan anak nakal dan bandel.
Nah percayakah aku anak beruyeng-uyeng dua lebih nakal dan bandel daripada yang beruyeng2 satu? I dont think so, pertama, kebiasaan orang2 tua dan anak2 sepermainan ketika mendapati teman lainnya bandel akan ngecek uyeng-uyeng temannya itu, jika dua, secara otomatis sugesti mereka menjudging dia bandel, jika satu, mereka mengatakan kenakalan itu acceptable.
Kedua, kekaleman anak yang beruyeng-uyeng dua hanya dianggap perkecualian dari mitos, tanpa menganggap hal itu sebagai sebuah fakta. Ketiga, bicara fakta, jumlah penjahat di rumah tahanan lebih banyak yang beruyeng-uyeng satu 😀 Keempat, jika dibuat sebuah penelitian psikologis dengan 1000 responden kemudian dipetakan persentase kenakalan responden beruyeng-uyeng satu dengan dua belum tentu lebih besar yang beruyeng2 dua.
Kenakalan seseorang lebih banyak berasal dari pengaruh luar dirinya, apa yang ia lihat dan rasakan dari interaksinya dengan manusia2 di sekitarnya, tentang keteladanan dan perlakuan orang2 disekelilingnya.
Di Malang nyebutnya unyeng-unyeng Yo. Aku dan Aim juga punya dua tapi kami nggak ndableg kok tapi ngambekan, koyok awakmu berarti hi3
padahal uyeng2ku siji sih wan :3
Adhe Chayank'z K'kahmn *syarat & ketentuan berlaku #eh
Adhe Chayank'z K'kahmn nah klo itu, aku pun :3
Hehehe mas juga ngambek'an kah
Ngak mas cmn ngambek'an hehe
pasti enggak nakal kan mbak? 😀 #eh