“Menurut lo, gw harus gimana? putus??”
Aku terdiam disamping gadis yang masih sibuk menguras air matanya.Disatu sisi aku tahu Cici masih terlalu mencintai Aldo, tapi disisi lain…
“Lo masih sayang sama dia?” tanyaku ragu-ragu.
Cici mengangguk dengan cepat…..
“Klo gitu lo gak boleh patah semangat ngeyakinin hatinya lagi”
Cici memandangku dengan ragu, sesaat kemudian ia berucap
“Thanks ya Ndi, lo emang sahabat terbaik gw”
Aku mengangguk pelan, kamipun terdiam hingga cahaya senja yang terkubur oleh malam, seperti perasaanku pada Cici yang harus terkubur sekali lagi.
![]() |