Istilah ‘Negara agraris’, tentu pernah Anda dengar dalam pelajaran saat Anda sekolah dulu. Iklim tropis dan tanah subur membuat Indonesia menjadi tempat yang sangat cocok untuk bertani sehingga pertanian hendak dijadikan sebagai pilar utama perekonomian bangsa.
Sayangnya, harapan tersebut masih belum dapat diwujudkan karena sistem pertanian dan menjadi petani bukan lagi pilihan profesi yang menarik bagi rakyat Indonesia. Hampir tidak ada anak muda yang bercita-cita atau bahkan didorong oleh orangtuanya untuk menjadi petani.
Bukan tanpa alasan, hal tersebut dikarenakan banyak kalangan yang melihat kehidupan sulit yang dijalani oleh para petani, khususnya petani di Indonesia. Mereka harus menjalani proses pertanian, dan berjuang keras menghasilkan hasil pertanian yang baik dan berkualitas, dan menjualnya.
Sebagian besar petani masih hidup di bawah garis kemiskinan. Hal ini tentu memprihatinkan mengingat Indonesia disebut sebagai negara agraris. Sebagai seseorang yang datang dari keluarga sangat sederhana, yang harus menghentikan sekolahnya saat beliau duduk di bangku SMA, Sukanto Tanoto mengerti perjuangan yang harus dilalui untuk dapat menghidupi keluarga.
Selain itu, sebagai seorang pengusaha yang telah sukses dalam industri berbasis sumber daya alam, Sukanto Tanoto juga tahu persis potensi besar yang dimiliki sektor pertanian.
Atas dasar itu pula akhirnya ia berusaha mengangkat harkat hidup para petani, khususnya petani kelapa sawit. Sejumlah kegiatan pemberdayaan petani kelapa sawit seperti pelatihan sistem pertanian terpadu yang telah mendukung ribuan penduduk desa menjadi petani mandiri, telah dilakukan sebagai bentuk kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dari grup perusahaan yang dipimpinnya. Tujuannya, tentu ingin menghadirkan peningkatan kualitas hidup petani.
Bukan hanya grup perusahaan Sukanto Tanoto saja yang melakukannya, keluarga Sukanto Tanoto juga secara khusus berusaha ikut memberdayakan para petani melalui Tanoto Foundation yang mereka dirikan.
Tanoto Foundation rutin menggelar berbagai pelatihan pemberdayaan petani. Hingga kini, sudah 5.661 petani yang mengikuti dan menerapkan sistem pertanian yang baik. Tanoto Foundation juga menyediakan pelatihan manajemen bisnis kepada 215 pengusaha kecil dan melatih keterampilan usaha bagi 144 orang.
Salah satu pihak yang merasakan manfaatnya ialah Rusman Efendi. Petani kelapa sawit asal Pelalawan, Riau, sempat merasakan kesulitan dalam menghasilkan hasil pertanian terbaik, dan memasarkannya. Setelah mendapatkan pelatihan dan pendampingan tentang cara bertani dan diberi kemudahan dalam pemasaran, kondisi Rusman berubah menjadi lebih baik.
“Dulu saya harus menempuh jarak yang jauh untuk menjual kelapa sawit. Kadang buah menjadi busuk di tengah jalan. Kini, saya lebih mudah menjual produk saya. Pendampingan dan pelatihan dari Tanoto Foundation untuk menjalankan sistem pertanian yang baik membuat hasil panen kelapa sawit saya kini terus meningkat,” kata Rusman.
Perubahan hidup yang lebih baik seperti yang dirasakan Rusman itulah yang diimpikan oleh keluarga Sukanto Tanoto. Mereka berharap kemiskinan segara sirna dari Indonesia. Secara khusus, mereka juga ingin para petani bisa hidup makmur, sama seperti profesi lainnya.