Latahnya budaya marah ala masterchef Indonesia

Sejak Koh Ahok naik jadi wagub DKI, dan sekarang naik tahta jadi gubernur di Jakarta, budaya pejabat marah-marah didepan publik berasa jadi happening, kemudian menjalar menjadi hobby kekinian para pejabat publik biar terkesan pro rakyat, lha padakne pegawe2nya itu bukan termasuk rakyat juga po ya?

Di televisi pun setali tiga uang, musim puasa ini salah satu televisi nasional lagi-lagi menggelar acara ajang bakat memasak, masterchef Indonesia. Ajang yang sudah berjalan sejak 2011 ini selalu menampilkan satu / dua sosok chef yang garang. Chef Juna mungkin nama chef paling kasar klo mencemooh hasil karya para peserta tapi juga paling digilai ibuk2 karena ketampanannya.

Pada season 4 kali ini, chef ganteng tersebut tidak lagi tampil sejak season 3 digantikan chef Arnold, dan saat ini giliran chef Degan digantikan oleh Juri Matteo Guerinoni. Pemilik restoran asli italia ini telah lama berada di Indonesia, seorang pembalap dan pernah menjadi komentator untuk acara balap motor di televisi, siapa sangka, sekarang menjadi salah satu juri masterchef. Tidak lain, karena dia memiliki bisnis restoran yang sukses di Jakarta.

BACA JUGA:   Marhaban Ya Calon Mahasiswa Baru

masterchef season 4 galak

Sayangnya, entah karena permintaan produser atau apa, dia terlihat sangat hobi memarahi para peserta yang menghasilkan karya tidak sesuai dengan standarnya. Begitu juga chef Arnold yang di season awal masterchef pernah hadir sebagai chef tamu yang imut dan penyabar, sekarang komentarnya juga tidak lebih elegan dibanding pendahulunya. Sepertinya, ini bukan sekedar kontes pinter-pinteran masak bagi para pesertanya, tapi juga kontes galak-galakan antar jurinya.

Aku memanggap selain sebagai juri, mereka juga sebagai mentor atau guru bagi para peserta masterchef, aku sendiri sebagai guru enggak mungkin marah-marahin muridku dan mencela mereka setiap kali mereka berbuat salah atau hasil pekerjaannya tidak sesuai dengan kriteria yang kuharapkan.

Ini bukan masalah pembinaan mental atau apa, tetapi marah-marah dan memaki para peserta di depan kamera televisi itu berdampak luas bagi psikologis penontonnya, mbok ya para chef itu ngutek sedikit otaknya, soal masak dan table manner mungkin mereka ngerti banget dan diakui di level internasional, bukankah sebagai chef dan pemilik restoran kelas atas mereka harusnya terbiasa lebih beradab dan memberadabkan para peserta? tapi ternyata, soal etika dan dampak moral kelakuan mereka selama menjadi juri masterchef, penonton lebih bisa menilainya.

BACA JUGA:   Rokok Bergambar Seram

10 Comments

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

(Note, links and most HTML attributes are not allowed in comments)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.