Sejak masa peralihan penghematan BBM yang digembar gemborkan beberapa tahun lalu dengan cara melakukan konversi minyak tanah ke gas LPG, sedikit banyak mengubah paradigma masyarakat dalam urusan perkomporan dan perdapuran.
Bagi masyarakat pedesaan yang sepuh2 biasanya cenderung pilih aman dengan kembali mengandalkan kayu bakar untuk menopang asap dapur rumahnya agar tetap mengepul, sisanya mau tidak mau harus pakai gas, secara mosok ya o mau masak pake bensin mentang2 harganya masih disubsidi???
Seiring perkembangannya banyak kejadian dimana2 ketika banyak warga menjadi korban ledakan gas LPG, pertamina dan BPmigas mendapat protes dimana2 tidak melakukan perlindungan konsumen dan lain sebagainya. Apa lacur nasi sudah menjadi bubur, banyak rumah yang hancur dan warga yang harus segera dikubur.
Meskipun berkali2 pihak pertamina dan pemerintah mensosialisasikan tentang keamanan penggunaan LPG toh daya serap di masyarakat gak bagus2 amat, masih banyak yang salah dalam memperlakukan tabung gas mereka saking takutnya terjadi seperti yang di televisi. Yah namanya gas, barang gak keliatan, masih mending juga kentut setidaknya suaranya lebih menggelegar dan baunya lebih memberikan warning.
Keadaan ini kemudian memunculkan adanya bisnis yang bisa aku sebut semacam “asuransi” yang ditawarkan oleh mereka2 yang bergerak di bidang seperangkat alat dapur, lebih spesifik lagi adalah pheriperal dan aksesoris LPG, mulai dari regulator, selang karet, pengaman gigitan tikus dkk. Masing2 distributor dan produsen berlomba2 memasarkan barangnya secara door to door.
Ya, door to door, dengan model ini mereka pada awalnya berpura2 sebagai pihak yang ditugaskan untuk memantau safety instalation LPG di tiap rumah, ngasih saran, tips trick tentang keselamatan penggunaan LPG, sesekali melakukan demo yang bikin tuan rumahnya sport jantung, ya iyalah berusaha nyalain korek gas pake tabung 12 kilo, JANGKRIK NCENAN!!!! iya klo dia selalu sigap terus selama berpromosi ke rumah warga klo ndilalah jamane aku ketiban sial, po ora njeblug omahku!
Dari sini baru mereka mulai mengkritisi satu persatu pheriperal yang berasal dari distributor saingan (tentu saja tanpa sebut merk lawan main lah) kualitas selang lah, teknologi regulator lah, kemudahan instalasi, otomatisasi stop kontak dengan tabung gas dan tingkat kemudahan penanganan ketika terjadi yang paling ditakutkan warga.
Mau tidak mau, warga yang sudah ngeri liat demonya seakan seperti kerbau yang dicucuk hidungnya untuk mau membeli barang mereka, yah setidaknya servis instalasi ulang a.k.a perawatan yang sebenernya pun udin dijelasin duluan, entah faktor bego apa faktor mending teknisinya aja yang ambil resiko akhirnya orang2 seperti gw lebih ikhlas bayar duit biarpun itungannya gede. GELO!!!
Sebenernya sih ada baiknya cara mereka melakukan penjualan barang, setidaknya mereka bantu melakukan sosialisasi hal2 yang harus kita perhatikan dalam menggunakan gas LPG agar tetap aman digunakan, dari kecurangan2 dan lain sebagainya, cuma masalahnya, terkadang mereka nyekek di harga, trus beberapa informasi mereka gak terlalu relevan, misalnya mereka jual barang yang sama dengan yang udin kita punya, tapi karena mereka juga butuh jual barang ada aja tricknya supaya barang kita terlihat lebih jelek dibanding yang mereka tawarkan.
Yah seterah lah, kita juga butuh selametnya juga sih, tapi mungkin lebih ditingkatkan kewaspadaan dan logikanya aja ketika ada yang nawarin barang beginian, toh kita enggak pernah bisa ngeliat head to head kemampuan masing2 barang secara obyektif, yang penting serap ilmunya, abis itu bilang, makasih mas, tapi biar deh saya pake yang udah aja dulu, baru beli sehari kemaren soalnya. Wis titik dijamin mereka gak bakal polah.
#itu tuh regulator kek punya gw, eh kemaren ada yang nawarin sambil jelek2in yah, gw sebenernya juga pengen beli yang ditawarin, untung dompet gw punya otak yang lebih rasional dan gak mempan rayuan
##halah bilang wae lagi kere, hahahaha
jd inget kl dulu sy pernah kedatengan sales door to door kayak gitu 😀
trus beli barangnya gak mbak myra?