Membaca, itu salah satu hobbi yang sejak lama aku tekuni. Bahkan jauh sebelum duduk di bangku sekolah aku sudah dibiasakan membaca oleh orang tuaku. Memang klo kata konsultan parenting sekarang anak di usia balita malah tidak dianjurkan untuk diajari calistung. Toh sebodo teuing lha proses belajar membacaku sudah selesai sebelum teori itu dikemukakan kok.
Klo di jaman baheula, masih hidup di desa, stok bahan bacaan hanya sekedar buku teks bawaan dari sekolah dan sesekali koleksi perpustakaan di sekolah dasar yang aku bawa pulang. Yah namanya orang tuaku guru, jadi bisa minjem koleksi perpus sampai berbulan2 lamanya hahaha
Sempet kepengen punya perpustakaan pribadi kelak ketika besar sampai sekarang keknya udah gak terlalu ngebet pengennya, tapi dulu jaman belum banyak media publikasi dan semua media hanya tersedia di kota besar. Punya buku cerita/komik sendiri rasanya sudah sebuah prestise tersendiri. Lha wong klopun ada komik, itu pasti komik Pepesan Kosongnya Tatang S yang isinya klo gak tentang demit ya cabul.
Dengan membaca, aku punya gambaran tentang untold story, aku bisa tahu dimana letak menara eifel, kota wangiapu, kisah2 legenda berbagai bangsa, cara membuat prakarya, keajaiban2 yang bisa dilakukan hukum2 fisika dan tentu saja, materi2 pelajaran yang ada di buku atau LKS.
Membaca menambah wawasanku, tidak harus membaca buku, membaca tulisan2 di internet pun aku suka, dengan membaca tulisan2 personal di berbagai blog, aku bisa belajar membaca karakter seseorang, tentu saja gak selalu tepat sesuai perkiraanku, bagaimanapun juga, lain ladang lain belangnya. Seorang yang suka menulis puisi sedih belum tentu dia seorang yang benar2 menyedihkan di dunia nyata. Toh aku dulu sering bikin puisi sedih justru ketika lagi ngakak2 enggak jelas. Dengan membaca via internet aku gak perlu nambah biaya selain pulsa modem perbulan untuk melakukannya.
Yang pastinya membaca itu buatku adalah aktifitas menyenangkan, of course ada satu buku yang paling enggak pengen aku baca, yaitu buku tabunganku sendiri. Hadeh isine mung sudo terus ra tau nambah