Tulisan ini gw buat karena terinspirasi oleh sebuah episode dalam tayangan Oprah Winfrey tentang seorang wanita Afrika yang menulis sebuah surat untuk dirinya sendiri.
Sayang sekali soal episodnya yang mana n nama pelakunya aku udah lupa, googling kesana kesini pun masih belum ketemu pelakunya. Tapi baiklah kita lupakan soal siapakah tokoh tersebut, karena pada dasarnya kita pun bisa menjadi tokoh tersebut.
Ia adalah seorang wanita di gurun Afrika yang terpaksa menikah muda karena tuntutan adat dan kemiskinan, menjadi seorang wanita di sukunya bukanlah sesuatu yang mudah, dalam perspektif mereka dilahirkan menjadi wanita adalah kutukan, karena selalu akan berada di bawah dominasi kaum laki2nya.
Pada suatu ketika ia bertemu dengan seorang aktivis kemanusiaan yang datang ke sukunya dan memberinya sebuah sudut pandang baru, bahwa seorang wanita memiliki hak dan kemampuan yang sama dengan laki2. Ia lalu menuliskan cita2nya dalam sebuah kertas dan ia sembunyikan di bawah batu.
Singkat cerita ia berhasil melepaskan diri dari suaminya dan pergi ke Amerika, meneruskan pendidikannya dan menjadi kandidat doktor di Amerika. Sebelum ia menjadi doktor ia kembali ke negaranya, mengambil kertas yang ia sembunyikan di balik batu, dan menggantinya dengan cita2 yang baru.
Self motivation letter, adalah tulisan yang ditulis untuk dirinya sendiri, biasanya berisi cita2, harapan, nasehat maupun dialog2 yang melibatkan dua sisi dirinya. Surat ini didedikasikan agar membuat dirinya bisa terus bersemangat dan tidak mudah menyerah menghadapi sebuah masalah ketika tidak ada seorangpun yang mau mendengarkannya.
Kita seolah menjadi tabib bagi diri kita sendiri, sahabat bagi diri kita sendiri, penyemangat bagi diri kita sendiri, kita bisa menuliskan sebuah nasehat yang memang kita harapkan, penuh dukungan dan menghindari kritikan pedas selayaknya jika kita mendapatkannya dari orang lain.
Dengan menuliskan self motivation letter, kita ditantang untuk merasakan empati pada diri sendiri namun dengan pemikiran yang lebih rasional dibanding kita hanya menyimpannya di otak. Karena ketika kita mengeluarkan emosi dalam bentuk tertulis, sisi logika otak akan menjadi autokritik bagi emosi tersebut, apakah emosi itu cukup wajar, berlebihan, terlalu cengeng, tidak terlihat seperti diri sendiri, dengan demikian kita bisa menilai pantas tidaknya kita mengeluarkan emosi tersebut sesuai dengan masalah yang kita hadapi.
Dalam sebuah self motivating letter kita juga bisa memberikan sebuah harapan atau cita2 seperti pada kasus wanita afrika tersebut, karena dengan kita menuliskan cita2 tersebut, kita membaca cita2 tersebut, atau kita selalu menyebut cita2 tersebut dalam doa2 kita. Proses perulangan keinginan tersebut akan menjadi semacam imun bagi diri kita agar tidak mudah patah semangat, menstimulasi otak bahwa keinginan kita lebih menggairahkan daripada tantangan yang harus kita hadapi.
Mengecilkan tantangan memang bukan hal yang baik, tetapi ketika fokus kita pada keinginan, pelan tapi pasti tantangan sebesar apapun akan menciut dengan sendirinya, jangan pernah ragu dengan kekurangan2 kita di dunia ini, karena kita memiliki sahabat yang sangat setia yaitu diri ย kita sendiri, dan sebaik2nya penyemangat hidup adalah diri kita sendiri.
gambar koleksi lama dari google
Tfs Yo ๐
sama2 mbak yu
betul banget..self motivation sangat perlu bagi kita, saya serig melakukannya, meski sejujurnya saya kurang action dalam meraihnya, tapi saya selalu berusaha untuk bisa beraksi untuk meraihnya ::)
berarti tinggal diperbanyak actionnya aja ya mbak ria biar tujuannya lebih cepet tercapai ๐