Hidup Sederhana

Besok aku bakal nikah sama orang yang mau aku ajak hidup sederhana…. Oke, kamu bisa aja ngajak istrimu hidup susah, makan seadanya, tapi apa kamu mau ngajak anakmu susah? makan nasi campur garam, bikin anakmu sakit tiap pulang sekolah kehujanan?

Itu adalah percakapanku dengan ibu sambungku sekitar 10-12 tahun yang lalu. Waktu itu di usia SMA-awal kuliah, pemikiranku hanyalah bagaimana mendapatkan istri yang mau diajak hidup susah, enggak matre, tidak suka berdandan glamour dan berfoya-foya. Ya maklum saja, SMAku dulu termasuk dalam jajaran sekolah elite di kota Jogja. Dimana sebagian besar latar belakang siswanya adalah orang berada yang sudah terbiasa dengan aneka perayaan dan pesta yang menurutku gak terlalu penting dan pemborosan.

Hidup susah, siapa mau?

Mana ada orang tua mempelai wanita yang dengan suka rela menjerumuskan anak perempuannya dengan seorang laki-laki yang hanya ingin mengajaknya hidup susah? Tentu saja bahwa kehidupan manusia itu seperti roda yang berputar, kapan saja bisa terbalik nasibnya. Tetapi jika ada seseorang yang sengaja mencari pendamping untuk diajak hidup susah memang perlu dipertanyakan apakah dia benar-benar akan serius menafkahi istrinya?

Hidup itu emang tidak untuk memandang kaya dan miskin, prinsipku bahwa kaya dan miskin adalah sementara, mereka yang kaya raya bisa saja dalam sekejap jatuh miskin dan bangkrut, sementara mereka yang kini miskin bisa saja menjadi kaya raya keluarga priyo harjiyonodalam hitungan tahun. Jadi menilai seseorang dari hartanya benar-benar tidak relevan menurutku, baik itu yang sedang kaya, maupun yang sedang miskin.

Aku sendiri bukan orang yang terlalu mikir tentang penampilan, jadi lempeng aja meski jahitan sepatu sudah mulai lepas, gak pakai minyak wangi, atau pake baju yang asalnya dari obral diskon tahunan. Jika harus disandingkan dengan mereka yang berpenghasilan tetap pun aku masih jauh sih yah, jadi emang selow aja menikmati hidup.

Meskipun demikian, untuk urusan anak aku emang pengen yang terbaik, bukan berarti selalu yang termahal, tetapi yang mampu memberikan value terbaik antara kualitas dan harga. Karena gimanapun, harta paling berharga itu anak, aku bekerja toh juga buat anak dan istri, jadi aku pengen memberikan hal yang pantas untuk mereka dapatkan.

Sebagian dari cita-citaku memang belum terwujud, tetapi selalu ada pencapaian dalam beberapa tahun terakhir, step demi step mulai menanjak meningkatkan standar kehidupan dan mempersiapkan diri untuk pendidikan anak-anak nantinya. Klo balik soal hidup yang apa adanya, ya yang penting selama kita memakai barang yang fungsional dan efektif ya dipake aja, makan yang ada di rumah ya dimakan aja, ingat kita sebagai manusia kita hanya doyan makan makanan, bukan makan gengsi.

Tinggalkan komentar

(Note, links and most HTML attributes are not allowed in comments)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Ingin produk/website Anda kami ulas? Silahkan klik tombol dibawah ini