Dewasa ini untuk mendapatkan akses informasi sangatlah mudah, peningkatan teknologi khususnya internet saat ini telah beberapa tahun menggejala seiring dengan semakin terintegrasinya teknologi komunikasi seluler dengan teknologi yang tadinya hanya berbasis personal computer.
Klo zaman orde baru yang terkenal adalah abri masuk desa, sekarang yang ngetrend adalah fenomena internet masuk desa, baik by mobile phones maupun menjamurnya warnet2 di daerah pedesaan. Jaman dulu abegeh masih pada sibuk dengan urusan penyakit kulit sekarang sudah sibuk dengan urusan penyakit galau.
Internet bagaikan pisau bermata dua, disatu sisi memberikan akses informasi yang sangat luas, memberikan dukungan pembelajaran bagi komunitas pendidikan, penelitian maupun individu yang tertarik untuk mengembangkan ilmunya. Disisi lain internet hanya dijadikan sebagai ajang berhura-hura, menghabiskan waktu, dan mengakses dengan lancar sesuatu yang dulunya dianggap “tabu”, entah pornografi, judi, video2 kekerasan/pembunuhan.
Teknogrogi syndrome kiranya istilah tepat bagi anak2 muda kita yang menjadi sangat konsumtif dan begitu tergantung dengan teknologi, terkesan tidak siap untuk menggunakan teknologi secara baik, sedikit2 melakukan update status, sedikit2 mengeluh dan sedikit2 marah2 ya hanya itu.
Jejaring sosial pada intinya memang digunakan sebagai ajang bersosialisasi, melakukan komunikasi dengan teman2 yang terpisah secara geografis. Menemukan teman baru, mendapatkan keuntungan dan nilai tambah baru, tetapi yang terjadi saat ini lebih banyak anak muda kita terjebak dalam hal2 yang kurang penting dalam hidupnya.
Dalam jejaring sosial seperti facebook, fasilitas yang disediakan tidak hanya sekedar berteman tapi juga bermain games, jika 10 tahun ke belakang fasilitas game online hanya bisa dimainkan di warnet2 dengan spesifikasi PC yang mumpuni, sekarang untuk memainkan game di facebook tidak perlu harus membeli peripheral tambahan seperti VGA card/kipas pendingin yang lebih baik.
Kemudahan ini menjadikan anak muda kita lebih senang cenderung hidup dalam dunia mayanya, bukan dalam dunia nyatanya, tidak hanya anak2 muda, bahkan para ibu rumah tangga, pekerja kantoran tidak pernah telat melakukan update status atau sekedar menengok kebun mayanya di facebook.
Jika kita tengok masih banyak fasilitas yang sebenernya bisa kita gunakan lebih baik dari kemudahan ini, tetapi mungkin masih jarang digunakan oleh anak2 muda kita. Bergabung dengan grup grup komunitas tertentu, bagi saya mahasiswa elektronika tentu menyenangkan bisa bergabung dengan grup2 yang sebidang dengan saya, belajar dan berbagi tentang dunia mikrokontroler, robotik, pemrograman maupun jaringan.
Ini yang saya rasa sangat kurang dalam pemanfaatan internet oleh anak2 muda kita, anak2 muda kita lebih banyak menjadikan internet sebagai sebuah lifestyle yang membuat mereka nampak lebih gaul, melek teknologi dan tidak ketinggalan dibanding teman sebayanya. Tetapi untuk memanfaatkan teknologi secara maksimal sepertinya belum.
Entah model salah asuh dari siapa anak muda kita bisa menjadi seperti ini, apakah merupakan doktrin turun temurun dari kita2 yang lebih tua dari mereka. Karena tentu saja anak muda kita hanya meniru dari apa yang mereka lihat di sekitarnya.
Mari kita memanfaatkan teknologi, baik itu internet, blackberry, maupun jejaring sosial untuk memberikan nilai tambah pada diri kita sehingga adik2 kita bisa mendapatkan contoh yang lebih baik untuk lebih bijak menggunakan teknologi.
nice, internet is good. pemanfaatan atau dimanfaatkan sama saja menurut saya
buat saya beda mas, memanfaatkan berarti kita yang megang kendali untuk menggunakan internet sesuai kebutuhan kita. Dimanfaatkan berarti kita dalam taraf kecanduan, misal dikit2 buka internet cuma buat mainin game atau main game online berpuluh2 jam nonstop
izin untuk blogwalking.. 🙂
silahkan mas affan
keren gan 😀
perkembangan teknologi gag ada matinya
tapi tetep harus disikapi bijaksana mas n_n