FoodBank of Indonesia atau FOI menggelar kampanye berjudul Aksi 1000 Bunda untuk Indonesia sebagai bagian dari memerangi kelaparan yang ditengarai menjadi salah satu penyebab tingginya angka stunting di Indonesia. Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2018, menemukan bahwa sebanyak 3.9% anak di Indonesia mengalami gizi buruk (severe malnutrition), 13.8% balita menderita gizi kurang (underweight), dan 30.8% lainnya mengalami gejala pendek (stunting).
Disisi lain, dalam survei yang dilakukan oleh FOI, anak-anak Indonesia juga terancam dengan adanya hidden hunger, yakni kekurangan nutrisi seperti vitamin dan mineral yang mengancam pertumbuhan mereka. Salah satu pola yang umum dijumpai adalah adanya anak yang tidak sarapan sebelum berangkat sekolah. Tiadanya sarapan ini bisa terjadi karena kemiskinan, kebiasaan pola hidup orang tua sehingga mengakibatkan anak sulit memfokuskan diri saat belajar di sekolah. Selain itu kemiskinan memberikan peran pada kurangnya ketersediaan gizi yang dibutuhkan oleh anak-anak di Indonesia.
Terlebih dengan adanya pandemi Covid-19 yang memukul perekonomian di seluruh dunia, berimbas pada menurunnya pendapatan dan turut mempersulit akses pangan kepada masyarakat umumnya balita. Kondisi tersebut membuat FOI sebagai salah satu lembaga nirlaba yang bergerak di bidang pangan mengkampanyekan Aksi 1000 Bunda untuk Indonesia.
Aksi 1000 Bunda untuk Indonesia
Founder FOI, Hendro Utomo dalam sela-sela kunjungannya di Banyuwangi menyatakan “Situasi pandemi ini semakin mempersulit balita memperoleh akses pangan yang layak. Banyak balita kita yang mengalami kelaparan, gizi kurang, bahkan stunting. Kita harus bergerak bersama untuk memerdekakan balita Indonesia dari rasa lapar,”
Deklarasi Aksi 1000 Bunda untuk Indonesia sendiri dilaksanakan di tiga wilayah yakni di Jakarta, Pandeglang dan Banyuwangi. Kegiatan ini turut diikuti oleh para relawan FOI dan 500 balita yang tersebar di 45 titik di berbagai wilayah di Indonesia. Deklarasi ini dimaksudkan sebagai peran serta bunda dalam mengatasi masalah gizi buruk yang terjadi di Indonesia, targetnya bisa mencapai 50000 balita bebas dari kelaparan. Deklarasi Aksi 1000 Bunda sendiri merupakan puncak dari rangkaian acara yang dimulai sejak 15 Agustus hingga 22 Desember 2020.
Di Jakarta sendiri, aksi dipusatkan di SDN Johar Baru 01 Pagi, melibatkan masyarakat, relawan, balita, FOI serta JNE selaku pendukung dari acara ini. JNE sendiri menurut Moh Feriadi selaku Presdir JNE, keterlibatan JNE dalam program pangan FOI sudah berlangsung sejak 2018 dan masih akan terus memberdayakan kapabilitas logistik yang dimiliki untuk menjangkau area yang lebih luas
Untuk mendukung Aksi 100 Bunda ini, tim FOI sendiri menyelenggarakan “Ekspedisi Merdeka 100% “melalui 7 provinsi dan menempuh jarak 2.500 km dengan berkendaraan motor. Tim akan menyambangi berbagai titik dan melakukan observasi dan sharing knowledge mengenai masalah seputar pemenuhan gizi balita dan cara yang dilakukan stakeholder setempat guna memerangi hal tersebut.
Dalam pelaksanaan aksi yang juga dilaksanakan secara virtual yang juga dihadiri relawan, media dan blogger ini turut menghadirkan Deputi Menteri PPPA Bidang Tumbuh Kembang Anak KPPPA , Lenny N. Rosalin, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Eni Hermayani serta Wida Estarina dari Yayasan Lumbung Pangan Indonesia.
KPPPA menurut Lenny, siap untuk mendukung upaya FOI membantu masyarakat dalam mencari solusi melalui redistribusi makanan berlebih sebagai upaya untuk membuka akses pangan bagi kelompok rentan, termasuk balita. Senada dengan KPPPA, Dekan FTP UGM juga siap berkontribusi dalam mendukung gerakan sosial yang dilakukan FOI, termasuk Aksi 1000 Bunda untuk Indonesia. Aksi yang dilaksanakan dalam suasana perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia ini, juga sebagai trigger dan penyemangat kita semua untuk turut berperan memerdekakan masyarakat Indonesia dari kelaparan, karena kemerdekaan yang hakiki, adalah kemerdekaan dari rasa lapar.