Mengalir bagai tetes salju yang menitis pada dedaunan
Bermandikan mesra kelembutan sapaan mentari di pagi hari
Menyeruak dan menggetarkan kedinginan yang memeluk erat tubuhku
Adakah kalian jua mengenal siapa aku?
Adakah kalian mencumbu pada baris2 tubuhku?
Tiadalah aku lebih berarti bagimu
Meski sebatas dalam media khayalmu
Ketika keanggunan membuatmu terlena
Dan ketika keindahanku membuatmu jatuh tersungkur
Sungguh aku tak berharap menyelamatkanmu
Biarkanlah aku menjadi bait demi sebait kata dan kata
Tanpa rasa tanpa makna
Cintailah aku senada dengan irama yang ada padaku
Bukan memanifestasikan keanggunanku sebagai daya pikatku
Cintailah aku sebagai bait kata yang terucap dari hati penulisku
Yang mengisiku tanpa rasa tanpa makna
Hanya memenuhiku dengan onggokan kegundahan hatinya
Aku tak lebih dari rangkaian sampah yang indah
Yang terukir dari keterampilan cinta tangan yang kasar
Aku tercipta sebagai ungkapan rasa cinta dan penyesalan
Aku tercipta sebagai ungkapan bahagia dan kesedihan
Janganlah kalian memuja aku
Janganlah kalian menghamba padaku
Bait bait puisi yang kosong
Yang kalian anggunkan dengan imajinasi kalian
Kecantikanku tak lebih dari ilusi yang kalian ciptakan sendiri
Tempatkan aku tepat di depan dadamu
Ada jauh dibawah pelupuk matamu
Bukanlah tempatku berada diatas kalian
Melainkan aku ciptaan sesama kalian
Jangan bebankan padaku segenap cintamu
Segenap rasa indah dan anugerahmu
Biarkan aku termaknai dari setiap butir kata yang menempel di tubuhku
Tidak untuk kalian telanjangi dengan asumsi
Bahwa aku bagaikan seorang dewi
Terkutuklah kalian yang memaknaiku lebih dari aku
Terkutuklah mereka yang menelanjangiku dengan asumi asumsi fiksi
Yang memperTuhankan dan memberhalakanku sebagai cintamu
Karena aku hanyalah sampah, karena aku hanyalah kosong
Aku tercipta bukan untuk kalian puja
Aku tercipta dari kejenuhan penciptaku
Maka biarkanlah aku
Tetap kosong
Dan kosong