Kuliah di Jogja? Siapa yang enggak pengen? Jogja punya begitu banyak universitas berkualitas yang bisa menjadi pilihan kamu-kamu yang abis lulus SMA atau SMK. UGM biasanya menjadi primadona para lulusan SMA untuk bisa mendaftar menjadi mahasiswanya, tapi jika kalian gagal dalam seleksi penerimaan mahasiswa UGM baik jalur umum maupun jalur khusus, jangan berkecil hati, selain UGM kampus rekomended di Jogja yang bisa jadi tempat kalian menuntut ilmu, ada UNY, UPN, UII, UMY, Amikom, UTY dan masih banyak kampus lain.
Kuliah di Jogja itu cuma sambilan, aslinya kita disini tu piknik. Aku pernah bertanya pada rekanku yang ambil kuliah profesi di Jogja, setiap weekend mereka bakalan menyebar ke berbagai destinasi wisata di Jogja. Ya, setiap sudut Jogja adalah tempat wisata, kamu bisa melancong ke pucuk Jogja dan akan menemukan bukit klangon merapi, kebun teh bligo, pantai pok tunggal, atau mangunan. Jika kamu ingin yang tidak terlalu jauh tapi punya persona khas Jogja bisa melipir ke candi Ijo, Ratu Boko, Prambanan, Kalibiru, Sate klathak, atau buat kamu yang ingin tetap stay di kota, kamu bisa jalan-jalan di Malioboro, Kraton, Tugu. Lalu setelah masa kuliah berakhir dan mereka mau pulang aku selalu bertanya, sudah selesai menapaki tempat wisata Jogja? Belum… dan mereka berharap bakalan bisa tinggal lebih lama lagi menikmati kota Jogja.
Lain dengan mereka yang sudah menjadi bagian nafas Jogja, mahasiswa baru adalah mereka yang belum pernah menapaki kota Jogja. Biasanya calon mahasiswa berasal dari berbagai daerah di Indonesia, tidak jarang aku bertemu mahasiswa Jogja yang berasal dari daerah 3T; terluar, terdepan, tertinggal. Sungguh perjuangan yang berat mendatangi Jogja dengan segala mimpinya, ada yang harus berjam-jam naik perahu dari pulau tempat tinggalnya di perairan Natuna, lalu melanjutkan penerbangan dengan pesawat ke Jogja, sementara yang lain harus menempuh jalur darat secara estafet dari Maumere.
Sesampainya di Jogja dan dinyatakan diterima di salah satu perguruan tinggi Jogja, apakah mereka bahagia? Mungkin iya, tapi yang aku perhatikan hampir sebagian besar dari mereka kemudian mengalami stress. Apakah ini karena masalah homesick? Beberapa iya, tapi itu hanya sebagian kecil dari populasi mahasiswa baru di Jogja, ada masalah lain yang lebih krusial di Jogja
Beneran Mau Kuliah di Jogja? Siapkan Mentalmu Untuk Kali Pertama
Kayaknya kok meden-medeni alias menakut-nakuti banget soal Jogja? Bukankah sebagai kota pelajar Jogja dikenal dengan keramahan masyarakat dan kearifan budayanya? Of course, masalah dua itu sepertinya kita gak usah terlalu kuatir, layaknya orang Jawa pada umumnya, orang Jogja akan menganggap tamu yang datang ke Jogja seperti saudaranya, yah satu dua emang adalah yang namanya oknum tapi sebagian besar akan menyambut para calon mahasiswa dengan ramah
Yang menakutkan bagi mahasiswa baru di Jogja bukanlah mitos suara drumband atau gamelan di dini hari. Jangan kuatir bakalan kayak sekuel kampung penari, bukan juga tentang klitih, tapi yang lebih menakutkan bagi sebagian mahasiswa luar pulau dan luar daerah saat mereka tiba di Jogja adalah hal krusial tapi sepele. Masalah perut
Jogja dikenal dengan berbagai kuliner legendaris seperti bakpia, gudeg dan juga sate klathak. Selain gadis lokalnya, sebagian besar makanan di Jogja itu manis, dan ini adalah petaka untuk mahasiswa baru yang berasal dari daerah pesisir yang terbiasa dengan kuliner asin. Baru sampai di Jogja, langsung berwisata kuliner ke berbagai destinasi kuliner khas Jogja, maka rasa yang terasa pertama kali adalah, ambil gudeg, manis, ambil sayur, manis, bahkan ambil lauk ayam pun, manis. Benar-benar celaka
Beberapa rekan mahasiswaku sempat merasakan homesick karena merasa kaget dengan masakan Jogja yang serba manis. Rasanya pengen segera buru-buru kabur aja naik pesawat balik ke rumah masing-masing di Ujung Indonesia. Meski pada akhirnya, dengan pertimbangan biaya dan mewujudkan cita-cita mereka harus bertahan dengan kesengsaraan mereka itu
Namun sebenarnya hal itu gak bertahan lama, memang butuh adaptasi lidah selama kurang lebih 2-3 bulan sebelum bisa merasakan nikmatnya masakan Jogja. Klo kalian enggak percaya, cobalah datang ke sebelah utara kampus UGM, tepatnya di SGPC Bu Wiryo, warung sego pecel legendaris mahasiswa UGM sejak tempo dulu ini selalu didatangi para mahasiswa Jogja tempo dulu untuk sekedar ngudarasa dan mengenang kembali masa kuliah mereka sembari menikmati kuliner yang menemani mereka belajar di kampus.
Nasi Padang, Warmindo dan Angkringan adalah Penyelamat Nafsu Mahasiswa Baru di Jogja
Karena mengalami shocked sweet culinary experiment saat menginjakkan kaki di Jogja, mahasiswa baru ini seringkali menjadi tidak bergairah dan lesu saat berada di kampus. Yang terbayang di kepala mereka adalah lauk dan sayur yang harus mereka taruh dipiring dan dijejalkan sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya tanpa memikirkan rasanya. Umumnya rekan-rekan mereka yang berasal dari Jogja sudah paham dengan masalah semacam ini.
Namun, selalu saja ada cara untuk mereka yang tetap berusaha, uda nasi padang, aa burjo, dan tukang angkringan adalah para superhero penyelamat nafsu makan mahasiswa baru di Jogja. Rekan-rekanku yang notabene mahasiswa profesi memilih memarkir kereta mereka (baca: motor) di depan warung padang, sementara mahasiswa S1 yang baru pertama kali datang dan kuliah di Jogja umumnya punya dua pilihan, yang pertama angkringan dan yang kedua warmindo alias warung burjo.
Angkringan sebenarnya masih memuat rasa manis kuliner Jogja tapi setidaknya terbantu dengan pedasnya terasi sambel teri yang disuapkan ke mulut mereka. Sementara aa burjo adalah legenda hidup dengan resep rahasia abadi mengapa rasa indomie goreng di warmindo selalu lebih enak daripada bikinan kita sendiri.
Pun demikian, pada akhirnya, setelah mereka diwisuda dan kembali ke kota asal atau melanjutkan episode hidup di kota lain, mereka akan selalu merindukan Jogja, pengalaman pertama itu akan selalu menjadi bittersweet yang memulai episode romantis dalam fase hidup mereka selama kuliah di Jogja, karena bagaimanapun juga, Jogja terbuat dari kepingan rindu dan mantan