Psikologi terbalik atau reversed psychology adalah sebuah kondisi untuk mencapai tujuan yang berseberangan. Kondisi ini dapat berupa ucapan, tingkah laku dan perbuatan. Inti dari psikologi terbalik adalah mendapatkan umpan balik yang berseberangan dari kondisi yang ia ciptakan.
Maksoed lo???
Otak manusia adalah sebuah processor yang dapat menerima sebuah rangsangan kemudian memproses rangsangan itu dengan algoritma yang ia miliki sehingga menghasilkan sebuah keputusan. Poin dalam psikologi terbalik bukan pada rangsangan, melainkan algoritma si obyek itu sendiri.
Algoritma tersebut adalah sebuah citra yang didapatkan dari pengalaman dan pengetahuan yang akan atau telah dia peroleh sebelumnya. Sebut saja ketika ada seorang anak kecil tidak mau berhenti menangis, maka orang tuanya mengucapkan “nangis saja terus sampai pagi”. Untuk anak kecil ia akan menganggap itu adalah sebuah saran, tetapi setelah beberapa saat ia akan menyadari dan mempertimbangkan aktivitas menangisnya dan ia akan terdiam dengan sendirinya.
Bagi mereka yang setingkat lebih dewasa seperti remaja, dimana setiap remaja sudah memiliki alter ego dan keinginan untuk diakui, ia cenderung akan melawan perintah, sehingga seringkali apa yang diucapkan orang tua atau guru justru akan direspon sebaliknya, himbauan dan larangan biasanya diabaikan sebagai ajang pembuktian diri.
Sehingga bagi seorang yang memiliki pengetahuan psikologi terbalik, ia dapat menciptakan suasana seolah berkebalikan dengan apa yang ia inginkan untuk mendapatkan respon dari orang2 disekitarnya. Ya ya ya psikologi terbalik adalah seni untuk menarik perhatian orang dengan rangsangan yang berlawanan, sehingga orang lain melakukan hal yang ia inginkan tanpa disadari orang tersebut. Para konsultan periklanan akan menyarankan sebuah judul semacam Don’t Read This Book agar tulisan kliennya mendapat perhatian lebih dari publik.
Psikologi terbalik juga bisa digunakan untuk menyerang lawan jenis agar jatuh hati padanya. Contoh yang paling umum adalah mengkondisikan kondisi psikologis targetnya justru membencinya, sehingga secara tidak langsung memori target akan penuh dengan gambaran kebencian terhadap subyek, dan pada kondisi tertentu ia akan merasakan kecanduan untuk selalu memikirkan subyek, disini perlahan secara tidak langsung algoritma target akan membandingkan perlakuan yang ia dapatkan dan kamuflase stigma yang terbentuk di pikirannya, dan kemudian ia akan mulai dihinggapi perasaan bersalah, mulai menerima dan akhirnya jatuh dalam perangkap.
Ya ya ya setelah membaca ini mungkin ada yang kepikiran sebenarnya aku nulis beginian dalam rangka brainstorming melakukan psikologi terbalik sama kalian juga gak ya?? 😀 hahaha mbuh lah take it easy
Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai Dunia Psikolog, menurut saya bidang studi Psikologi merupakan bidang studi yang sangat menarik
juga banyak hal yang bisa dipelajari di dunia Psikologi.
Saya juga mempunyai tulisan yang sejenis
mengenai bidang Psikologi yang bisa anda kunjungi di <a href="http://publication.gunadarma.ac.id/handle/123456789/2537">halaman ini</a>, selamat berbagi 🙂
maturnuwun mbal adeline, salam kenal
Psikologi terbalik cukup keren buat ngerjain anak-anak, ahahay!
hahaha akur lah asal ojo ngasi konangan ndak diarani seneng ngapusi 😀
saya suka baca buku psikologi
soalnya waktu skripsi, saya juga membahas soal psikologi
tentang id, ego, dan superego
psikologi emang menarik kok menurut saya, mengajak kita mengenal karakter orang lain dengan lebih baik. btw bedanya ego dan superego apa ya?
saya baru paham ada tipe psikologi semacam ini.. 😀
sebenernya mungkin sering dipraktekan mas, hanya mungkin baru tahu klo istilahnya seperti itu n_n