Sebagai seorang blogger penting gak sih kita bikin SEO Checklist? Dan apakah itu harus? Pertanyaan ini yang coba dibahas mas Miftah di sesi webinar BRT. Jadi siapa sih mas Miftah, beliau adalah SEO Specialist di KlikDokter yang sering banget bantuin temen-temen buat belajar SEO di Linkedn.
Nah terus dari pertanyaan judul kita gimana? Yuk kita langsung bahas apa aja yang dipelajari di sesi webinar tersebut.
Bicara soal penting gaknya SEO checklist balik lagi sama kebutuhan kita saat membuat blog dan tujuan dari blog itu sendiri. Apakah blog hanya untuk catatan pribadi, atau biar menjadi value saat dibaca oleh orang lain. Jika tujuannya hanya dokumentasi pribadi, maka gak perlu ada checklist, cukup menulis seperti biasa. Tapi kalau untuk menghasilkan traffic, value dan lainnya, sebaiknya kita punya checklistnya.
Disini mas Miftah membagi checklist tersebut menjadi 2 yaitu dari sisi Content dan Technical
Content Checklist
Content checklist berfokus pada seperti apa konten yang kita hadirkan dalam blog gak sekedar terkait penulisan aja, tetapi juga strategi content itu sendiri. Lah bikin konten perlu ada strateginya juga?
Fundamental Writting
Kenapa disebut fundamental writting, ini skill dasar yang perlu dimiliki content writter, idenya sebenernya gak banyak, cuma ada 3 poin menurut mas Miftah
- Kemampuan kreatif: Kemampuan menghasilkan ide kreatif, sudut pandang dan pengolahan konten jadi unik
- Solutif: Kontennya komprehensif, sesuai target audience, dapat dipercaya, dan mudah diaplikasikan jika itu tutorial
- Kemampuan teknis: Memahami cara kerja search engine, dan menguasai penggunaan alat bantu SEO
Setelah dijabarkan baru deh berasa ngebul kan ya, hehehe. Kemampuan kreatif ini bisa jadi unique selling point dari kemampuan menulis kita, artikel kita jadi gak terasa boring dan menawarkan value yang baru dari konten kompetitor. Konten juga harus menjawab masalah audience, tepat sasaran mudah dipahami dan diterapkan.
Untuk menghasilkan konten yang oke, kita perlu mengembangkan topik halaman dari artikel yang akan diproduksi, caranya dengan melakukan
- Brainstorming; diskusi guna menghasilkan ide segar, membaca, menonton dan aktivitas lain yang memacu ide baru
- Storytelling; tulis konten dengan narasi yang memikat pembaca
- Base on data; untuk konten tertentu wajib menggunakan data, terutama untuk jenis konten YMYL
YMYL Content
Google fokus pada konten YMYL (Your Money Your Life) yang artinya Google gak akan main-main untuk konten yang berfokus pada finansial dan kehidupan netizen, sehingga Google akan mengeliminir konten-konten yang dibuat dalam topik tersebut tanpa adanya data dan fakta yang aktual.
Must YMYL
Konten yang terkait dengan perbankan, kesehatan, pendidikan, hukum dan farmasi, merupakan jenis konten YMYL, yang memiliki dampak terhadap finansial maupun kehidupan netizen, sehingga konten yang diproduksi harus terpercaya dan benar adanya.
Non YMYL
Jenis konten yang gak ada hubungannya sama duit dan hidup pembaca, lebih bersifat ke hiburan, seperti olahraga, gaya hidup, infotainment, musik, news ringan. Konten jenis ini bersifat hiburan, Google gak akan memusingkan isinya akurat atau enggak, lha ngapain ngurusin gosip artis sebelah.
Bias YMYL
Bisa jadi bisa enggak YMYL, tergantung dengan isi kontennya nanti. Misalnya terkait berita kecelakaan, cuaca, how to. Misalnya konten DIY atau how to mewarnai untuk anak TK jelas bukan YMYL, tapi klo how to merakit gaming PC dengan RtX 4090 bisa jadi lain cerita.
EEAT Cara YMYL Friendly
Lalu bagaimana biar konten kita YMYL Friendly? Jawabannya adalah dengan metode EEAT, buat blogger dan praktisi SEO setahun terakhir tentu udah sering denger istilah yang merupakan pengembangan dari EAT
Experience
Konten yang dibuat berdasarkan pengalaman penulis, tulisan tentang snorkeling di Lombok akan lebih detail dan mendalam jika dituliskan oleh mereka yang pernah melakukannya. Cara menuliskan dan mengungkapkan dalam kata akan lebih mengena para pembaca.
Expertise
Konten yang ditulis oleh ahlinya, atau orang yang berkecimpung di dalam bidangnya, misalnya konten kesehatan yang ada di Klik Dokter, selain ditulis oleh naramedis tulisan juga akan direview ahli kesehatan seperti dokter sebelum naik tayang.
Authoritativness
Expertise dan Authoritatif, mungkin sedikit mirip, yaitu memerlukan kredibilitas dari penulis, namun di sisi authoritif ini tidak sekedar ahli saja, bisa saja pernyataan dari Menteri, pakar, instansi pemerintah, website reputable yang memiliki kewenangan untuk menyatakan pendapat.
Nah, aku tambahin nih biar kalian lebih paham implementasinya, jika kalian cek website besar seperti Kumparan, Tirto, Detik dll, dalam membuat berita mereka selalu menyertakan referensi, bisa berupa komentar pejabat (biasanya untuk konten news), buku/ jurnal/ web terpercaya di dalam konten mereka. Biar apa? Membangun authoritativness ini.
Trustworthyness
Konten harus dapat dipercaya, diandalkan, dapat diimplementasikan jika berupa tutorial, menghindari content cloaking yang hanya bersifat click bait. Tetapi bisa menghadirkan rasa trust pembaca pada konten yang kita buat.
Teknik Content Clustering
Ini berkaitan bagaimana kita membangun clustering content, atau topical content, aku lebih suka menyebutnya sih microniche. Gimana kita bisa membuat konten yang benar-benar menguasai satu niche atau topik tertentu, caranya gimana?
Sini aku kasih gambaran biar enak
Micro Nicheing / Topic Clustering
Misal kamu mengincar topik tentang e-wallet, maka kamu harus punya beberapa konten berikut
- Cara topup (nama e-wallet)
- Cara topup dari Bank A, B, C
- Cara transfer dana antar (nama e-wallet)
- Cara bayar BPJS pakai (nama e-wallet)
- dan seterusnya
Dengan banyaknya konten tentang e-wallet Gopay misal, kamu akan membangun EEAT tentang cara penggunaan e-wallet tersebut. Disini kamu gak hanya butuh kemampuan nulis, kamu juga belajar bikin artikel how to yang mendalam sekaligus nambahin gambar-gambar penting terkait step by step nya.
Internal Linking
Model internal linking harus punya strategi nih, harus bener-bener valuable buat pembaca, menurut mas Miftah gak ada patokan harus ada berapa internal link dalam satu artikel, selama itu valuable dan worthy kasih aja.
Untuk internal linking memang paling oke adalah manual, internal link harus ditaruh secara manual dan mudah dibaca, itu kenapa aku sendiri meski menggunakan plugin baca juga, juga sesekali kasih internal link baca juga biar internal link nya lebih relevan.
Baca juga Cara Membuat Internal Link Otomatis
Tapi gini deh, sebelum kalian bikin internal link untuk content cluster mending kalian bikin spreadsheet dulu daftar artikel kalian terkait topik itu.
Kalau di teknik mas Miftah beliau pake model tabel, dimana ada judul cluster, judul artikel, link artikelnya. Tujuannya apa? biar enak ngeliat kita udah punya konten apa aja di cluster itu dan ini akan memudahkan kita membuat internal linkingnya.
Kalo pake teknikku ada cara lainnya sih, kurang lebih tipenya mirip sama mas Miftah bedanya aku make pillar content sebagai konten utama, dan konten pendukung untuk internal linking.
Memahami Schema Data, SERP Layout dan User Indicator
Mulai disini bahasannya teknikal banget. Apa sih schema data? SERP layout dan user indicator? Yang pasti setiap jawaban itu kalo dibahas detail bakalan panjang kali lebar.
So, kita bahas sedikit aja ya
Schema Data
Kalau kalian mencari resep makanan di Google, maka layout hasil pencarian akan berbeda jika kalian mencari judul buku bukan?
Schema data bertugas untuk memastikan bahwa resep akan ditampilkan sebagaimana resep pada umumnya di hasil pencarian. Inilah fungsi schema data, menjelaskan pada search engine bahwa artikel kalian sebenernya bahas apa? resep? buku? review film, event atau apa? Dengan menggunakan schema data yang tepat maka kita akan mendapatkan hasil maksimal.
Trus caranya pake schema data di artikel gimana? Untuk pengguna wordpress kalian bisa pake plugin SEO semacam Rank Math, Yoast, AIO atau pake plugin Schema Pro untuk mempermudah membuat schema data untuk postingan kalian.
Dan yang gak kalah penting pastiin kalian juga memahami pengaturan meta untuk artikel kalian, meta title, description, alt image dan lain sebagainya.
SERP Layout
Di sub bahasan sebelumnya sempat kita singgung SERP Layout, yaitu tampilan hasil pencarian. Saat kita melakukan pencarian, maka hasil tampilan dapat berupa sebagai berikut
- Featured Snippet – Berupa kotak khusus berisi konten unggulan yang di highlight Google, isinya bisa berupa definisi, image, listing, dan lain sebagainya.
- Iklan – ini suer gak penting, tapi buat ngasih makan developernya Google aja
- Serp Result – Mulai dari hasil pencarian teratas sampai no 1
- PAA – People Also Ask, pertanyaan yang juga banyak dicari untuk kata kunci yang kita masukkan di SERP. Baca lebih lanjut soal Cara Memaksimalkan People Also Ask
- Related Keyword – Long tail atau pencarian sejenis dari kata kunci yang kita masukkan.
Perhatikan untuk bagian pertama yaitu featured snippet. Opsi ini bisa memudahkan website kita untuk naik di halaman pertama SERP tanpa harus rank pertama. Cuma ya cuma, perhatiin banget Featured Snippet yang muncul di kata kunci tersebut. Some jenis featured ini meski naikin branding kita tapi justru bikin klik ke website kita malah turun drastis.
Misalnya, definisi, ngapain orang masuk ke web kita kalo di hasil pencarian aja Google udah jelasin definisi tersebut secara jelas. See, jadi gak semua featured snippet itu ningkatin trafik juga.
User Indicator
Google sebenernya gak beneran bisa ngecek browser user saat masuk ke website kita, tapi, Google bisa ngeliat indikator dari kunjungan tersebut via Google Analytics, apakah usernya betah di web kita, apa ngelakuin scroll apa bengong doang, berapa lama waktu kunjungannya, cuma mengunjungi halaman itu aja atau juga baca artikel lain di web kita.
Banyak gak returning visitor ke website kita, engagementnya gimana? Nah hal-hal sepele kayak begini sering luput dari pengamatan kita tapi sebenernya merupakan poin penting yang digunakan Google untuk mengetahui apakah website kita cukup berkesan untuk para pengunjung kita atau tidak?
Baca juga Cara Meningkatkan Engagement Rate dan Returning Visitor Blog
Beberapa web besar bahkan sangat memperhatikan user experience mereka dengan mendeteksi hot spot elemen website mana yang paling banyak berinteraksi dengan pengguna.
Selain itu, faktor lama loading website kita juga jadi pertimbangan Google, makanya aku juga pernah nulis cara optimasi Google Pagespeed. Dan buat optimasi ini butuh kemampuan teknikal yang lumayan ya, hehe.
Jadi dari beberapa jenis seo checklist di atas, bagian mana aja nih yang sudah kalian terapkan? dan mana yang masih beneran blank? Diskusiin yuk biar rame!