Ada tiga hal yang tidak terputus pahalanya ketika seseorang meninggalkan dunia ini. Anak yang salih/salihah, amal jariyah dan ilmu yang bermanfaat. Jika kita memiliki ketiganya maka betapa beruntungnya kita memiliki “tabungan pensiun” meskipun raga kita sudah dikebumikan. Sebaik2nya manusia adalah yang terbaik akhlaknya, dan sebaik2nya manusia pula adalah mereka yang berguna untuk sesamanya.
Salah satu dari amalan itu adalah ilmu yang bermanfaat, seperti nasehat Luqman kepada putranya, tidak ada kebaikan sebesar biji sawi yang tidak mendapatkan balasan, begitu pula dengan keburukan.
Ilmu yang kita miliki mungkin tidak seberapa, aku sendiri merasa hanya bisa sedikit sekali dari berbagai cabang disiplin ilmu yang aku pelajari. Tidak satupun yang membuatku merasa layak mendapat predikat intermediate, apalagi seorang ahli, pun begitu aku menyadari meski hanya berada pada level pemula dan amatiran, toh sedikit ilmu yang kita miliki ini kita tidak pernah tahu manfaatnya bagi orang lain.
Mungkin dengan sedikit ilmu kita ini akan menjadi jalan bagi masuknya ilmu2 yang lebih banyak bagi orang lain di sekitar kita. Jadi aku rasa, jangan terlalu berkecil hati jika kita merasa tidak pintar/tidak menguasai sehingga merasa malu untuk berbagi ilmu. Karena justru dengan membagi ilmu, maka sebenarnya ilmu kita akan semakin bertambah.
Dosenku pernah berkata, ketika seseorang membagikan ilmunya, maka setidaknya dia akan mendapatkan satu dari lima hal, yang pertama dia akan mendapat penghasilan, kedua dia akan mendapatkan persahabatan, ketiga dia mendapatkan nama baik, keempat dia mendapatkan doa / ucapan terima kasih dan kelima sudah tentu dia mendapatkan pahala. Dari kelimanya, tidak ada yang merugikan kita meskipun mungkin hanya satu saja yang kita dapatkan. Lha kesel2 ngene iki kok mung entuk maturnuwun thok? Percayalah, tidak ada hal yang sia2, dan setiap tindakan kita akan mendapatkan ganjarannya.
Ada sebuah kisah, di suatu masa hiduplah seorang perampok, seumur hidupnya ia telah merampok, membunuh dan memperkosa banyak orang, semua orang takut mendengar namanya. Berkali2 dia berhasil lolos dari sergapan pasukan raja yang dikirim untuk membunuhnya.
Pada suatu hari dia berkuda seorang diri di jalan sunyi di sepanjang ngarai, dia melihat sebuah batu besar berada di tengah tikungan jalan. Dia berfikir, jika ada kereta lewat tergesa2 tentu keretanya akan segera terantuk dan penumpangnya bisa terjatuh ke dalam jurang. Maka turunlah ia dari kudanya dan menyingkirkan batu besar itu dari jalan.
Itulah satu2nya kebaikan yang pernah dilakukannya, beberapa tahun kemudian dia terbunuh dalam penyergapan oleh tentara kiriman raja. Pada akhirnya arwahnya dibawa untuk diadili, dan ketika dia menghadapi pengadilan di kahyangan, dia justru dianugerahi surga oleh para Dewa.
Singkat kata, karena kebaikannya memindahkan batu besar dari jalan itu ternyata yang telah menyelamatkannya dari siksaan para dewa. Karena tanpa sepengetahuannya dia telah menyelamatkan seorang pemuda yang hendak lewat di jalan itu, dan pemuda itu selanjutnya menjadi seorang pemimpin yang adil bagi rakyatnya.
Kita tak pernah tahu, kebaikan sekecil apapun yang kita berikan dan yang kita terima, mungkin akan menjadi jalan bagi kebaikan lain yang lebih besar.