Dulu pas masih hidup di jaman pra abegeh, sering dibilangin bokap nyokap kagak boleh namanya baca kok sambil tiduran, apalagi telentang, ndak keloloden ahahaha.
Oke serius dikit, menurut orang tua, kebiasaan membaca sambil tiduran menyebabkan mata lebih mudah berkacamata, ya klo bagi para cewek trus baca novel romantis yang sedih yang ada malah lebih mudah berkacakaca. Dan akhirnya harus beli kacamata minus untuk menetralisir keminusan matanya.
Aku enggak tahu sih silsilahnya dari segi ilmu kedokteran pegimana, dari sowan ke mbah google dan dirujuk mendatangi beberapa website meskipun soal kebenarannya meneketehe setidaknya ada poin yang lumayan logis.
Pada saat membaca, maka posisi bacaan kurang lebih berada 45 – 60 derajat lebih rendah, sementara ketika kita membaca sambil tiduran posisi bacaan 90 derajat ini mengubah akomodasi lensa mata, n faktor ke urat belakang kepala juga agak gemana gitu, mayan ketarik soalnya.
Kedua jarak pandang antar mata dengan bahan bacaan, jarak idealnya adalah 30 cm dengan pencahayaan cukup. Yang terakhir mungkin jangan kelamaen x yah, takutnya ketiduran trus bukunya kena iler deh 😀
Tapi meskipun konon katanya membaca buku sambil tiduran tuh tidak baik untuk mata, toh banyak anak2 muda dan gw juga melakukannya dengan suka cita, kek yang dilakukan sama neng Virithipa ini.